Ketahui Bahaya dari Demam Kuning yang Tak Ditangani

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   12 Juni 2019
Ketahui Bahaya dari Demam Kuning yang Tak DitanganiKetahui Bahaya dari Demam Kuning yang Tak Ditangani

Halodoc, Jakarta - Demam yang satu ini bukan demam biasa, karenanya perlu kamu waspadai. Meski begitu, kemunculan penyakit ini sulit untuk didiagnosis. Pasalnya, gejala demam kuning ini mirip dengan penyakit lain seperti malaria berat, leptospirosis, virus hepatitis, demam berdarah dengue, demam hemoragik lainnya, dan keracunan.

Sebagai langkah awal, penyakit demam kuning ini didiagnosis dengan tes darah untuk mendeteksi antibodi yang dihasilkan oleh tubuh. Beberapa teknik lainnya juga digunakan untuk mengidentifikasi virus, yaitu dengan spesimen darah atau jaringan hati yang dikumpulkan setelah kematian.

Gejala yang dapat dirasakan saat munculnya demam kuning adalah demam akut yang diikuti ikterus dalam waktu dua minggu. Kemudian, diiringi dengan salah satu atau lebih dari gejala berupa pendarahan dari hidung, gusi, kulit, atau saluran pencernaan. Demam kuning yang disebabkan oleh virus jenis flavivirus ini ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk aedes atau nyamuk haemagogus.

Baca Juga:  Punya Rencana Liburan? Hati-Hati Demam Kuning

Terdapat tiga jenis penularan penyakit demam kuning, yaitu pertama, demam kuning sylvatic, terjadi di hutan hujan tropis, virus bisa ditularkan oleh monyet pada nyamuk yang menggigit mereka. Kemudian nyamuk yang terinfeksi menggigit manusia yang memasuki hutan yang mengakibatkan kasus sporadis demam kuning. Biasanya, kondisi ini dialami oleh pria yang bekerja di hutan.

Kedua, demam kuning menengah, terjadi di wilayah lembap atau semi-lembap Afrika. Nyamuk semi domestik ini mampu menginfeksi baik monyet maupun manusia. Peningkatan kontak antara manusia dan nyamuk yang terinfeksi menyebabkan transmisi, sehingga bisa terjadi epidemi dalam skala kecil. Siklus ini merupakan kasus yang sering menjadi wabah di Afrika. Wabah akan menjadi epidemi yang lebih parah jika infeksi terjadi pada daerah yang memiliki banyak nyamuk domestik dan orang-orang yang tidak divaksinasi.

Ketiga, demam kuning perkotaan, epidemi besar terjadi saat orang yang mengalaminya masuk ke wilayah padat penduduk dengan tingginya jumlah orang yang tidak divaksinasi dan tingginya nyamuk aedes. Nyamuk yang terinfeksi bisa menularkan virus dari manusia ke manusia.

Baca Juga: Langsung Minum Obat saat Demam, Bolehkah?

Setelah tertular, virus demam kuning ini berinkubasi dalam tubuh selama 3 hingga 6 hari. Banyak orang yang tidak mengalami gejala. Namun, saat ini terjadi, gejala yang paling umum adalah demam, nyeri otot dengan sakit punggung yang menonjol, sakit kepala, kehilangan nafsu makan, dan mual atau muntah. Dalam kebanyakan kasus, gejala akan hilang setelah 3 hingga 4 hari.

Beberapa pengidap memasuki fase yang lebih toksik dalam 24 jam setelah sembuh dari gejala awal. Demam tinggi kembali dan beberapa sistem tubuh yang terpengaruh, biasanya hati dan ginjal. Pada fase ini pula, orang-orang cenderung mengembangkan penyakit kuning (menguningnya kulit dan mata, karena disebut ‘demam kuning’), urine berwarna gelap, serta sakit perut dan muntah. Perdarahan dapat terjadi dari mulut, hidung, mata, atau perut. Setengah dari pengidap yang memasuki fase toksik, dapat meninggal dalam 7-10 hari jika tidak ditangani segera.

Baca Juga: Perlu Tahu 5 Penyakit Komplikasi Akibat Demam Kuning

Bahaya dari demam kuning ini perlu diwaspadai. Apalagi mengingat vaksinnya belum cukup beredar, terutama di Indonesia. Untuk itu, kamu perlu mempersiapkan kesehatan saat harus bepergian ke luar negeri. Diskusikan terlebih dahulu pada dokter melalui aplikasi Halodoc jika kamu memiliki rencana ke luar negeri. Diskusi dengan dokter di Halodoc dapat dilakukan via Chat atau Voice/Video Call kapan dan di mana saja. Saran dokter dapat diterima dengan praktis dengan cara download aplikasi Halodoc di Google Play atau App Store sekarang juga.








Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan