halodoc-banner
  • Kamus Kesehatan A-Z
  • Perawatan Khusus keyboard_arrow_down
  • Cek Kesehatan Mandiri keyboard_arrow_down
close
halodoc-logo
Download app banner

sign-in logo Masuk

home icon Beranda


Layanan Utama

keyboard_arrow_down
  • Chat dengan Dokter icon

    Chat dengan Dokter

  • Toko Kesehatan icon

    Toko Kesehatan

  • Homecare icon

    Homecare

  • Asuransiku icon

    Asuransiku

  • Haloskin icon

    Haloskin

  • Halofit icon

    Halofit

Layanan Khusus

keyboard_arrow_down
  • Kesehatan Kulit icon

    Kesehatan Kulit

  • Kesehatan Seksual icon

    Kesehatan Seksual

  • Kesehatan Mental icon

    Kesehatan Mental

  • Kesehatan Hewan icon

    Kesehatan Hewan

  • Perawatan Diabetes icon

    Perawatan Diabetes

  • Kesehatan Jantung icon

    Kesehatan Jantung

  • Parenting icon

    Parenting

  • Layanan Bidan icon

    Layanan Bidan

Cek Kesehatan Mandiri

keyboard_arrow_down
  • Cek Stres icon

    Cek Stres

  • Risiko Jantung icon

    Risiko Jantung

  • Risiko Diabetes icon

    Risiko Diabetes

  • Kalender Kehamilan icon

    Kalender Kehamilan

  • Kalender Menstruasi icon

    Kalender Menstruasi

  • Kalkulator BMI icon

    Kalkulator BMI

  • Pengingat Obat icon

    Pengingat Obat

  • Donasi icon

    Donasi

  • Tes Depresi icon

    Tes Depresi

  • Tes Gangguan Kecemasan icon

    Tes Gangguan Kecemasan


Kamus Kesehatan

Artikel

Promo Hari Ini

Pusat Bantuan

Chat dengan Dokter icon

Chat dengan Dokter

Toko Kesehatan icon

Toko Kesehatan

Homecare icon

Homecare

Asuransiku icon

Asuransiku

Haloskin icon

Haloskin

Halofit icon

Halofit

search
Home
Kesehatan
search
close

Tantrum

REVIEWED_BY  dr. Erlin SpA  
undefinedundefined

DAFTAR ISI

  1. Apa Itu Tantrum?
  2. Penyebab Tantrum
  3. Faktor Risiko Tantrum
  4. Gejala Tantrum 
  5. Hubungi Dokter Ini Jika Anak Mengalami Tantrum
  6. Diagnosis Tantrum
  7. Penanganan Tantrum 
  8. Komplikasi Tantrum
  9. Pencegahan Tantrum
  10. Kapan Harus ke Dokter?

Apa Itu Tantrum?

Tantrum adalah kondisi saat seorang anak menunjukkan ledakan kemarahan dan frustrasi yang tidak terkendali. Tantrum dapat melibatkan teriakan, tendangan, ataupun berguling-guling di lantai.

Tantrum bisa datang dalam berbagai bentuk, sehingga setiap anak bisa jadi mengalami tantrum yang berbeda.

Orang tua bisa jadi melihat anak berteriak histeris, memukul-mukul, menahan napas, muntah, memecahkan barang, melukai diri sendiri atau orang lain, atau bahkan melengkungkan punggung sebagai ekspresi emosi, dan lain-lain.

Penyebab Tantrum

Tantrum sering terjadi pada anak usia 1-3 tahun dan biasanya disebabkan karena anak masih berada pada tahap awal perkembangan sosial, emosional, dan bahasa.

Karena anak belum bisa mengomunikasikan kebutuhan dan perasaannya, akibatnya mereka jadi frustrasi. 

Tantrum adalah salah satu cara anak kecil mengekspresikan dan mengelola perasaan, dan mencoba memahami atau mengubah apa yang terjadi di sekitar mereka.

Anak yang lebih besar juga bisa mengalami tantrum. Ini bisa jadi karena mereka belum belajar cara yang aman untuk mengekspresikan atau mengelola perasaan.

Faktor Risiko Tantrum

Untuk balita dan anak yang lebih besar, ada hal-hal yang dapat meningkat risiko lebih mungkin terjadi, seperti:

1. Temperamen Anak 

Ini memengaruhi seberapa cepat dan kuat anak-anak bereaksi terhadap hal-hal seperti peristiwa yang membuat frustrasi atau perubahan di lingkungan mereka.

Anak-anak yang lebih sensitif mungkin akan lebih mudah kesal dengan hal-hal tersebut.

2. Stres, Kelaparan, Kelelahan, dan Stimulasi Berlebihan 

Kondisi ini dapat mempersulit anak-anak untuk mengekspresikan dan mengelola perasaan dan tetap tenang.

3. Situasi yang Tidak Dapat Diatasi oleh Anak-Anak 

Misalnya, seorang balita mungkin mengalami kesulitan mengatasi situasi saat anak yang lebih besar mengambil mainan mereka.

4. Emosi yang Kuat 

Khawatir, takut, malu, dan marah dapat membuat anak-anak merasa kewalahan.

Gejala Tantrum 

Menjerit, menangis, memukul adalah gejala tantrum yang umum terjadi. Tanda-tanda amukan juga seringkali sulit untuk dilewatkan.

Tantrum dapat menjadi tantangan untuk dihadapi, tetapi itu adalah bagian normal dari perilaku balita.

Nah, beberapa gejala tantrum lainnya adalah:

  • Merengek.
  • Menangis, menjerit, dan berteriak.
  • Menendang dan memukul.
  • Menahan napas.
  • Mendorong.
  • Lemas.
  • Melempar barang.
  • Menegangkan badan dan meronta-ronta tubuhnya.

Hubungi Dokter Ini Jika Anak Mengalami Tantrum

Jika anak mengalami gejala tantrum, seperti merengek, menangis, menjerit, dan berteriak, segera konsultasikan dengan dokter anak melalui Halodoc.

Dokter akan memberikan layanan konsultasi dan edukasi kepada Ibu dalam menghadapi tantrum anak.

Nah, ini adalah daftar spesialis anak yang memiliki pengetahuan yang luas terkait kesehatan dan perilaku anak yang bisa bantu Ibu.

Berikut daftarnya:

  • dr. Erlin Sp.A
  • dr. Dandung Bawono Sp.A, M.Sc
  • dr. Gracia Deswita Natalya Fau Sp.A

Namun, apabila tantrum anak tidak kunjung reda, ibu bisa menghubungi daftar psikolog di Halodoc untuk membantu merawat perilaku tantrum anak:

  • Nisfie M. Hoesein S.Psi, Psikolog, CHt
  • Angie Nathania Devi M.Psi, Psikolog

Nah, itulah beberapa dokter dan psikolog anak yang bisa Ibu hubungi terkait tantrum.

Jangan khawatir jika dokter sedang tidak tersedia atau offline.

Ibu masih bisa membuat janji konsultasi untuk waktu yang lain melalui aplikasi Halodoc.

Tunggu apalagi? Yuk, pakai Halodoc sekarang juga!

Diagnosis Tantrum

Tantrum tidak didiagnosis. Tantrum merupakan fase perkembangan yang normal, meskipun mungkin lebih lama, lebih sering, atau lebih intens pada sebagian anak.

Penanganan Tantrum 

Penanganan tantrum berbeda-beda tergantung karakter masing-masing anak. Namun, pada umumnya, beberapa hal berikut ini bisa jadi pertimbangan orang tua dalam hal menangani tantrum pada anak.

Untuk balita, bisa dilakukan dengan mendekatkan diri kepada anak ketika anak tantrum. Berikan kenyamana seperti pelukan dan elusan, serta yakinkan anak kalau orang tua memahami perasaannya. 

Untuk anak yang lebih besar, orang tua bisa mengenali emosi-emosi anak setiap kali tantrum. Berikan jeda kepada anak dan  dukung anak saat mereka tenang, dan segera atasi masalah yang memicu tantrum.

Selain itu, hal-hal lain yang bisa dilakukan dalam rangka menenangkan anak adalah:

1. Pastikan Anak dan Orang di Sekitar Aman

Ini berarti orang tua perlu membawa anak ke tempat yang lebih kondusif, bila perlu. 

2. Tenangkan Anak

Setelah anak berada di tempat yang aman, bantu anak untuk mengekspresikan emosinya. Kemudian bicaralah perlahan dengan suara rendah.

3. Jangan Mencoba Berargumentasi dengan Anak 

Berikan ruang dan waktu untuk anak mengekspresikan emosinya. Orang tua juga perlu menenangkan diri agar tidak tersulut emosi ketika anak meluapkan amarah dan kekesalannya.

4. Bersikaplah Konsisten untuk Tidak Menyerah pada Kemauan Anak

Ini akan membantu anak belajar bahwa amukan tidak membantu mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan.

5. Berikan Kesempatan Anak untuk “Marah”

Orang tua bisa mengizinkan anak untuk marah dengan mengatakan kalau ini adalah tempat yang pas buat anak mengeluarkan ekspresinya. 

Komplikasi Tantrum

Tidak memberikan respon saat anak melakukan tantrum sejauh ini adalah sikap yang efektif. Tantrum biasanya dilakukan anak untuk mendapatkan perhatian ataupun supaya keinginannya tercapai.

Jika orang tua, teman, keluarga, atau pengasuh lainnya secara konsisten mengabaikan perilaku ini, pada akhirnya anak akan berhenti. Menuruti keinginan anak saat anak tantrum justru membuat anak beranggapan tantrum adalah cara penyelesaian masalah yang tepat. 

Atau anak akan berpikir bahwa dengan tantrum, mereka bisa mendapatkan apa yang diinginkannya.

Bila orang tua atau orang dewasa lain selalu luluh setiap kali anak tantrum ataupun tidak memberikan respon yang mendidik supaya anak berhenti tantrum dengan penjelasan yang jelas, maka sikap emosi tak terkontrol ini akan kerap dibawa anak hingga remaja bahkan dewasa.

Pencegahan Tantrum

Mungkin tidak ada cara yang sangat mudah untuk mencegah tantrum. Akan tetapi, ada banyak hal yang dapat orang tua lakukan untuk mendorong perilaku yang baik dan mencegah tantrum berkelanjutan.

Caranya antara lain:

1. Konsisten

Tetapkan rutinitas harian sehingga anak tahu apa yang dilakukan. Ini termasuk tidur siang dan waktu tidur. Tantrum bisa saja dipicu oleh kurangnya waktu istirahat.

2. Biarkan Anak Membuat Pilihan yang Tepat

Hindari mengatakan tidak untuk semuanya. Untuk memberi anak rasa kontrol, biarkan anak membuat pilihan. “Mau pakai baju merah atau baju biru?” “Apakah kamu ingin makan apel atau melon?” “Apakah kamu  mau membaca buku atau bermain lego?” 

3. Puji Anak saat Berperilaku Baik

Beri anak pelukan atau beri tahu anak betapa bangganya orang tua ketika anak berhasil mengikuti arahan yang diberikan ayah atau ibu. 

4. Hindari Situasi yang Memicu Tantrum

Jangan berikan mainan anak yang terlalu rumit untuknya. Jika anak kerap meminta mainan atau camilan saat berbelanja, jauhi area yang menjual benda-benda tersebut. Jika balita kerap tantrum di restoran,  pilih tempat yang menawarkan layanan cepat.

Kapan Harus ke Dokter?

Jangan ragu untuk tanyakan langsung pada dokter anak atau psikolog ketika anak mengalami tantrum yang berkepanjangan. Terlebih ketika orang tua mulai sulit memberikan respon yang tepat. 

Nah, informasi selengkapnya seputar pola asuh bisa didapatkan dengan cara  download aplikasi Halodoc sekarang juga melalui App Store atau Google Play.

Artikel ini diperbarui pada 21 Januari 2025
Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2025. Infant and toddler health.
Dr. Greene.com. Diakses pada 2025. Tantrums: A-to-Z Guide from Diagnosis to Treatment to Prevention
Healthline. Diakses pada 2025. Temper Tantrums.
Very Well Family. Diakses pada 2025. What Is a Tantrum?
Holistic Nursing Plus. Diakses pada 2025. The Association Between Parenting and Parental Communication with Temper Tantrums in Preschool Children.

FAQ

1. Apa arti tantrum di bahasa gaul?

Dalam bahasa gaul, “tantrum” sering digunakan untuk menggambarkan suatu tindakan atau perilaku yang menunjukkan kemarahan, frustrasi, atau emosi yang meledak-ledak secara tiba-tiba dan tidak terkendali. 

Biasanya, tindakan ini disertai dengan ekspresi emosi yang kuat, seperti berteriak, menangis, atau bahkan merusak barang.

2. Tantrum maksudnya apa?

Secara umum, tantrum adalah ledakan emosi yang biasanya ditandai dengan:

  • Perasaan frustrasi karena tidak dapat memenuhi keinginan atau harapan.
  • Tidak mampu mengelola emosi dengan baik hingga kehilangan kendali.
  • Perilaku destruktif, seperti enangis, berteriak, melempar barang, atau bahkan menyakiti diri sendiri atau orang lain.

Tantrum sering dikaitkan dengan anak-anak, terutama balita, yang belum memiliki kemampuan untuk mengelola emosi dengan baik. 

Namun, tantrum juga bisa terjadi pada orang dewasa, meskipun bentuknya mungkin berbeda.

3. Apa itu tantrum orang dewasa?

Tantrum orang dewasa memiliki kemiripan dengan tantrum anak-anak, yaitu berupa ledakan emosi yang tidak terkendali. 

Namun, manifestasinya bisa lebih kompleks dan beragam. Beberapa contoh tantrum orang dewasa antara lain:

  • Membentak-bentak atau mengangkat suara dan berbicara dengan kasar kepada orang lain.
  • Menarik diri dari situasi sosial atau menghindari tanggung jawab.
  • Melakukan tindakan vandalisme atau merusak barang-barang milik sendiri atau orang lain.
  • Mengonsumsi zat adiktif, seperti alkohol atau narkoba untuk mengatasi emosi negatif.
  • Bersikap pasif-agresif, yakni menunjukkan ketidaksetujuan secara tidak langsung, misalnya dengan mengabaikan atau menyabotase.

TRENDING_TOPICS

VIEW_ALL
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp