Kenali Long Hauler Covid, Gejala COVID-19 yang Lama Sembuh

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   02 Februari 2021
Kenali Long Hauler Covid, Gejala COVID-19 yang Lama SembuhKenali Long Hauler Covid, Gejala COVID-19 yang Lama Sembuh

Halodoc, Jakarta - Penyakit COVID-19 yang terjadi akibat infeksi virus corona menimbulkan gejala yang sangat beragam. Sebagian besar pengidap gangguan kesehatan ini mengalami gejala yang terbilang ringan dan biasanya akan membaik dalam waktu sekitar 2 minggu. 

Akan tetapi, ada pula pengidap yang mengalami gejala berat sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh, biasanya antara 3 hingga 6 minggu. Bahkan, sebuah studi yang dimuat dalam BMJ menemukan bahwa sekitar 10 persen pengidap COVID-19 telah mengalami gejala yang bisa dibilang berkepanjangan, yaitu selama berbulan-bulan sejak pertama kali dinyatakan terinfeksi. 

Ternyata, ada istilah medis untuk kondisi tersebut, yaitu long hauler covid. Apa sebenarnya long hauler covid ini? Berikut pembahasannya!

Baca juga: Rencana Tata Laksana Vaksin Corona, Begini Tahapannya

Mengenali Long Hauler Covid, Gejala COVID-19 yang Lama Sembuh

Seseorang bisa dikatakan mengalami kondisi long hauler covid apabila telah terinfeksi virus corona dan mengalami gejala selama 28 hari atau bahkan lebih lama dari itu setelah dinyatakan terinfeksi. Kondisi ini bisa terjadi pada siapa saja tanpa memandang usia dan jenis kelamin. 

Kemungkinan besar, long hauler covid lebih berisiko terjadi pada orang yang memiliki kondisi medis lainnya. Meski begitu, para peneliti masih terus melakukan studi terkait kebenaran dari hal tersebut. Jika dilihat dari kasus yang ditemui, long hauler covid memang lebih sering terjadi pada orang-orang yang termasuk kelompok berisiko tinggi. Namun, orang dengan kondisi sehat pun bisa mengalaminya. 

Apa Saja Gejala dari Long Hauler Covid?

Ada beberapa gejala yang termasuk dalam long hauler covid, seperti:

  • Sesak napas;
  • Nyeri atau sesak pada dada;
  • Diare;
  • Nyeri otot;
  • Sakit kepala.

Baca juga: Ini yang Mungkin Terjadi Jika Physical Distancing Diakhiri Terlalu Cepat

Akan tetapi, gejala yang paling terlihat dan paling sering dialami oleh pengidap adalah tubuh mengalami kelelahan. Pengidap akan merasa sangat lesu, lelah, dan kurang bertenaga. Mereka bahkan mengaku tidak bisa memaksakan diri untuk beraktivitas.

Kelelahan yang dialami dari pengidap long hauler covid ini terkadang bisa mengakibatkan rasa frustasi karena sangat melemahkan. Bahkan, tidak jarang terjadi kondisi yang disebut dengan brain fog, yaitu kesulitan berkonsentrasi dan terjadi penurunan pada kemampuan kognitif.

Apakah Kondisi Ini Bisa Menular?

Umumnya, seseorang yang terinfeksi positif virus corona, penularannya akan menghilang setelah satu minggu atau lebih. Lalu, pengidap akan mulai pemilihan. Tidak jauh berbeda, pengidap long hauler covid juga terbilang jarang mengalami demam yang panjang. 

Baca juga: Perlu Tahu, Ini Fakta Lengkap Mengenai Vaksin COVID-19

Hal tersebut menjadi pertanda bahwa bisa saja penyakit COVID-19 tidak lagi menular setelah beberapa bulan setelah terinfeksi pertama kali. Memang benar, infeksi virus corona bisa menyebabkan munculnya respons peradangan pada tubuh yang mengakibatkan timbulnya banyak gejala berbeda. 

Meski begitu, tetap saja diperlukan studi dan analisis lebih lanjut guna mengetahui alasan mengapa virus corona bisa memicu terjadinya gejala yang tidak kunjung sembuh. 

Jadi, selalu pastikan kamu menjaga kesehatan guna menghindari paparan infeksi virus yang mematikan ini. Konsumsi vitamin yang bisa membantu meningkatkan imunitas tubuh, penuhi asupan makanan bergizi dan cairan harian. Jika kamu tidak sempat membeli vitamin di apotek, kamu bisa menggunakan layanan pharmacy delivery dari aplikasi Halodoc. Tentu saja, lebih cepat dan praktis tanpa harus keluar rumah.



Referensi:
Cleveland Clinic. Diakses pada 2021. What It Means to Be a Coronavirus “Long-Hauler”.
Trissa G., et al. 2020. Diakses pada 2021. Management of post-acute covid-19 in primary care. BMJ 370.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan