Sindrom Tourette

DAFTAR ISI
- Apa Itu Sindrom Tourette?
- Penyebab Sindrom Tourette
- Faktor Risiko Sindrom Tourette
- Gejala Sindrom Tourette
- Apa Kata Studi tentang Sindrom Tourette?
- Diagnosis Sindrom Tourette
- Pengobatan Sindrom Tourette
- Pentingnya Dukungan untuk Pengidap Sindrom Tourette
- Komplikasi Sindrom Tourette
- Pencegahan Sindrom Tourette
- Kapan Harus ke Dokter?
Apa Itu Sindrom Tourette?
Sindrom Tourette adalah gangguan neurologis yang mempengaruhi otak dan saraf. Sindrom ini biasanya berkembang pada anak usia dini dan sering membaik saat dewasa.
Sindrom ini menyebabkan seseorang membuat gerakan atau suara tiba-tiba yang disebut tics.
Tics adalah gerakan yang tidak disengaja, jadi seseorang tidak dapat mengontrol atau mencegahnya.
Tics motorik adalah gerakan tubuh yang dilakukan tanpa sengaja, seperti mengangkat bahu. Tics vokal adalah suara yang keluar tanpa sengaja, seperti membersihkan tenggorokan. Biasanya, tics motorik muncul lebih dulu sebelum tics vokal.
Penyebab Sindrom Tourette
Penyebab pasti sindrom Tourette belum sepenuhnya dipahami, tetapi beberapa hal yang diduga berperan antara lain:
1. Ketidakseimbangan neurotransmitter
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa, ketidakseimbangan neurotransmitter, yaitu zat kimia yang mengirimkan sinyal antar sel saraf di otak, berperan dalam sindrom Tourette.
Neurotransmitter seperti dopamin dan serotonin diyakini berperan penting dalam pengendalian gerakan dan perilaku, yang mungkin terganggu pada penderita Tourette.
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan seperti infeksi, stres, atau trauma pada masa anak-anak dapat memicu atau memperburuk gejala Tourette pada individu yang memiliki kecenderungan genetik terhadap gangguan ini.
Fakta tentang Sindrom Tourette
1. Sindrom Tourette pertama kali ditemukan oleh ahli saraf Prancis Jean-Martin Charcot pada tahun 1885.
2. Meski menimbulkan gejala yang mirip, latah adalah kondisi yang berbeda dengan sindrom Tourette.
3. Tourette pernah dianggap sebagai sindrom langka. Gangguan kesehatan ini secara populer dikaitkan dengan koprolalia (ucapan atau kata-kata yang tidak pantas disebutkan).
Faktor Risiko Sindrom Tourette
Faktor risiko untuk sindrom Tourette meliputi:
1. Riwayat keluarga
Sindrom Tourette cenderung muncul dalam keluarga, yang menunjukkan adanya faktor genetik.
Namun, tidak semua orang dengan riwayat keluarga Tourette pasti mengalaminya. Sebaliknya, seseorang yang tidak memiliki riwayat keluarga juga bisa mengidapnya.
2. Jenis kelamin
Secara statistik, laki-laki memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami sindrom Tourette dibandingkan dengan perempuan.
Sekitar 3 hingga 4 kali lebih banyak laki-laki yang didiagnosis dengan sindrom Tourette daripada perempuan.
Meskipun begitu, sindrom ini tetap bisa terjadi pada perempuan. Gejala pada perempuan cenderung lebih ringan dan bisa muncul dengan pola yang sedikit berbeda dibandingkan dengan laki-laki.
Gejala Sindrom Tourette
Gejala utama sindrom Tourette adalah tics, yaitu gerakan atau vokalisasi yang mendadak dan berulang-ulang. Gejala bervariasi dari ringan hingga berat dan memengaruhi kualitas hidup pengidap.
Tics diklasifikasikan menjadi tics sederhana dan tics kompleks, berikut penjelasannya:
1. Tics sederhana
Pada tics sederhana, gejala motorik yang sering ditemukan adalah kedipan mata, sentakan kepala, mengangkat bahu, pandangan mata yang beralih, kedutan hidung, gerakan mulut yang aneh.
Sementara gejala vocal yang umum adalah mengerang, batuk, berdeham, dan menggonggong.
2. Tics kompleks
Pada tics kompleks, gejala motorik yang sering ditemukan adalah menyentuh dan mengendus barang, gerakan yang berulang, melangkah dengan pola tertentu, gerakan senonoh, membungkuk atau memutar badan, dan melompat-lompat.
Sementara itu, mengulang kata-kata orang lain, menggunakan kata-kata kasar, dan mengumpat menjadi gejala vocal yang mudah untuk diperhatikan dari pengidap.
Faktanya tics yang sederhana melibatkan sedikit kelompok otot, sedangkan tics kompleks melibatkan banyak kelompok otot.
Jika kamu mengalami gejalanya, Ini Ahli Medis yang Bisa Bantu Pengobatan Sindrom Tourette.
Apa Kata Studi tentang Sindrom Tourette?
Studi berjudul A Review of the Current Treatment of Tourette Syndrome yang dipublikasikan oleh The Journal of Pediatric Pharmacology and Therapeutics (2020) menyebut bahwa, sindrom Tourette adalah gangguan yang menyebabkan seseorang melakukan gerakan atau mengeluarkan suara yang tidak terkendali, yang disebut tic.
Gangguan ini biasanya muncul sebelum usia 18 tahun dan bisa berupa gerakan tubuh (tic motorik) atau suara (tic vokal). Tingkat keparahan dan jenis tic yang dialami bisa berbeda-beda dan bisa berubah seiring waktu.
Sindrom Tourette dapat mempengaruhi hubungan sosial, seperti kesulitan berinteraksi dengan orang lain, dan juga dapat mempengaruhi kehadiran di sekolah.
Selain itu, kondisi ini bisa menyebabkan pengidap merasa cemas atau depresi.
Diagnosis Sindrom Tourette
Berikut adalah cara-cara untuk mendiagnosis sindrom Tourette:
1. Wawancara klinis
Dokter akan melakukan wawancara mendalam dengan pasien dan keluarga untuk mengumpulkan riwayat medis dan gejala yang dialami. Mereka akan menanyakan kapan tics pertama kali muncul, frekuensi, serta jenis tics yang terjadi (motorik atau vokal).
2. Pemeriksaan fisik
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memastikan bahwa gejala yang ditunjukkan bukan disebabkan oleh kondisi medis lain.
Pemeriksaan ini juga bertujuan untuk mengevaluasi apakah tics muncul di bagian tubuh tertentu atau secara keseluruhan.
3. Penilaian durasi gejala
Untuk mendiagnosis sindrom Tourette, tics harus terjadi setidaknya selama 1 tahun. Tics harus muncul sebelum usia 18 tahun, serta gejalanya mungkin tidak terkendali serta berulang.
4. Pengecualian gangguan lain
Dokter juga akan mengevaluasi apakah gejala tics disebabkan oleh gangguan lain, seperti gangguan obsesif-kompulsif (OCD) atau gangguan kecemasan. Hal ini dilakukan untuk memastikan diagnosis yang tepat.
5. Observasi dan catatan tics
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meminta pasien atau keluarga untuk mencatat tics yang muncul selama beberapa waktu, seperti frekuensi, durasi, dan jenis tics. Catatan ini akan membantu dokter dalam menentukan pola tics.
6. Tes tambahan (jika diperlukan)
Meskipun tidak ada tes laboratorium khusus untuk sindrom Tourette, tes tambahan seperti EEG (elektroensefalogram) atau pencitraan otak mungkin dilakukan. Tujuannya, untuk mengevaluasi apakah ada kelainan lain di dalam tubuh yang menyebabkan tics.
7. Evaluasi psikologis
Dokter atau ahli kesehatan mental mungkin melakukan penilaian psikologis untuk mengevaluasi dampak emosional dan sosial dari tics yang dialami pasien, serta untuk memeriksa adanya gangguan mental lain seperti kecemasan atau depresi.
Dengan langkah-langkah ini, dokter dapat membuat diagnosis yang tepat mengenai sindrom Tourette.
Pengobatan Sindrom Tourette
Meskipun belum ada obat yang dapat menyembuhkan sindrom Tourette, gejalanya dapat dikelola dengan beberapa pendekatan, antara lain:
1. Terapi perilaku kognitif
Terapi ini dapat membantu penderita Tourette untuk mengendalikan tics dan mengurangi dampak negatifnya.
2. Pengobatan medis
Beberapa obat, seperti antipsikotik atau obat yang mempengaruhi neurotransmitter, dapat digunakan untuk mengurangi tics pada beberapa penderita.
Terkadang, dokter meresepkan obat-obatan penurun tekanan darah yang membantu mengatasi gejala seperti serangan impulsif. Selain itu, antidepresan dapat diberikan untuk mengatasi kecemasan dan gangguan mood.
Simak rekomendasi obatnya pada artikel berikut ini:
- 3 Pilihan Pengobatan untuk Mengatasi Gangguan Kecemasan
- 7 Jenis Obat Alami untuk Redakan Kecemasan Berlebihan
3. Pendekatan lain
Latihan relaksasi, dukungan sosial, dan pendidikan bagi keluarga serta teman-teman penderita juga penting dalam membantu mengelola sindrom Tourette.
Pentingnya Dukungan untuk Pengidap Sindrom Tourette
Gejala tics yang tidak terkendali, baik motorik maupun vokalnya, seringkali menjadi pusat perhatian.
Kondisi ini bisa memicu isolasi sosial, rendah diri, dan stres yang berkepanjangan
Oleh karena itu, dukungan yang kuat dari lingkungan sekitar menjadi sangat penting bagi pengidapnya.
Berikut alasan mengapa dukungan sangat penting untuk pengidap sindrom Tourette:
- Dukungan dari keluarga, teman, dan masyarakat dapat membantu pengidap merasa lebih diterima dan tidak sendirian.
- Lingkungan yang suportif dapat membantu mengurangi stres yang seringkali menjadi pemicu tics yang lebih parah.
- Pengidap yang mendapat dukungan dapat mengembangkan kepercayaan diri dan merasa lebih mampu mengatasi tantangan sehari-hari.
- Dukungan dari orang-orang yang memahami sindrom Tourette dapat memberikan informasi yang akurat tentang kondisi ini, sehingga pengidap dapat lebih proaktif dalam mengelola gejalanya.
- Dengan bimbingan, pengidap dapat mempelajari teknik relaksasi dan manajemen stres yang efektif untuk mengurangi frekuensi dan intensitas tics.
- Dukungan sosial juga dapat membantu pengidap mendapatkan akses ke perawatan medis dan terapi yang tepat.
- Orang-orang terdekat yang mendukung dapat membantu pengidap mempertahankan hubungan sosial dan mencegah mereka merasa terisolasi.
- Pendidikan yang tepat untuk lingkungan sekitar dapat membantu mengurangi stigma yang seringkali dikaitkan dengan sindrom Tourette.
- Keluarga pengidap juga membutuhkan dukungan emosional untuk menghadapi tantangan dalam merawat keluarga yang mengidap sindrom Tourette.
Komplikasi Sindrom Tourette
Orang dengan sindrom Tourette sering menjalani kehidupan yang sehat dan aktif. Namun, sindrom ini sering menyebabkan kesulitan dalam perilaku dan hubungan sosial yang dapat merusak citra diri.
Kondisi yang sering dikaitkan dengan sindrom Tourette meliputi:
- Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).
- Gangguan obsesif-kompulsif (OCD).
- Gangguan spektrum autisme.
- Mempelajari ketidakmampuan.
- Gangguan tidur.
- Depresi.
- Gangguan kecemasan.
- Nyeri yang berhubungan dengan tics, terutama sakit kepala.
- Masalah manajemen kemarahan.
Pencegahan Sindrom Tourette
Saat ini, sindrom Tourette belum dapat dicegah sepenuhnya karena penyebab pasti masih belum sepenuhnya dipahami. Terutama yang berhubungan dengan faktor genetik.
Namun, beberapa langkah dapat membantu mengurangi risiko atau perburukan gejala, seperti:
- Deteksi dini. Mendeteksi gejala tics sejak dini dan memberikan penanganan yang tepat dapat membantu mengurangi dampak jangka panjang. Terapi perilaku atau pengobatan bisa membantu penderita mengelola gejalanya lebih baik.
- Manajemen stres. Stres dapat memperburuk gejala sindrom Tourette. Maka dari itu, mulailah untuk mengelola stres. Caranya bisa dengan melalui teknik relaksasi, yoga, atau meditasi.
- Pendidikan dan dukungan sosial. Memberikan pendidikan tentang sindrom Tourette kepada keluarga, guru, dan teman-teman pengidap dapat menciptakan lingkungan yang lebih suportif. Hal ini dapat membantu mengurangi kecemasan sosial yang dapat memperburuk tics.
- Menghindari faktor pemicu. Beberapa faktor seperti infeksi atau trauma bisa memperburuk gejala Tourette. Menghindari situasi atau faktor yang memicu stres atau infeksi bisa membantu mengurangi kemungkinan memperburuk kondisi tersebut.
- Pemeriksaan medis rutin. Memastikan kesehatan fisik secara umum juga penting, karena kondisi medis lainnya yang tidak diobati bisa memperburuk gejala sindrom Tourette.
Walaupun pencegahan secara pasti belum ada, langkah-langkah di atas dapat membantu penderita menjalani hidup dengan lebih baik dan mengelola gejala yang ada.
Kapan Harus ke Dokter?
Ketika kamu mengalami gejala sindrom Tourette yang dijelaskan tadi, segera periksakan diri dokter untuk penanganan lebih lanjut. Kamu bisa download Halodoc untuk menggunakan layanan chat dokter hingga beli obat dan vitamin.
Diperbarui pada 30 Januari 2025
Referensi:
WebMD. Diakses pada 2025. Tourette’s Syndrome.
Mayo Clinic. Diakses pada 2025. Tourette Syndrome.
Cleveland Clinic. Diakses pada 2025. Tourette Syndrome.
Kids Health. Diakses pada 2025. Tourette Syndrome.
The Journal of Pediatric Pharmacology and Therapeutics. Diakses pada 2025. A Review of the Current Treatment of Tourette Syndrome
Frequently Asked Questions
1. Sindrom Tourette disebabkan oleh apa?
Sindrom Tourette disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan yang mempengaruhi bagian otak, yang kemudian mengontrol gerakan dan perilaku. Penyebab pastinya belum sepenuhnya diketahui.
2. Sindrom Tourette apakah bisa sembuh?
Hingga kini belum ada obat untuk menyembuhkannya penyakit ini. Namun, banyak pengidap Sindrom Tourette dapat mengelola gejalanya dengan pengobatan dan terapi.
3. Apakah tic dan Tourette sama?
Tic adalah gerakan atau suara yang dilakukan tanpa sengaja. Sindrom Tourette adalah kondisi yang menyebabkan tics.
4. Sindrom Tourette umur berapa?
Sindrom Tourette biasanya muncul pada anak-anak antara usia 5 hingga 10 tahun, dengan gejala pertama biasanya muncul pada usia 6 hingga 7 tahun.