Kelahiran Bayi Prematur, Apakah Berisiko Mengalami SIDS?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   11 Desember 2018
Kelahiran Bayi Prematur, Apakah Berisiko Mengalami SIDS?Kelahiran Bayi Prematur, Apakah Berisiko Mengalami SIDS?

Halodoc, Jakarta - Menurut laporan Born too Soon milik The Global Action Report Preterm Birth dari PBB, menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat kelima dunia untuk negara dengan jumlah bayi prematur terbanyak di dunia. Tercatat bahwa bayi prematur yang lahir mencapai 675.700 pada 2010.

Bayi prematur tidak hanya berukuran lebih kecil dibanding bayi pada umumnya, mereka juga dapat memiliki berbagai masalah fisik dan perkembangan. Bayi-bayi yang lahir prematur antara 23 hingga 28 minggu, memiliki risiko mengalami komplikasi tertinggi. Komplikasi yang dimaksud termasuk celebral palsy, ADHD, gangguan kecemasan, serta masalah penglihatan, pendengaran dan pencernaan.

Bayi prematur juga memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap infeksi. Mereka juga paling berisiko untuk mengalami sindrom kematian bayi mendadak (SIDS). Bayi yang lahir secara prematur memang lebih berisiko memiliki gangguan kesehatan lainnya, misalnya gangguan fungsi mata dan anemia. Selain itu, mereka juga lebih rentan mengalami SIDS.

Dr. Setyadewi Lusyati dari divisi neonatologi RSAB Harapan Kita juga menjelaskan bahwa SIDS pada bayi prematur rentan terjadi di usia 2 hingga 4 bulan. Bisa jadi mulanya tidak terdapat masalah berarti yang dialami bayi, tetapi kemudian bisa aja mereka ditemukan meninggal lantaran lupa bernapas.

Mencegah Bayi Alami SIDS

Untuk menurunkan risiko atau mencegah SIDS pada buah hati, ibu dapat melakukan sejumlah cara seperti di bawah ini:

  1. Letakan si kecil pada posisi telentang saat tidur. Posisi ini tidak akan menghalangi jalan napas bayi, sehingga bayi tidak mengalami gangguan pernapasan saat tidur. Pilihlah posisi telentang dibandingkan posisi telungkup kapan saja saat bayi tidur.

  2. Jangan letakkan berbagai macam benda di atas tempat tidur anak. Jauhi bayi dari bantal, selimut, boneka, mainan, atau hal lainnya saat bayi tidur. Benda-benda ini dapat menghalangi mulut dan hidung bayi sebagai jalan napas, sehingga bayi dapat mengalami sesak napas saat tidur.

  3. Jika bisa, sebaiknya bayi tidur sendiri di tempat tidurnya. Ketika bayi tidur di kasur yang sama dengan orangtuanya, ini dapat membatasi ruang gerak bayi dan mungkin juga mengganggu pernapasan bayi.

  4. Jauhi buah hati kamu dari asap rokok. Bayi yang lahir dari ibu perokok memiliki risiko tiga kali lipat lebih besar dibandingkan bayi yang lahir dari ibu bukan perokok. Merokok saat hamil merupakan faktor risiko utama terjadinya SIDS, dan asap rokok yang bayi hirup juga dapat meningkatkan risiko SIDS pada bayi.

  5. Beri ASI pada bayi selama ibu bisa. Menyusui terbukti dapat menurunkan risiko SIDS pada bayi sebesar 50 persen. Beberapa ahli percaya bahwa ASI dapat melindungi bayi dari infeksi yang dapat meningkatkan risiko SIDS. Di samping itu, sebaiknya ibu juga tidak minum alkohol saat menyusui, karena alkohol dapat meningkatkan risiko bayi mengalami SIDS.

  6. Berikanlah Si Kecil imunisasi lengkap. Pemberian imunisasi sesuai rekomendasi dapat menurunkan risiko SIDS sebesar 50 persen dibandingkan dengan bayi yang tidak menerima imunisasi lengkap.

  7. Jaga bayi agar tidak kepanasan. Suhu panas dapat meningkatkan risiko bayi mengalami SIDS. sebaiknya selalu jaga suhu kamar bayi, hindari pemakaian pakaian yang terlalu tebal, atau selimut jika bayi kepanasan. Pakaikan pakaian tidur yang nyaman saat bayi tidur.

  8. Jangan berikan madu pada bayi di bawah usia 1 tahun. Madu dapat menyebabkan bayi mengalami botulisme. Gangguan botulisme dan bakteri penyebab botulisme dapat dihubungan dengan kejadian SIDS pada bayi.

Itulah yang perlu ibu ketahui mengenai hubungan bayi terlahir prematur dengan risiko SIDS. Apabila ibu memiliki pertanyaan lain mengenai kelahiran prematur atau risiko lainnya, ibu dapat menghubungi dokter melalui aplikasi Halodoc. Diskusi dengan dokter di Halodoc dapat dilakukan via Chat atau Voice/Video Call kapan dan di mana pun. Saran dokter dapat diterima dengan praktis dengan cara download aplikasi Halodoc di Google Play atau App Store sekarang juga!

Baca juga:

 

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan