Kerap Disamakan, Ini Perbedaan Stockholm Syndrome dan Sindrom Lima

3 menit
Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   30 November 2022

“Stockholm syndrome adalah kondisi ketika korban penyanderaan membentuk perasaan positif terhadap pelaku. Sementara itu, sindrom lima merupakan kondisi yang berkebalikan terhadap stockholm syndrome.”

Kerap Disamakan, Ini Perbedaan Stockholm Syndrome dan Sindrom LimaKerap Disamakan, Ini Perbedaan Stockholm Syndrome dan Sindrom Lima

Halodoc, Jakarta – Kamu mungkin pernah mendengar istilah Stockholm syndrome. Kondisi ini terjadi ketika seseorang yang menjadi korban penyanderaan membentuk ikatan dan perasaan positif terhadap pelakunya. Namun, terjadi pula kondisi ketika pelaku justru membentuk ikatan positif terhadap korbannya. Kondisi ini dikenal dengan sindrom Lima. 

Apa Itu Sindrom Lima? 

Sindrom Lima merupakan suatu bentuk respons psikologis ketika pelaku penyanderaan memiliki perasaan dan ikatan yang positif dengan para korbannya. Saat kondisi ini muncul, pelaku mungkin saja memiliki empati pada kondisi korban. 

Para pelaku tetap memiliki ikatan emosional dengan para korban. Beberapa akhirnya menyerah pada hal yang menjadi keinginan dan kebutuhan mereka. Kerap kali, ini terjadi sampai pada kondisi pelaku akhirnya melepaskan korban tanpa syarat. 

Sindrom Lima dapat menjadi efek dari rasa bersalah pelaku atau menunjukkan rasa empati tertentu. Sering terjadi, pelaku akhirnya mencoba memosisikan diri pada posisi korban yang merasa ketakutan. 

Sejarah Munculnya Sindrom Lima

Istilah sindrom lima bermula ketika terjadi penyanderaan pada penghujung tahun 1196 di Lima, Peru. Kala itu, duta besar Jepang menggelar pesta meriah dan mengundang ratusan tamu yang sebagian besar merupakan pejabat pemerintah dan diplomat tingkat tinggi. 

Saat itulah krisis terjadi. Kelompok yang menamai diri sebagai Gerakan Revolusioner Tupac Amaru atau MTRA menangkap dan menyandera para tamu dengan tuntutan untuk membebaskan anggota MTRA dari penjara. Namun, memasuki bulan pertama penyanderaan, mereka akhirnya membebaskan sebagian besar korban. 

Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Apabila kamu mengenali Stockholm syndrome sebagai kondisi ketika korban membentuk ikatan yang positif terhadap pelaku, kondisi yang terjadi dalam kasus penyanderaan di Lima ini adalah sebaliknya. 

Justru, para penyandera mulai menaruh rasa simpati dan empati kepada para korban. Inilah yang selanjutnya dikenal dengan sindrom Lima. Aktivitas ini resmi selesai pada musim semi tahun 1997, saat pelaku akhirnya membebaskan semua korban yang tersisa.

Apa Saja Tanda dan Gejalanya?

Umumnya, seseorang mengalami kondisi sindrom Lima saat mereka menunjukkan gejala berikut ini.

  • Ada di posisi pelaku.
  • Membentuk ikatan dan hubungan yang positif dengan para korban.

Namun, ikatan dan hubungan positif bisa sangat luas maknanya dan bisa mengacu pada banyak versi. Beberapa contohnya seperti berikut ini. 

  • Merasakan simpati dan empati terhadap kondisi korban.
  • Memberikan perhatian lebih untuk semua hal yang menjadi kebutuhan dan keinginan korban.
  • Menunjukkan perasaan terikat, suka, atau menyayangi korban.

Apa yang Menjadi Pembeda dengan Stockholm Syndrome?

Perbedaan yang paling nyata antara Sindrom Lima dan stockholm Syndrome adalah ikatan yang muncul antara korban dan pelaku. Stockholm syndrome muncul saat korban memiliki emosi positif terhadap pelaku. Sementara sindrom Lima merupakan kondisi yang berkebalikan. 

Para ahli meyakini kalau Stockholm syndrome merupakan proses koping guna membantu seseorang menjalani dan menerima kondisi mereka selama masa trauma. Sayangnya, hanya sedikit sekali studi yang berfokus pada sindrom Lima daripada Stockholm Syndrome

Pastinya, sindrom Lima menjadi kondisi yang jarang terjadi. Selain itu, mengidap kelainan mental ini pada satu waktu tidak sama dengan menyebutkan bahwa seseorang sedang sakit atau gila. 

Jika kamu merasakan kondisi yang tidak biasa atau pernah mengalami trauma yang mengarah pada dua kondisi kelainan mental ini, jangan ragu untuk chat dengan psikolog atau psikiater  di Halodoc

Kamu juga bisa menggunakan kalkulator depresi di aplikasi Halodoc untuk mengetahui apakah kamu sedang mengalami kondisi depresi atau tidak. Pastikan saja kamu sudah download aplikasi Halodoc di ponselmu, gratis melalui App Store maupun Play Store. 

Banner download aplikasi Halodoc
Referensi:
Emergency Live. Diakses pada 2022. Apa Itu Sindrom Lima? Apa Yang Membedakannya Dari Sindrom Stockholm Yang Terkenal?
The Sociological Quarterly. Diakses pada 2022. Stockholm Syndrome as Vernacular Resource.
Emergency Live. Diakses pada 2022. Sindrom Lima: Ketika Penculik Tetap Terikat Secara Emosional Dengan Penculiknya.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan