Keracunan Makanan
Pengertian Keracunan Makanan
Keracunan makanan adalah segala gejala yang timbul akibat makanan yang terkontaminasi. Makanan terkontaminasi dapat mengandung organisme infeksius berupa bakteri, virus, maupun parasit atau toksin yang dihasilkan oleh organisme tertentu.
Organisme infeksius atau toksin dapat mengkontaminasi makanan pada segala titik dari mulai proses, produksi atau distribusi suatu makanan.
Penyebab Keracunan Makanan
Keracunan makanan terjadi karena organisme kontaminan masuk ke dalam makanan. Salmonella, Campylobacter, Listeria, Clostridium Botulinum, dan Escherichia Coli (E. coli) adalah organisme yang sering menyebabkan keracunan makanan.
-
Salmonella
Bakteri ini didapatkan dari telur mentah atau telur setengah matang, dapat pula ditemukan pada daging, unggas dan sayur yang tidak dimasak yang telah terkontaminasi sebelumnya. Butuh waktu 6 – 72 jam untuk bakteri ini hingga menimbulkan keluhan.
-
E. Coli
Bakteri ini biasanya ditemukan pada daging cincang mentah atau produk susu yang tidak dipasteurisasi. Dibutuhkan 3 – 8 hari hingga bakteri ini dapat menimbulkan diare berdarah disertai kram perut dan muntah.
-
Campylobacter
Bakteri ini ditemukan pada produk daging dan susu yang tidak dimasak dengan baik dan air yang terkontaminasi sebelumnya. Dibutuhkan 2 – 5 hari untuk bakteri ini menimbulkan keluhan berupa diare disertai mual, muntah dan nyeri kepala.
-
Listeria
Ditemukan pada makanan siap santap yang didinginkan seperti sosis, dan produk olahan susu seperti keju atau yoghurt. Bakteri ini memiliki masa inkubasi yang lama yaitu 3 – 21 hari untuk dapat menimbulkan keluhan. Keluhan yang ditimbulkan oleh bakteri ini berupa demam, nyeri otot, mual, muntah, diare, hingga leher kaku dan linglung.
-
Clostridium botulinum
Biasa ditemukan pada makanan kaleng yang telah kadaluarsa atau yang memiliki tingkat keasaman rendah. Dalam 12 – 36 jam toksin dari bakteri ini dapat menimbulkan keluhan neurologi pada pengidapnya berupa lelah, lesu, vertigo, pandangan kabur, hingga kesulitan menelan dan bicara.
Faktor Risiko Keracunan Makanan
Faktor risiko biasanya bergantung pada organisme apa yang mengkontaminasi makanan, jumlah yang dimakan, umur dan status kesehatan saat ini. Ada beberapa kelompok yang memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadi keracunan makanan, yaitu:
-
Orang Tua
Pertambahan usia dapat membuat sistem imun mengalami penurunan fungsi. Itulah sebabnya lansia memiliki respon imunitas yang lebih rendah terhadap makanan yang terkontaminasi sehingga lebih mudah untuk mengalami keracunan makanan.
-
Wanita Hamil
Perubahan metabolisme selama hamil akan meningkatkan risiko terhadap keracunan makanan. Reaksi tubuh terhadap organisme kontaminan juga dapat lebih parah dari biasanya.
-
Bayi dan Anak-Anak
Pada masa anak anak, sistem imun belum sepenuhnya berkembang layaknya orang dewasa, sehingga respons terhadap pajanan organisme kontaminan dalam makanan juga semakin rendah.
-
Penyakit Kronis
Memiliki penyakit kronis seperti diabetes dan penyakit liver dapat menurunkan respons kekebalan tubuh terhadap paparan organisme kontaminan. Demikian juga orang dengan kondisi khusus seperti mereka yang sedang menjalani kemoterapi.
Gejala Keracunan Makanan
Gejala keracunan makanan cukup beragam bergantung pada sumber kontaminasi. Sebagian besar keracunan makanan dapat menyebabkan beberapa tanda dan gejala berikut ini:
- Mual.
- Muntah.
- Diare yang berair atau berdarah.
- Nyeri dan kram perut.
- Demam.
Tanda dan gejala dapat timbul beberapa saat setelah memakan makanan yang terkontaminasi, atau bahkan beberapa hari bahkan minggu setelahnya. Gejala tersebut umumnya bertahan beberapa jam saja hingga menetap selama beberapa hari.
Diagnosis Keracunan Makanan
Keracunan makanan dapat didiagnosis berdasarkan riwayat makan sebelumnya, gejala dan tanda yang muncul pada pasien. Dokter juga menilai tanda-tanda dehidrasi yang dapat muncul setelah pasien mengalami keracunan makanan. Pemeriksaan darah rutin, feses rutin, parasit feses, serta kultur bakteri feses dilakukan untuk mengkonfirmasi penyebab keracunan makanan.
Pengobatan Keracunan Makanan
Beberapa kasus keracunan makanan biasanya tidak memerlukan penanganan khusus. Gejala biasanya akan hilang dalam beberapa hari. Pada pengidap dewasa dan anak yang kehilangan cairan begitu banyak karena diare dan muntah, perlu mendapatkan asupan cairan tambahan melalui infus.
Kasus keracunan makanan yang berat yang disebabkan oleh bakteri akan membutuhkan tambahan antibiotik untuk mengeliminasi penyebab dari keracunan makanan.
Penanganan sementara di rumah dapat dilakukan dengan menambah asupan cairan dan elektrolit. Asupan cairan dan elektrolit dapat mengganti cairan tubuh yang hilang karena diare dan muntah.
Menghindari makanan yang mengiritasi lambung seperti kopi, alkohol, makanan pedas dan berlemak dapat digunakan untuk mengurangi keluhan yang dirasakan pengidap.
Komplikasi Keracunan Makanan
Dalam beberapa kondisi, keracunan makanan dapat menyebabkan dehidrasi, sindrom uremik hemolitik, atau komplikasi lainnya. Namun, komplikasi serius jarang terjadi, karena biasanya keracunan makanan hanya berlangsung dalam waktu singkat, dan kebanyakan orang sembuh tanpa mengalami komplikasi
Pencegahan Keracunan Makanan
Kontaminasi makanan dapat terjadi di segala titik pembuatan makanan, mulai dari proses pengambilan bahan baku, pemasakan, hingga pengedaran makanan. Kontaminasi ini terjadi di segala tempat, mulai dari kantin, katering, hingga di rumah sendiri.
Ada beberapa cara yang dilakukan untuk menghindari keracunan makanan, yaitu:
-
Menjaga Kebersihan
Menjaga kebersihan bisa dilakukan dengan cara mencuci tangan, membersihkan alat memasak dengan menggunakan sabun dan air mengalir. Ini dilakukan untuk menghindari dari bakteri kontaminan makanan.
-
Memasak pada Suhu yang Tepat
Hampir sebagian besar organisme kontaminan dapat mati pada pemanasan dengan suhu yang tepat. Sebagai contoh, memasak daging merah minimal pada suhu 71 derajat Celcius dan daging unggas pada suhu diatas 74 derajat Celcius untuk dapat mematikan bakteri.
-
Menyimpan Bahan Makanan dengan Tepat
Proses penyimpanan makanan membantu meminimalisir risiko keracunan makanan. Sebab, beberapa bakteri dapat berkembang biak meskipun pada suhu lemari pendingin. Jadi, dibutuhkan suhu yang lebih rendah untuk menghentikan aktivitas bakteri.
Penyimpanan bahan makanan yang disesuaikan letaknya juga menurunkan risiko kontaminasi silang, contoh, buah dan sayur pada box buah, daging, makanan siap saji, dan ikan pada freezer.
-
Membuang Makanan yang Tak Layak Konsumsi
Perubahan warna, bau dan bentuk merupakan salah satu tanda bahwa bahan makanan sudah tidak layak digunakan. Jika terdapat salah satu bahan yang diragukan kualitasnya, penting untuk lebih baik membuang makanan tersebut daripada menggunakannya.
Kapan Harus ke Dokter?
Meskipun keracunan makanan dapat membaik dalam beberapa hari, pengidap perlu segera ke dokter jika mengalami tanda-tanda dehidrasi. Jangan lupa untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan suplemen lewat toko kesehatan di Halodoc. Belum punya aplikasinya? Segera download Halodoc ya!
Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Food Poisoning
Healthline. Diakses pada 2022. Food Poisoning
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada 2022. Food Poisoning
Diperbarui pada 23 Mei 2022
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan