Johnson and Johnson Ajukan Izin Darurat dengan Efektivitas 66 Persen
Halodoc, Jakarta - Vaksin virus corona asal Johnson and Johnson mengumumkan tingkat keefektivitasannya baru-baru ini. Vaksin yang memiliki tingkat efektivitas 66 persen secara resmi meminta izin Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) untuk penggunaan darurat (EUA) vaksin pada Kamis lalu (4/2/2021). Jika FDA resmi mengeluarkan izin, vaksin virus corona dari Johnson and Johnson menjadi vaksin ketiga setelah Pfizer-BioNTech dan Moderna untuk pasar Amerika Serikat (AS). Begini proses dan cara kerja vaksin produksi Johnson and Johnson.
Baca juga: Sebelum Vaksinasi Corona Wajib Tidur Cukup, Ini Alasannya
Mengajukan Izin Penggunaan Darurat
Meski tingkat keefektifitasan masih berada dalam angka 66 persen, tetapi FDA telah menjadwalkan pertemuan publik Komite Penasihat Vaksin dan Produk Biologi Terkait pada 26 Februari 2021 mendatang. Proses yang dilakukan sama seperti vaksin lainnya sebelum mendapatkan izin, yaitu data akan dilihat oleh kelompok ahli independen. Tidak lupa, perusahaan juga akan membuat rekomendasi sebagai langkah pertimbangan oleh lembaga tersebut.
Hal tersebut berarti, izin darurat resmi (EUA) tidak akan dikeluarkan sebelum akhir bulan, jika FDA memutuskan untuk memberikan. Jika FDA memutuskan untuk mengeluarkan izin penggunaan darurat pada Johnson and Johnson, maka Komite Penasihat untuk Praktik Imunisasi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di AS akan mengupayakan pertemuan untuk membahas lebih lanjut. Salah satu pembahasannya terkait dengan siapa saja yang harus mendapatkan vaksin lebih dulu.
Baca juga: Ini 3 Hal yang Masih Dipertanyakan Soal Vaksinasi Corona
Prosedur Penggunaan Vaksin
Vaksin virus corona asal Johnson and Johnson sedikit berbeda dari dua vaksin virus corona sebelumnya, yaitu Pfizer-BioNTech dan Moderna. Vaksin ini dibuat melalui kolaborasi Divisi Vaksin Johnson and Johnson, Janssen Pharmaceutical, dan Beth Israel Deaconess Medical Center di Boston. Mengapa berbeda dengan dua vaksin sebelumnya? Hal tersebut dikarenakan, vaksin Johnson and Johnson hanya membutuhkan satu kali suntikan saja.
Vaksin juga dinilai aman disimpan dalam suhu lemari es biasa dalam jangka waktu tiga bulan. Menurun perusahaan Johnson and Johnson, vaksin virus corona yang diciptakannya terbukti ampuh dalam mencegah virus corona, dengan gejala sedang hingga parah dalam uji klinis fase III. Bahkan, vaksin ini 85 persen efektif dalam mencegah rawat inap dan kematian akibat infeksi virus di semua wilayah yang diuji.
Baca juga: Ketahui Prosedur Tes COVID-19 pada Anak
Cara Kerja yang Berbeda
Cara kerja vaksin virus corona Johnson and Johnson juga berbeda dari dua vaksin sebelumnya, Pfizer-BioNTech dan Moderna. Kedua vaksin sebelumnya dirancang menggunakan messenger RNA, yaitu instruksi genetik yang berupa tetesan lemak. Tetesan lemak tersebut mendorong tubuh untuk menciptakan sesuatu yang tampak seperti potongan virus. Sedangkan vaksin Johnson and Johnson, bekerja dengan materi genetik yang dikirimkan dalam virus flu biasa. Materi genetik itu disebut dengan adenovirus.
Virus dalam vaksin Johnson and Johnson telah dinonaktifkan, sehingga tidak mereplikasi diri atau membuat orang terjangkit penyakit. Hingga saat ini, pemerintah AS telah memesan 100 juta dosis vaksin, dan perusahaan menyanggupinya pada Juni mendatang. Jadi, setelah izin pemakaian darurat turun, vaksin siap didistribusikan. Jika kamu ingin bertanya lebih jelas seputar vaksin corona, silahkan diskusikan dengan dokter di aplikasi Halodoc, ya.
Referensi:
Kompas.com. Diakses pada 2021. Efektivitas Vaksin Covid-19 66 Persen, Johnson & Johnson Ajukan Izin Penggunaan Darurat.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan