Awas, Kelamaan di Depan Laptop Picu Cervical Syndrome

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   29 November 2019
Awas, Kelamaan di Depan Laptop Picu Cervical SyndromeAwas, Kelamaan di Depan Laptop Picu Cervical Syndrome

Halodoc, Jakarta - “Gue mau berbagi cerita untuk kalian para budak korporat yang sering duduk di depan laptop. I just got hospitalized karena the sake of GA PERNAH STRETCHING” Begitulah awal thread (sekumpulan pesan) dari pemilik akun Twitter @ame_rrrrr atau Ame.

Tak ada yang menyangka kalau thread “budak korporat” dibuat Ame menjadi viral. Ame mengaku didiagnosis cervical syndrome yang membuat kepala dan lehernya terasa sakit. Keluhan ini disebabkan gegara waktu bekerja yang terlalu intens dan lebih dari delapan jam sehari.

Seperti layaknya karyawan kantoran pada umumnya, Ame menggunakan laptop untuk bekerja. Sayangnya, karena posisi yang keliru atau tidak ergonomi, membuat leher, dan kepalanya terasa tegang. Ringkas cerita, penulis thread “budak korporat” ini mesti dirawat di rumah sakit. Kini Ane tengah menjalani fisioterapi untuk memulihkan cervical syndrome yang diidapnya.

Pertanyaannya, apa sih cervical syndrome yang dialami sang “budak korporat itu” tersebut? Benarkah penyakit ini bisa menyerang siapa saja yang terlalu lama bekerja di depan laptop?

Baca juga: 8 Penyebab Sakit Leher yang Perlu Diketahui

Rusaknya Tulang Leher dan Bantalannya

Penyakit cervical syndrome mengacu pada serangkaian gangguan yang disebabkan oleh perubahan tulang belakang leher dan jaringan lunak yang mengelilinginya. Seseorang yang berhadapan dengan kondisi ini akan merasakan nyeri sebagai gejala utamanya. 

Cervical syndrome atau cervical disc (diskus) menyerang bagian leher pada kolom tulang punggung. Bagian ini terbentuk dari 7 tulang (vertebra) yang terpisahkan oleh diskus, kira-kira bentuknya seperti bantal. Nah, bagian disc ini seperti penyerap benturan untuk kepala dan leher. Sederhananya, fungsi disc sebagai bantalan tulang dan membantu kepala dan leher agar bisa menekuk dan tegak. 

Lantas, bagaimana dengan gejala lainnya? Ketika cervical syndrome atau cervical disc menyerang, pengidapnya akan mengalami sakit leher atau kesemutan pada tangan, tungkai, dan kaki. Di samping itu, pengidapnya juga bisa mengalami mata rasa atau nyeri yang menyebar ke bahu, punggung atas, lengan, atau tangan. 

Jangan main-main dengan kondisi ini, cervical syndrome bisa saja membuat pengidapnya melemah atau bahkan sulit berjalan. Selain itu, rasa sakit leher ini bisa saja makin memburuk ketika pengidapnya bersin atau batuk. Gejala-gejala di atas akan muncul ketika menyempitnya saluran tulang belakang dan menekan saraf tulang belakang. 

Selanjutnya, benarkah cervical syndrome disebabkan oleh posisi mengetik atau bekerja yang keliru?

Bukan Cuma Faktor “U”

Jangan kaget ya, menurut studi dari US National Library of Medicine - National Institutes of Health tentang cervical syndrome, nyeri atau keluhan leher merupakan masalah umum yang banyak dihadapi oleh populasi di dunia. Kok bisa? 

Baca juga: 4 Olahraga untuk Mencegah Spondilosis Servikal

Sebenarnya, penyebab utama cervical syndrome atau yang juga dikenal sebagai spondilosis servikal adalah perubahan degeneratif. Bahasa awamnya gegara proses penuaan. Ketika usia seseorang semakin bertambah, bantalan leher ini akan menipis akibat berkurangnya cairan pada bantalan tersebut. Nah, ketika bantalan menipis, maka akan sering terjadi gesekan antar tulang. Kondisi inilah yang bisa menimbulkan nyeri leher dan sederet gejala lainnya. 

Lantas, bagaimana bisa seseorang yang masih muda dan produktif seperti Ame, penulis thread “budak korporat” mengidap penyakit ini? Bukan cuma Ame saja sih, faktanya di negara-negara Skandinavia (negara-negara yang berada dalam satu kawasan di belahan utara Benua Eropa), nyeri leher dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat. 

Nah, menurut peneliti National Institutes of Health cervical syndrome bukan cuma disebabkan oleh bantalan leher yang tergerus usia. Sebab, banyak faktor lainnya yang bisa memicu kondisi ini. Salah satunya gaya hidup modern, duduk terlalu lama, dan postur kerja yang keliru. Nah, hal inilah yang membuat cervical syndrome menyerang banyak populasi penduduk Bumi. 

Lalu, bagaimana posisi kerja yang keliru memicu cervical syndrome atau spondilosis servikal? Jadi, pekerjaan yang melibatkan gerakan leher berulang, melibatkan tekanan pada leher, ataupun posisi yang tidak ergonomis, bisa meningkatkan tekanan pada bagian leher dan tubuh lainnya (punggung, bahu, dan tulang belakang). 

Para ahli meyakini penggunaan gadget atau bekerja seharian didepan laptop atau komputer, bisa menyebabkan keluhan tulang belakang, hingga masalah leher akibat terlalu sering menunduk.

Posisi yang keliru ini memang tak akan berdampak signifikan bila hanya dilakukan sesekali. Hmm, tetapi apa jadinya bila kebiasaan ini terus dilakukan selama bertahun-tahun? Singkat kata, apa yang dialami Ame sang “budak korporat”, juga bisa menghantui dirimu. 

Baca juga: Tetap Sehat Meskipun Duduk Seharian, Lakukan 4 Cara Ini!

Mau tahu lebih jauh mengenai cervical syndrome atau nyeri leher? Kamu bisa kok bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa kapan dan di mana saja mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!

Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Cervical spondylosis.
Medscape. Diakses pada 2019. Cervical Disc Disease.
US National Library of Medicine - National Institutes of Health. Diakses pada 2019. Cervical Syndrome – the Effectiveness of Physical Therapy Interventions 

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan