Halodoc, Jakarta – Tinnitus adalah gejala kerusakan telinga yang ditandai dengan muncul suara berdenging dan mengganggu pendengaran. Denging yang muncul bisa berlangsung dalam jangka waktu yang lama bisa juga dalam waktu singkat tapi sering. Pada beberapa kasus, kondisi ini bisa menyerang pada salah satu atau kedua telinga. 

Telinga berdenging alias tinnitus bisa menjadi gejala dari beberapa kondisi, seperti gangguan di organ dalam telinga, gangguan di dalam pembuluh darah, atau karena efek samping obat yang dikonsumsi. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengobati serta mengurangi denging yang muncul, salah satunya dengan masking device. Bagaimana prosedurnya? Simak di sini!

Baca juga: 4 Kebiasaan Buruk Penyebab Tinnitus

Mengenal Tinnitus dan Cara Mengatasinya 

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membantu mengatasi tinnitus, salah satunya dengan alat bantu bernama masking device atau masker pendengaran. Perangkat ini menyerupai alat bantu dengar yang dipasangkan di telinga. Masking device akan mematikan suara-suara tertentu yang bertujuan untuk “mengacaukan” kebisingan yang muncul akibat tinnitus. 

Karena tujuannya untuk mendistraksi, suara yang dimainkan biasanya akan menyenangkan dan bersifat menenangkan. Namun, suara yang digunakan juga memiliki fungsi terapi untuk menghilangkan kebisingan pada telinga pengidap tinnitus. Selain dengan alat ini, tinnitus juga bisa ditangani dengan beberapa cara pengobatan lainnya. 

Kuping berdenging alias tinnitus bisa dialami oleh siapa saja, tapi risikonya menjadi lebih tinggi pada orang yang sudah lanjut usia (lansia). Gejala khas dari gangguan ini adalah muncul sensasi bunyi berdenging, padahal tidak ada suara sama sekali di sekitarnya. Bunyi yang muncul bersifat internal atau muncul dari dalam telinga. 

Tinnitus ditandai dengan muncul sensasi suara seperti dengung, desis, detak, serta gemuruh. Sensasi suara yang muncul bisa terdengar pelan, lembut, hingga keras. Pada beberapa orang, suara yang muncul bisa terdengar sangat keras sehingga mengganggu konsentrasi dan menutupi bunyi lain yang bersifat nyata di sekitarnya. 

Cara mengatasi kondisi ini disesuaikan dengan penyebabnya. Jika kondisi ini muncul karena kotoran telinga yang menumpuk, tinnitus diatasi dengan cara mengangkat kotoran tersebut. Sementara tinnitus yang disebabkan oleh gangguan pada pembuluh darah diatasi dengan cara bedah serta konsumsi obat-obatan tertentu. 

Baca juga: Cara Pencegahan Tinnitus yang Wajib Dipahami

Terapi juga bisa dilakukan untuk melatih dan membiasakan pengidap tinnitus untuk mengatasi dan menghilangkan suara yang muncul. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan, di antaranya: 

1.Terapi Suara 

Pengidap tinnitus bisa menjalani terapi suara untuk mengatasi suara yang muncul. Terapi bisa dilakukan dengan menggunakan bunyi-bunyi yang bisa menyamarkan denging, di antaranya bunyi ombak laut atau suara rintik hujan. 

2.Tinnitus Retraining Therapy

Tinnitus retraining therapy (TRT) dilakukan untuk melatih fokus pengidap tinnitus. Orang dengan gangguan ini akan dibantu agar tidak terfokus pada bunyi yang muncul akibat tinnitus. 

Sayangnya, hingga kini kondisi ini disebut tidak bisa diatasi dengan obat-obatan. Namun, konsumsi obat tertentu bisa membantu pengidap tinnitus mengatasi gejala yang muncul dan menghindari kondisi menjadi lebih buruk. Dokter akan mempertimbangkan beberapa faktor sebelum memberikan obat. Pada tinnitus yang menyebabkan hilangnya pendengaran, pengidapnya disarankan untuk menggunakan alat bantu dengar. 

Baca juga: Sering Mendengarkan Musik Keras, Berisiko Terkena Tinnitus?

Masih penasaran tentang masking device dan cara mengatasi tinnitus lainnya? Tanya dokter di aplikasi Halodoc saja. Kamu bisa dengan mudah menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan informasi seputar kesehatan dan tips mengatasi gangguan telinga dari ahlinya. Yuk, download sekarang di App Store dan google Play!

Referensi 

Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Tinnitus.

WebMD. Diakses pada 2020. How do masking devices treat tinnitus?

American Tinnitus Association. Diakses pada 2020. Sound Therapies.