Jangan Tersesat saat Mencari, Ini 7 Mitos Tentang Cinta

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   27 November 2019
Jangan Tersesat saat Mencari, Ini 7 Mitos Tentang CintaJangan Tersesat saat Mencari, Ini 7 Mitos Tentang Cinta

Halodoc, Jakarta - Love is patient. Love is kind. Love is detectable. Syair cinta ini mungkin familiar bagi kamu. Masih diselidiki apa sebenarnya peran cinta dalam kehidupan dan budaya saat ini. Sebagian orang merasa mudah menemukan cinta, tapi ada juga yang memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkannya. Ada yang sudah mendapatkannya tapi merasa tersesat dan tidak bahagia. 

Mungkin setiap orang masih harus banyak belajar tentang cinta. Mungkin cinta akan selalu menjadi bagian dari mitos yang harus digali. Sebagian besar orang cukup yakin akan cinta ketika sudah merasakannya. Namun, emosi, keadaan pikiran, lebih kompleks, dan beragam daripada yang bisa digambarkan oleh siapa pun di antara dua orang yang saling jatuh cinta. Sebelum tersesat dalam cinta, inilah beberapa mitos yang perlu kamu renungkan:

Baca juga: Jatuh Cinta Bikin Berat Badan Meningkat, Masa Iya?

1. Cinta Adalah Emosi yang Tidak Masuk Akal

Faktanya, cinta mengakui derajat atau jumlah. Kamu bisa mencintai sedikit, banyak, atau tidak sama sekali. Terkadang perasaan bisa cukup rasional, tetapi di sisi lain cinta dapat sama sekali tidak rasional.

2. Jatuh Cinta Adalah Keadaan Fisiologis yang Unik

Mirip dengan apa yang terjadi ketika kamu bereaksi terhadap bahaya yang dirasakan dengan aliran kortisol dan hormon lain yang mempersiapkan kamu untuk melarikan diri atau bertarung. Karena misteri pasangan potensial dan ketertarikan seksual, amigdala kamu pun menjadi hiperaktif. Neurotransmitter memberi sinyal kelenjar adrenalin bahwa sesuatu yang menarik, menakutkan, dan misterius sedang terjadi. Dengan demikian, cinta dapat merasakan dan bertindak dalam otak.

Baca juga: Ini yang Terjadi pada Tubuh Saat Jatuh Cinta

3. Bertemu Orang Tepat Seperti Melempar Dadu Secara Acak

Sebenarnya tidak selamanya cinta akan datang secara acak. Alih-alih bersikeras bahwa kamu hanya tertarik dan bersedia berkencan dengan persentase kecil dari orang-orang yang kamu temui. Cobalah naikkan persentase itu dan lihat peluang kamu meningkat. Selain itu, jangan memaksa seseorang memiliki semua atribut ideal. Banyak pasangan bahagia dan saling berbagi bahwa mereka tidak pernah berpikir mereka akan menemukan sukacita dengan seseorang seperti orang yang mereka cintai sekarang ini. 

4. Untuk Mendapatkan Cinta, Maka Harus Memberi dengan Jumlah yang Sama

Sebenarnya, berpikir ‘memberi sama dengan menerima’ telah ditemukan sebagai ciri khas hubungan yang gagal. Dalam hubungan terbaik, masing-masing pasangan memberi tanpa mengharapkan imbalan apapun. 

5. Cinta Tidak Bisa Diprediksi

Jangan percaya pernyataan ini. Banyak penelitian yang dapat direplikasi menunjukkan bahwa cinta cukup dapat diprediksi. Menurut beberapa penelitian, mereka dapat memprediksi perceraian selama periode enam tahun dengan akurasi lebih dari 90 persen. Sebagian besar prediksi itu didasarkan pada bagaimana pasangan mengatasi konflik, dan berapa banyak komentar positif dan negatif yang mereka buat satu sama lain.

Baca juga: Perhatikan Jika Jatuh Cinta Setelah Jadi Single Parent

6. Wanita Lebih Romantis Daripada Pria

Pernyataan yang tepat sebenarnya adalah wanita membutuhkan lebih banyak romansa, terserah pada pria yang tidak tahu apa-apa atau tidak romantis. Sebanyak 59 persen pria percaya pada cinta pada pandangan pertama, dibandingkan dengan 49 persen wanita. Hal ini karena pria sangat berorientasi visual. Mereka melihat seorang wanita yang menarik bagi mereka secara fisik, dan itu akan memicu sistem cinta romantis lebih cepat.

7. Cinta Romantis yang Intens Hanya Bertahan 1-2 Tahun

Sebenarnya romantisme dalam percintaan bisa bertahan selama bertahun-tahun. Cinta romantis yang intens hanya berlangsung cukup lama bagi pasangan untuk bertemu, menikah, dan membesarkan bayi hingga usia balita. Romantisme yang intens dapat bertahan selama beberapa dekade. Semua dapat bertahan dalam jangka panjang jika hubungan monogami secara seksual. Di dalam otak para pecinta jangka panjang ini sangat mirip dengan pasangan yang baru saja jatuh cinta, tetapi dengan satu manfaat utama.

Referensi:

Psychology Today. Diakses 2019. 10 Myths About Love.



Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan