Kata Badan Pengawas Obat Eropa soal Penggunaan Vaksin AstraZeneca

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   26 Mei 2021
Kata Badan Pengawas Obat Eropa soal Penggunaan Vaksin AstraZenecaKata Badan Pengawas Obat Eropa soal Penggunaan Vaksin AstraZeneca

Halodoc, Jakarta - Masih hangat dalam ingatan kabar pemuda yang meninggal sehari usai melakukan vaksinasi COVID-19 menggunakan vaksin AstraZeneca pada pertengahan Mei silam. Sejauh ini pun sudah ada 3 orang yang meninggal usai disuntikkan vaksin AstraZeneca, meskipun hingga saat ini belum dapat dipastikan apakah benar vaksin tersebut yang memicu kematian. 

Oleh karena itu, vaksin corona AstraZeneca dengan nomor batch CTMAV547 dihentikan sementara dan tengah diselidiki karena adanya dugaan efek samping setelah penyuntikan. Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito, menyebutkan bahwa investigasi kini tengah dilakukan, yakni pengujian toksisitas dan abnormal serta sterilisasi dari vaksin tersebut. 

Baca juga: Apa yang Terjadi pada Tubuh saat Pembekuan Darah Terjadi?

Perlukah Melanjutkan Penggunaan Vaksin AstraZeneca?

Sejauh ini, vaksin AstraZeneca tetap disetujui untuk digunakan di Indonesia. Bahkan beberapa negara seperti Australia juga tetap menggunakan vaksin ini untuk mencegah COVID-19. Risiko penggumpalan darah telah dikaitkan dengan vaksin oleh beberapa badan medis, tetapi risiko ini terjadi dalam kasus individu masih sangat kecil.

Kondisi kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) tersebut terlihat pada sejumlah kecil orang yang menerima vaksin AstraZeneca di Eropa, dan satu orang di Australia juga diduga mengembangkan kejadian pembekuan darah setelah mendapat dosis. Penelitian menunjukkan kejadian pembekuan darah ini memengaruhi empat hingga enam orang per satu juta vaksinasi, atau di suatu tempat di dunia satu dari setiap 200.000 orang.

Pemerintah Indonesia sejauh ini akan mengambil pendekatan hati-hati dan memastikan agar vaksin yang digunakan aman. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia yang sudah terdaftar untuk mendapatkan vaksin sebaiknya tidak takut untuk melakukan vaksin menggunakan vaksin AstraZeneca. Pasalnya manfaat dari vaksin itu sendiri jauh lebih besar dari pada efek sampingnya. 

Baca juga: Ini Kata BPOM tentang Kondisi KIPI yang Diwaspadai Soal AstraZeneca

Catatan dari Badan Pengawas Obat Eropa untuk Vaksin AstraZeneca

Badan Pengawas Obat Eropa (European Medicines Agency/EMA) pada Jumat (21/5/2021) juga telah memberikan rekomendasi terkait dengan vaksin AstraZeneca. Panduan tenaga kesehatan EMA ini telah memberikan saran tambahan tentang pembekuan darah atau trombosit darah rendah yang terjadi usai vaksinasi dengan vaksin AstraZeneca. 

Beberapa saran bagi tenaga kesehatan tersebut antara lain: 

  • Tidak boleh memberikan Vaxzevria kepada siapa pun yang memiliki riwayat pembekuan darah dengan trombosit darah rendah (trombosis dengan sindrom trombositopenia, TTS) setelah menerima vaksin.
  • Tenaga kesehatan wajib memeriksa tanda-tanda pembekuan darah pada setiap orang yang memiliki trombosit darah rendah dalam waktu 3 minggu setelah vaksinasi. 
  • Tenaga kesehatan wajib memeriksa tanda-tanda trombosit darah rendah pada setiap orang yang mengalami pembekuan darah dalam waktu 3 minggu setelah vaksinasi.
  • Tenaga kesehatan wajib memastikan bahwa pasien yang mengalami pembekuan darah dengan trombosit darah rendah setelah vaksinasi menerima perawatan spesialis.

Meskipun kejadian pembekuan darah setelah vaksinasi sangat jarang terjadi, EMA menyarankan agar waspada terhadap gejalanya. 

Baca juga: Apa yang Perlu Diperhatikan setelah Mendapatkan Vaksin COVID-19?

Gejala yang Diwaspadai Usai Disuntikkan Vaksin AstraZeneca

Sementara itu, EMA memperbarui rekomendasi terkait penggunaan vaksin AstraZeneca, termasuk efek samping atau gejala yang perlu diwaspadai usai seseorang telah mendapat suntikan. Oleh karena itu, mereka yang baru saja menerima dosis vaksin harus segera mencari pertolongan medis jika mengalami salah satu gejala berikut dalam waktu 3 minggu setelah suntik vaksin. Gejalanya antara lain:

  • Sesak napas.
  • Nyeri dada.
  • Kaki bengkak.
  • Sakit kaki.
  • Nyeri perut.
  • Gejala neurologis, seperti sakit kepala parah dan terus-menerus, penglihatan kabur, kebingungan atau kejang 
  • Kulit memar yang tidak biasa atau titik bulat tepat di luar tempat suntikan.

Karena sindrom trombositopenia (TTS) memerlukan perawatan spesialis, maka tenaga kesehatan perlu berkonsultasi spesialis. Misalnya ahli hematologi dan spesialis koagulasi untuk mendiagnosis dan merawat kondisi tersebut. 

Jika kamu baru saja mendapatkan dosis pertama vaksin AstraZeneca dan mulai mengalami efek samping seperti demam, kamu bisa diskusikan dengan dokter di Halodoc mengenai tips meredakan efek samping tersebut. Ingat, sekecil apapun efek samping yang terjadi tetap perlu didiskusikan dengan dokter untuk menghindar komplikasi yang lebih berat. Ambil smartphone-mu sekarang dan nikmati kemudahan bicara dengan dokter hanya di Halodoc!

Referensi:
Independent.ie. Diakses pada 2021. EMA Has Found AstraZeneca Covid Vaccine is ‘Safe and Effective’ After Investigation Into Blood Clots.
Kompas. Diakses pada 2021. Rekomendasi Badan Pengawas Obat Eropa soal Vaksin AstraZeneca.
Reuters. Diakses pada 2021. EU Advises Against Second AstraZeneca Shot for People with Blood Clots.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan