Kesehatan Mental Terancam, Kompetisi Bisa Berujung Depresi

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   04 Desember 2019
Kesehatan Mental Terancam, Kompetisi Bisa Berujung DepresiKesehatan Mental Terancam, Kompetisi Bisa Berujung Depresi

Halodoc, Jakarta - Kali ini, berita duka datang dari Idola sekaligus aktor Korea, Cha In Ha. Aktor yang memulai debutnya pada tahun 2017 lewat grup SURPRISE U ini meninggal dunia pada usia 27 tahun.

Sampai hari ini, pihak yang berwajib masih menyelidiki lebih lanjut penyebab pasti wafatnya Cha In Ha. Meski demikian, kepergian Cha In Ha kembali menambah catatan kelam kehidupan selebritas Korea. Pasalnya, tak sedikit bintang Korea yang memilih jalan pintas untuk mengakhiri hidup saat depresi. Sebut saja Sulli dan Goo Hara yang meninggal dalam kurun waktu dua bulan terakhir.

Untuk dapat bertahan di industri hiburan Korea, tidak hanya cukup memiliki popularitas. Melainkan harus memiliki rasa percaya diri dan pantang menyerah. Ini dikarenakan tingkat kompetitif yang sangat tinggi antar sesama selebriti sehingga setiap hal yang dilakukan pasti akan menjadi sorotan media. Alhasil, tidak sedikit selebriti Korea yang depresi lantaran tertekan akibat kompetisi satu sama lain.

Baca juga: 10 Tanda Kalau Kondisi Psikologis Sedang Terganggu

Ketenaran dan Minimnya Ruang Privasi 

Kompetisi yang menuntut kerja keras mereka untuk mencapai kesempurnaan standar industri membuat mereka kehilangan “hak hidup” sebagai manusia biasa. Parahnya lagi, para fans fanatik yang biasa disebut dengan saesang ini beranggapan bahwa idola mereka hanya milik mereka saja.

Bahkan penggemar ada yang sampai mengancam untuk membunuh, meneror, membuntuti, atau melakukan perilaku lain yang merupakan pelanggaran hukum. Jadi tidak heran jika para idola terkekang karena hal-hal gila yang dilakukan fans fanatik, sehingga mereka tidak nyaman untuk melanjutkan hidup. 

Baca juga: 4 Manfaat Liburan Bagi Kesehatan Fisik dan Mental Hidup Sehat

Cara Hindari Stres yang Dapat Berujung Depresi

Para idola yang telah mendahului dapat menjadi inspirasi sekaligus pengingat betapa pentingnya menjaga kesehatan mental. Maraknya kasus bunuh diri bisa dijadikan cermin dalam melawan pandangan patriarki di masyarakat, terutama fans fanatik yang terobsesi terhadap kesempurnaan penampilan seorang idola.

Depresi yang berlarut-larut tanda penanganan ahli merupakan tindakan yang dapat berujung mengancam nyawa. Bagaimana tidak, kondisi yang satu ini akan memengaruhi bagaimana cara berpikir, tingkah laku, serta emosi pengidapnya. Gejala yang paling parah adalah munculnya pikiran “hidupku tak berarti”, sehingga berdampak pada hilangnya gairah dalam menjalani kehidupan dan timbul pikiran untuk mengakhiri hidup.

Mawas diri diperlukan agar penanganan dapat dilakukan sesegera mungkin. Dalam hal ini, terapi psikologi guna membangun pola pikir dan perilaku dilakukan guna mencegah gejala depresi datang kembali. Psikoterapi merupakan salah satu cara paling efektif dalam membantu mengenali diri sendiri, serta mengubah pola pikir dan perilaku yang dapat menjadi pemicu depresi.

Tak hanya mengubah pola pikir dan perilaku, dalam kasus yang parah obat-obatan juga diperlukan sebagai penunjang proses pengobatan. Beberapa tips yang dapat dilakukan untuk mencegah pikiran terus larut dalam kesedihan:

  • Lakukan hobi yang menantang, sehingga tubuh dapat memproduksi hormon dopamin yang dapat menciptakan kesenangan dalam hati.

  • Perangi pikiran negatif yang muncul dengan logika.

  • Curhat dengan teman atau buku harian. Ceritakan apapun suasana hati yang kamu rasakan.

  • Menjaga komunikasi dengan orang yang kamu percaya, seperti pasangan, keluarga atau sahabat, agar kamu tidak merasa sendiri dan kesepian.

  • Lakukan olahraga secara teratur setiap hari selama 20-30 menit, agar tubuh memproduksi hormon endorfin yang mampu meningkatkan suasana hati.

  • Cukup waktu tidur, minimal 6 hingga 8 jam perhari.

Baca juga: Seni Sebagai Terapi Gangguan Jiwa

Hal yang perlu kamu ingat adalah, hidup merupakan kompetisi. Semua orang akan dihadapkan pad stres di segala aspek kehidupan. Hal tersebut tidak dapat dihindari. Hal yang harus dilakukan adalah mengelola dan melihat stres dari pandangan yang berbeda. Jangan sampai stres berujung pada depresi yang menguasai diri, sehingga timbul pikiran untuk bunuh diri.

Pastikan kamu berdiskusi dengan membuat janji dengan psikolog maupun psikiater di rumah sakit terdekat melalui aplikasi Halodoc, sehingga depresi dapat diatasi. Mengatasi depresi dapat lebih mudah dilakukan dengan dukungan dan peran serta keluarga atau sahabat. Tak hanya itu, pengidap depresi juga dapat bergabung bersama-sama dalam sebuah kelompok agar dapat saling bertukar pikiran dalam mengatasi depresi.

Referensi:
Voa News. Diakses pada 2019. South Korea Takes Aim at High Suicide Rate.
Reuters. Diakses pada 2019. Cyber Bullying, Star Suicides: The Dark Side of South Korea's K-Pop World.
WebMD. Diakses pada 2019. 10 Natural Depression Treatments.

 

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan