Kenalan dengan Diet Lektin untuk Perut Sensitif

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   18 September 2018
Kenalan dengan Diet Lektin untuk Perut SensitifKenalan dengan Diet Lektin untuk Perut Sensitif

Halodoc, Jakarta - Jika selama ini kamu sering mendengar diet keto, diet rendah kalori, atau diet-diet lainnya, pernahkah kamu mendengar soal diet lektin? Konon, metode diet yang satu ini aman bagi mereka yang mempunyai perut yang sensitif. Benarkah demikian?

Diet lektin adalah sebuah metode diet yang mengharuskan kamu untuk menghindari makanan yang mengandung lektin. Lektin adalah sejenis protein dalam tumbuhan yang berpotensi menyebabkan peradangan dan peningkatan berat badan. Gagasan mengurangi asupan lektin sebagai sebuah metode diet pertama kali diungkapkan oleh ahli jantung asal California, Steven Gundry, M.D.

Dalam bukunya yang berjudul The Plant Paradox, Gundry menyebutkan bahwa makanan apa pun yang mengandung protein tumbuhan lektin adalah musuh terbesar dalam proses penurunan berat badan. Lektin dapat mengikat reseptor pada permukaan setiap sel yang melapisi usus dan memecah penghalang usus, sehingga mengakibatkan peradangan. Peradangan yang terjadi itulah yang diduga dapat meningkatkan penyimpanan lemak di dalam perut.

Lektin juga dapat memengaruhi kesehatan dengan berbagai cara, mulai dari pencernaan hingga risiko penyakit kronis seperti jantung dan diabetes. Ia juga dikategorikan sebagai anti-nutrisi, karena sifatnya yang menghalangi penyerapan nutrisi. Lektin juga sulit dicerna dalam tubuh dan bahkan bentuk zat ini tidak akan berubah meski telah masuk ke dalam pencernaan.

Jika dikonsumsi dalam jumlah sedikit, lektin berperan untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Bahkan dalam beberapa penelitian, zat ini digadang mampu membantu membunuh sel-sel kanker. Namun, jika dikonsumsi terlalu banyak, lektin justru dapat berdampak buruk bagi tubuh, karena dapat menghambat beberapa zat gizi lain di dalam tubuh. Bahkan pada beberapa orang, efek samping dari terlalu banyak mengonsumsi makanan tinggi lektin adalah diare dan muntah. Hal itulah yang kemudian membuat diet ini dianggap baik untuk mereka yang memiliki permasalahan lambung.

Bagaimana Cara Melakukan Diet Lektin?

Seperti sudah disebutkan di awal, diet lektin ini merupakan diet yang mengharuskan seseorang untuk menghindari makanan yang tinggi kandungan lektin. Bagi kamu yang tertarik mencoba diet ini, beberapa makanan yang harus kamu hindari adalah tomat, terong, cabai, kacang merah, kacang kedelai, kacang tanah, roti, kue, biskuit, susu, dan aneka produk olahan susu lainnya.

Sementara jenis makanan rendah lektin yang disarankan adalah: brokoli, kembang kol, jamur, wortel, bawang-bawangan, apel, stroberi, jeruk, lemon, daging sapi, ayam, ikan, dan telur.

Amankah Dilakukan untuk Jangka Panjang?

Tubuh setiap orang itu berbeda, baik dalam hal kebutuhan asupan hingga kecocokan metode diet. Diet lektin ini mungkin cocok bagi sebagian orang, tetapi belum tentu cocok bagi sebagian lainnya. Sebab dalam pelaksanaannya, diet lektin juga banyak membatasi asupan makanan yang memiliki berbagai nutrisi yang mungkin dibutuhkan tubuh.

Soal apakah diet ini aman dilakukan untuk jangka panjang pun belum banyak penelitian medis yang dilakukan untuk menguji efektivitas dan keamanannya pada manusia. Sebab kebanyakan penelitian mengenai diet ini dilakukan pada hewan, sehingga masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apa saja manfaat dan dampak yang mungkin terjadi jika diet ini dilakukan oleh manusia, terlebih dalam jangka panjang.

Selain itu, diet ini juga banyak diragukan karena agak sulit untuk dilakukan. Membatasi sejumlah jenis makanan yang mengandung banyak gizi dalam menjalani diet ini juga berpotensi mengganggu kebutuhan zat gizi seseorang. Oleh karena itu, kamu yang ingin menjalani diet ini sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu pada ahli gizi.

Jangan khawatir, sekarang konsultasi dengan dokter dapat dilakukan dengan mudah melalui Chat atau Voice/Video Call melalui aplikasi Halodoc. Cukup download aplikasi Halodoc di Apps Store atau Google Play Store, dan kamu juga akan mendapatkan kemudahan membeli obat secara online kapan saja dan di mana saja.

Baca juga:

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan