Kejadian Traumatis Bisa Sebabkan Gangguan Disosiatif

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   17 September 2020
Kejadian Traumatis Bisa Sebabkan Gangguan DisosiatifKejadian Traumatis Bisa Sebabkan Gangguan Disosiatif

Halodoc, Jakarta - Gangguan disosiatif, atau lebih dikenal dengan kepribadian ganda, terjadi ketika seseorang memiliki dua atau lebih kepribadian yang berbeda. Masing-masing kepribadian tersebut secara bergantian akan mengambil alih kesadaran pengidapnya. Konon, kejadian traumatis bisa sebabkan gangguan disosiatif. 

Meski tidak bisa diketahui secara pasti mengapa seseorang bisa mengalami gangguan disosiatif, ada banyak faktor yang diyakini bisa memicunya. Salah satunya adalah pengalaman kejadian traumatis di masa lalu, berupa penyiksaan, kekerasan fisik, atau pelecehan seksual. Pengalaman tersebut memicu terciptanya mekanisme pertahanan diri, dengan cara membuat kepribadian lain di luar kesadaran, agar bisa terlepas dari trauma hebat.

Baca juga: Gangguan Disosiatif Bisa Mendorong Pikiran Menyakiti Diri

Seperti Apa Gejala Gangguan Disosiatif?

Gejala utama gangguan disosiatif adalah munculnya dua atau lebih kepribadian berbeda, yang secara bergiliran mengambil alih atau kendali atas diri pengidapnya. Masing-masing kepribadian punya nama, kebiasaan, pola pikir, gaya bicara, ciri fisik, bahkan gaya tulisan yang berbeda. 

Selain itu, ada juga gejala lain yang menyertai muncul dan bergantinya kepribadian dalam diri pengidap gangguan disosiatif, yaitu:

  • Tanda-tanda depresi, kecemasan berlebihan, sering merasa bersalah, hingga agresif. 
  • Halusinasi, baik audio maupun visual.
  • Adanya kecenderungan untuk memiliki masalah perilaku dan kesulitan memfokuskan diri.
  • Perubahan mood.
  • Serangan panik. 
  • Fobia. 
  • Gangguan makan. 
  • Gangguan tidur. 
  • Sakit kepala berlebihan. 
  • Disfungsi ereksi.

Tak hanya itu, pengidap gangguan disosiatif juga sering mengalami masalah dalam hal ingatan, terutama yang terkait dengan kejadian saat ini maupun masa lampau, orang yang terlibat, tempat, hingga waktu. Sebab, masing-masing kepribadian dapat memiliki ingatan yang berbeda. 

Saat kepribadian yang pasif sedang mengambil alih, ingatan yang muncul biasanya samar atau bahkan bertentangan dengan kejadian aslinya. Sementara itu, kepribadian yang lebih dominan atau protektif memiliki ingatan yang lebih lengkap atas suatu kejadian. Itulah sebabnya, pengidap sering kali tidak mengingat mengapa ia ada di waktu dan tempat tertentu.

Baca juga: Selalu Ingin Jadi Pusat Perhatian, Hati-Hati Alami Gangguan Kepribadian

Perlu diketahui juga, munculnya masing-masing kepribadian biasanya terjadi karena ada pemicunya. Umumnya, transisi dari satu kepribadian ke kepribadian lain biasanya dipicu oleh stres psikososial. Ketika salah satu kepribadian mengambil alih, kepribadian tersebut mungkin akan mengabaikan kepribadian yang lain atau mengalami konflik tersendiri. 

Jika kamu atau orang terdekat ada yang mengalami gejala gangguan disosiatif, segera download aplikasi Halodoc untuk buat janji dengan psikolog atau psikiater di rumah sakit. Semakin cepat gangguan ini dideteksi dan ditangani, maka akan semakin baik. 

Pengobatan untuk Gangguan Disosiatif

Pengobatan untuk gangguan disosiatif perlu waktu yang tidak sebentar, bahkan hingga bertahun-tahun. Dilansir dari American Association for Marriage and Family Therapy, gangguan ini umumnya diobati dengan melakukan beberapa jenis terapi, seperti:

1.Psikoterapi 

Psikoterapi untuk mengatasi gangguan disosiatif bertujuan untuk “menyatukan” beberapa kepribadian yang ada, menjadi satu kepribadian yang utuh. Terapi ini bisa berlangsung cukup lama, sekitar lima hingga tujuh tahun, tergantung tingkat keparahan dan berapa banyak kepribadian yang terbentuk. Selain itu, psikoterapi juga membantu pengidap menghadapi trauma, yang dapat memicu munculnya kepribadian lain. 

2.Terapi Keluarga 

Terapi ini dilakukan untuk memberi penjelasan lebih kepada keluarga terkait gangguan disosiatif. Caranya dengan menginformasikan keluarga, mengamati perubahan apa yang terjadi dan mencari tahu tanda-tanda atau gejala perubahan kepribadian. Selain itu, penting untuk mengubah pola interaksi antar keluarga untuk membantu menyelesaikan masalah yang terjadi pada pengidap gangguan disosiatif.

Baca juga: Cara Mengenali Karakter Anak yang Alami Gangguan Kepribadian

3.Pemberian Obat-obatan

Meski tidak ada obat khusus yang dapat menyembuhkan gangguan disosiatif, gejala-gejala yang muncul seperti kecemasan berlebih dan depresi dapat diatasi dengan obat antidepresan.

Itulah sedikit penjelasan tentang gangguan disosiatif. Untuk tahu lebih lanjut apa penyebab dan bagaimana metode pengobatan yang tepat, silakan bicarakan dengan psikolog atau psikiater yang menangani.

Referensi:
Psychology Today. Diakses pada 2020. Dissociative Identity Disorder (Multiple Personality Disorder).
American Association for Marriage and Family Therapy. Diakses pada 2020. Dissociative Identity Disorder.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan