Kandidat Vaksin Australia Picu Antibodi, Ini Faktanya

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   19 November 2020
Kandidat Vaksin Australia Picu Antibodi, Ini FaktanyaKandidat Vaksin Australia Picu Antibodi, Ini Faktanya

Halodoc, Jakarta - Uji coba vaksin corona masih terus dilakukan hingga kini. Semua peneliti bekerja sangat keras untuk mengembangkan vaksin agar bisa segera digunakan oleh masyarakat, guna menekan tingginya angka penularan dan kasus positif setiap harinya. Tidak hanya Indonesia, negara lain di seluruh penjuru dunia pun saling berlomba membuat vaksin untuk menangkal virus mematikan ini. 

Salah satunya adalah Australia. Belum lama, tersiar kabar bahwa tahap pengujian awal vaksin corona yang dibuat dan dikembangkan oleh University of Queensland di Australia yang bekerja sama dengan CSL Ltd. mengklaim bahwa vaksin tersebut berhasil memicu terjadinya respons antibodi dalam tubuh. Hal ini disampaikan langsung oleh Greg Hunt, Menteri Kesehatan Australia.

Saat ini, kandidat vaksin tersebut telah memasuki tahapan pengujian akhir. Sang Menteri berujar bahwa vaksin yang mereka uji coba terbukti aman ketika melalui uji klinis fase pertama dan menghasilkan respons antibodi pada tubuh yang bisa dikatakan positif. Vaksin diklaim bekerja dengan efektif sebagai pelindung tubuh, terlebih ketika diuji coba pada lansia. Memang benar, lansia menjadi kelompok orang yang paling rentan tertular penyakit COVID-19 ini. 

Baca juga: Bagaimana Kelanjutan Uji Coba Vaksin Corona di Indonesia?

Nantinya, apabila vaksin tersebut telah dinyatakan lolos uji coba, Australia akan siap melakukan penyaluran atau distribusi vaksin pada kuartal ketiga di tahun depan. Sementara itu, pemerintah Australia sendiri telah setuju untuk melakukan pembelian vaksin ini dengan jumlah sekitar 51 juta dosis. 

Tidak hanya itu, Australia juga berencana untuk membeli vaksin yang diproduksi oleh AstraZeneca, tentunya apabila vaksin tersebut juga telah dinyatakan lolos dan aman pada pengujian tahap akhirnya. Sementara itu, untuk vaksin yang diteliti oleh Pfizer, kabarnya telah diklaim mampu bekerja secara efektif hingga 90 persen berdasarkan hasil uji coba pada tahap awal.

Baca juga: Berapa Banyak Dosis Vaksin Pfizer yang Dibutuhkan untuk Mencegah Corona?

Mengembangkan Vaksin Non-Protein

CSL, perusahaan yang bergerak di bidang bioteknologi asal Negeri Kangguru dikabarkan tengah mengembangkan vaksin corona yang berbasis non-protein. Namun, perusahaan tersebut, setidaknya membutuhkan waktu hingga satu tahun agar dapat memproduksi vaksin berbahan non-protein yang aman dan efektif serta tanpa efek samping serius, ketika digunakan nantinya. 

Vaksin dikembangkan dengan cara yang terbilang tradisional, yaitu dengan memasukkan protein ke dalam tubuh guna memicu munculnya sistem kekebalan, agar memberikan respons terhadap vaksin. Karen Andrews, Menteri Australia berharap bahwa pihaknya bisa mengembangkan vaksin dalam jangka waktu antara 9 hingga 12 bulan guna menekan penyebaran virus corona sesegera mungkin. 

Baca juga: Butuh Waktu 18 Bulan untuk Buat Vaksin COVID-19, Apa Alasannya?

Lakukan Skrining Awal

Sementara vaksin masih terus diuji coba hingga nanti akhirnya siap untuk digunakan, masyarakat dihimbau untuk terus mematuhi protokol kesehatan, seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Jika merasakan ada gejala, segera lakukan tes skrining untuk mendapatkan penanganan sebelum penularan yang lebih luas terjadi.

Skrining bisa dilakukan melalui tiga cara, yaitu dengan rapid test antibodi, rapid test antigen atau swab antigen, dan tes PCR. Dari ketiganya, swab antigen menjadi tes yang paling sering digunakan, karena selain harganya yang lebih terjangkau dibandingkan dengan PCR, hasil yang didapat terbilang cepat dan lebih akurat dibandingkan dengan rapid test antibodi. Sekarang, reservasi untuk melakukan skrining virus corona sangat mudah dilakukan melalui aplikasi Halodoc. Kamu pun bisa melakukan tanya jawab dengan dokter seputar hasil skrining melalui aplikasi ini, 

Referensi: 
CNA. Diakses pada 2020. Australian COVID-19 Vaccine Candidate Produces Antibody Response in Early Tests.
Reuters. Diakses pada 2020. Australian COVID-19 Vaccine Candidate Produces Antibody Response in Early Tests.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan