Kenalan dengan Diet OCD untuk Turunkan Berat Badan

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   02 Maret 2020
Kenalan dengan Diet OCD untuk Turunkan Berat BadanKenalan dengan Diet OCD untuk Turunkan Berat Badan

Halodoc, Jakarta – Mau menurunkan berat badan dengan diet? Kuncinya tidak cuma memangkas asupan karbohidrat saja, kok. Ternyata mengatur waktu makan juga efektif untuk mengurangi berat badan, bahkan membuat kamu sukses meraih berat badan ideal.

Di Indonesia, diet yang berkaitan dengan waktu makan ini pernah dipopulerkan oleh Deddy Corbuzier. Nama dietnya dikenal dengan Obsessive Corbuzier's Diet (OCD), atau diet OCD. Lalu, bagaimana sih diet OCD bekerja?

Memengaruhi Hormon Pertumbuhan

Dilansir dari Livescience, diet OCD dikenal sebagai program penurunan berat badan dengan cara berpuasa atau intermittent fasting. Namun, puasanya tidak sama dengan puasa Ramadan. Puasa dalam program diet OCD relatif lebih lama, yaitu 16 jam dan dibolehkan makan selama empat jam. Nah, selama empat jam itu, kamu boleh makan banyak kalori sebagai bekal untuk berpuasa.

Kamu jangan heran bila tubuh akan terasa pusing dan stres saat menjalani diet OCD. Keluhan itu hanya terjadi di minggu pertama, sebab tubuh masih beradaptasi dengan perubahan pola makan ini. Kamu juga perlu tahu, diet OCD bukan menjadi program diet untuk memangkas berat badan orang yang bertubuh gemuk saja. Program diet ini juga bisa dilakukan oleh orang yang bertubuh ramping, tujuannya untuk membentuk tubuh agar lebih padat dan berisi.

Baca juga: Tubuh Bugar ala Deddy Corbuzier

Nah, diet OCD ini berkaitan dengan human growth hormon (HGH), yaitu hormon pertumbuhan tubuh. Saat seseorang berusia 30 tahun, HGH-nya hanya tersisa 50 persen. Itulah yang menyebabkan kulit keriput, rambut memutih, dan badan cenderung lebih gemuk. Namun, menurut Deddy, dengan puasa minimal 16 jam, penyusutan HGH akan berbalik arah, alias meningkat. Tambahnya, bila HGH tinggi, tubuh akan lebih mudah dibentuk.

Ketika kamu berpuasa tiga jam setelah makanan terserap oleh tubuh, tubuh memasuki fase postab-sortive. Di fase ini, kadar gula mulai turun. Nah, untuk memenuhi kebutuhan energi, tubuh akan menggunakan cadangan energi yang dihasilkan di dalam organ hati. Menurut Deddy, pola puasa yang ia lakukan selama empat bulan berturut-turut ini membuat lemak di dalam tubuhnya berubah menjadi otot yang lebih mudah dibentuk.

Baca Juga: Inilah Fakta Diet Mayo Agar Lebih Berfaedah

Tidak Hanya di Indonesia

Diet OCD ternyata tidak hanya populer di Indonesia. Diet serupa juga pernah diteliti oleh ahli sejak 15 tahun lalu. Menurut para pakar dari Salk Institute di San Diego, Amerika Serikat time-restricted feeding (TRF) atau pengaturan waktu makan yang memungkinkan seseorang makan sesuai yang diinginkan dengan mengikuti pola waktu yang terjadwal punya banyak manfaat bagi kesehatan tubuh.

Selain memangkas berat badan, program TRF ini juga diklaim bisa menurunkan risiko diabetes. Kini, para pakar tersebut masih menerapkan metode mengatur waktu makan mirip puasa dalam hidupnya. Dirinya melakukan sarapan pada pukul 07.00 dan makan malam pada pukul 19.00. Selain itu, di sela-sela waktu tersebut, ia  tidak mengonsumsi makanan apapun.

Baca Juga: Program Diet yang Tepat Bagi Kamu yang Sibuk

Mengutip The Washington Post, ahli tersebut mengalami beberapa perubahan pada tubuhnya. Setelah menerapkan metode TRF, berat badannya mengalami penurunan, bahkan tekanan gula darahnya juga menurun drastis. Tidak hanya itu, kini tidurnya pun jauh lebih nyenyak.

Pendapat lain disampaikan oleh ahli dari University of Alabama, Amerika Serikat, yang mengadopsi program tersebut. Dirinya menerapkan waktu makan antara pukul 08.00 dan 14.00 lima kali seminggu. Menurutnya, 10 tahun mendatang para ahli akan menemukan petunjuk jelas soal pola pengaturan makan ini.

Jadi, sudah paham dengan diet OCD ini? Jika tertarik melakukannya, sebaiknya tanyakan pada dokter, apakah metode diet OCD ini sesuai dengan kesehatan tubuhmu. Tidak sulit kok, sekarang ada aplikasi Halodoc yang bisa kamu pakai kapan saja untuk bertanya pada dokter

 

Referensi:

Livescience. Diakses pada 2020. Does Intermittent Fasting Have Benefits?  Science Suggest Yes.
Patterson, Ruth. E., et al. 2015. Diakses pada 2020. Intermittent Fasting  and Human Metabolic Health. Journal of the Academy of Nutrition and Dietetics 115(8): p1203-1212.

Ganesan, K., et al. 2018. Diakses pada 2020. Intermittent Fasting: The Choice for a Healthier Lifestyle. Cureus 10(7): e2947.

The Washington Post. Diakses pada 2020. Timing Your Meals May Help with Weight Loss. That's What it Seems to Do in Mice.

 

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan