Kapan Waktu yang Tepat Melakukan Fogging?

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   29 Oktober 2021
Kapan Waktu yang Tepat Melakukan Fogging?Kapan Waktu yang Tepat Melakukan Fogging?

“Dalam pelaksanaannya, fogging tidak bisa dilakukan sembarangan. Kegiatan tersebut biasanya dilakukan sesuai arahan dari kelurahan setempat, saat demam berdarah dalam kasus yang tinggi. Jika tidak, kegiatan tersebut akan sia-sia, bahkan memicu gangguan kesehatan.”

Halodoc, Jakarta – Demam berdarah adalah penyakit yang sangat rentan dialami di daerah tropis atau subtropis, termasuk Indonesia. Seperti yang telah diketahui bersama, demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.

Kasus tertinggi demam berdarah di Indonesia ditemukan pada tahun 1968-2009. Meski demikian, hingga kini demam berdarah masih sangat menyebar saat musim penghujan tiba. Salah satu upaya pencegahan penyakit demam berdarah adalah dengan melakukan fogging. Lantas, kapan waktu yang tepat melakukannya?

Baca juga: Waspada, Ini Penyebab Demam Berdarah Dengue Terjadi di Musim Hujan

Kapan Waktu yang Tepat?

Pelaksanaan fogging atau pengasapan tidak dapat dilakukan secara fokus. Kegiatan tersebut hanya dapat dilakukan dalam radius 200 meter, sebanyak 2 kali dengan jeda waktu 1 minggu. Tujuannya adalah memberantas nyamuk dewasa yang baru melewati masa pertumbuhan.

Pertanyaan yang mungkin muncul selanjutnya adalah, bagaimana dengan jentik-jentik nyamuk? Sasaran fogging sebenarnya adalah memberantas nyamuk dewasa, bukan membunuh jentik-jentik nyamuk Aedes aegypti. Hal tersebut yang membuat banyak orang menganggap pengasapan tidak terlalu efektif.

Pemerintah melarang melakukan fogging terlalu fokus, karena dapat memicu resistensi vektor, yaitu nyamuk yang menularkan penyakit akibat dari pengasapan. Selain itu, fogging yang terlalu fokus dianggap dapat mencemari lingkungan, dan berisiko menyebabkan keracunan insektisida pada penduduk sekitar.

Teknik pengasapan tersebut juga tidak akan dilakukan jika daerah tersebut belum memenuhi kriteria. Syaratnya adalah, daerah tersebut sudah terdiagnosa adanya pengidap demam berdarah, atau minimal ada 3 orang pengidap di lingkungan sekitar rumah dalam radius 100 meter.

Jika sudah memenuhi kriteria tersebut, fogging bisa langsung dilakukan. Sebaik-baiknya waktu adalah pukul 08.00-11.00 dan sekitar pukul 14.00-17.00. Alasannya adalah nyamuk Aedes aegypti aktif pada waktu tersebut. Jika tidak dilakukan tepat waktu, nyamuk bisa saja menjadi kebal terhadap insektisida.

Baca juga: Kata Dokter: Pencegahan Demam Berdarah yang Tepat

Dibanding Fogging, 3M Lebih Efektif Cegah Demam Berdarah

Melansir laman Kementerian Kesehatan, menurut mantan Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Moeloek, Sp.M(K), teknik pengasapan atau fogging sebenarnya bukanlah strategi utama dalam mencegah DBD, karena tidak dilakukan secara rutin. Fogging memang akan dilakukan saat terjadi kasus di suatu wilayah, seperti pada penjelasan sebelumnya.

Pencegahan yang paling efektif adalah bagaimana cara masing-masing orang menjaga kebersihan rumah. Membersihkan rumah fokus pada menghilangkan jentik-jentik nyamuk. Pasalnya, menghilangkan jentik-jentik nyamuk lebih mudah daripada mengendalikan saat sudah menjadi nyamuk dewasa.

Perlu diketahui bahwa nyamuk Aedes aegypti berkembang biak di genangan air yang bersih. Langkah pemberantasannya sendiri dapat dilakukan dalam berbagai cara, salah satunya adalah menaburkan bubuk abate di tempat-tempat penampungan air.

Sampai saat ini, penerapan 3M Plus menjadi langkah efektif dalam mengatasi jentik nyamuk penyebab demam berdarah. Berikut ini penjelasan mengenai 3M Plus tersebut:

  1. Menguras atau membersihkan tempat penampungan air, seperti bak mandi, ember, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es, dan wadah terbuka lainnya. 
  2. Menutup rapat tempat-tempat penampungan air.
  3. Memanfaatkan kembali barang bekas yang dinilai memiliki potensi untuk menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk DBD.

Sedangkan Plus sendiri adalah segala bentuk pencegahan yang dapat dilakukan guna meningkatkan keefektifitasan 3M yang telah disebutkan sebelumnya. Berikut ini beberapa langkah tersebut:

  1. Menaburkan bubuk abate di tempat penampungan air yang sulit dibersihkan. 
  2. Menggunakan losion atau obat nyamuk
  3. Menggunakan kelambu saat tidur. 
  4. Memelihara ikan di tempat penampungan air untuk memakan jentik nyamuk. 
  5. Menanam tanaman pengusir nyamuk, seperti bunga lavender.
  6. Memberi jaring untuk ventilasi dalam rumah.
  7. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian.
  8. Jangan menumpuk barang.

Baca juga: 6 Gejala DBD yang Tak Boleh Diabaikan

Itulah penjelasan mengenai kapan waktu efektif untuk melakukan fogging, beserta langkah lain untuk menunjang efektifitasnya. Ingat, jika fogging tidak dilakukan dengan langkah yang tepat, hal tersebut justru membuat nyamuk lebih kuat, dan kebal terhadap insektisida. 

Jadi, sebaiknya perhatikan waktu yang tepat, ya. Jika kamu mengalami gejalanya demam berdarah, atau gangguan kesehatan tertentu, silahkan diskusikan hal tersebut dengan dokter di aplikasi Halodoc. Jika belum memiliki aplikasinya, segera download di sini, ya.

This image has an empty alt attribute; its file name is HD-RANS-Banner-Web-Artikel_Spouse.jpg

Referensi:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diakses pada 2021. Menkes: Dibanding Fogging, PSN 3M Plus Lebih Utama Cegah DBD.
World Health Organization. Diakses pada 2021. Dengue and severe dengue.
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada 2021. Dengue.
WHO. Diakses pada 2021. Mosquito ‘fogging’ will not harm you, reminds WHO and Solomon Islands Ministry of Health.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan