Ketahui Bahaya Penyakit Lyme pada Ibu Hamil dan Janin

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   24 April 2019
Ketahui Bahaya Penyakit Lyme pada Ibu Hamil dan JaninKetahui Bahaya Penyakit Lyme pada Ibu Hamil dan Janin

Halodoc, Jakarta - Pernah mendengar tentang penyakit Lyme? Jangan anggap remeh penyakit yang satu ini, Lyme merupakan infeksi yang disebabkan bakteri genus Borrelia sp yang ditularkan lewat gigitan kuku. Infeksi ini bisa menjangkiti dan mengganggu berbagai sistem organ tubuh. Untuk di negara kita, bakteri jenis Borrelia burgdorferi merupakan penyebab penyakit Lyme di Indonesia.

Andaikan tak ditangani dengan tepat, penyakit Lyme ini bisa memicu berbagai komplikasi. Mulai dari gangguan sistem saraf (kelumpuhan otot dan neuropati), kelainan kognitif, hingga peradangan sendi kronis.

Baca juga: Bella Hadid Pernah Terkena Lyme Disease, Penyakit Apa Itu?

Di samping itu, ibu yang tengah mengandung juga mesti awas dengan penyakit Lyme ini. Pasalnya, penyakit ini bisa ditularkan ke janinl di dalam kandungan, lho.

Fatal Bagi Bayi

Penyakit Lyme sebenarnya tak menular, tapi bila bumil mengidap penyakit ini, maka penyakit ini bisa ditularkan pada janin. Sayangnya, sampai saat ini belum diketahui bagaimana cara penularan maupun intensitasnya.

Sekali lagi, jangan anggap remeh penyakit ini karena bisa berakibat fatal bagi Si Kecil. Pasalnya, penyakit ini bisa menyebabkan kelumpuhan pada wajah dan komplikasi berbahaya lainnya bila terjadi pada bayi. Biasanya, kutu ini bisa menularkan infeksi bakteri ke bayi, bila bakteri tersebut masih tetap melekat sampai 36 jam pasca gigitan.

Baca juga: Orangtua Perlu Tahu, Pengobatan Penyakit Lyme pada Anak

Maka dari itu, ibu seharusnya memahami gejalanya, sebab bayi masih belum mengomunikasikan tanda yang ia rasakan. Lalu, seperti apa gejalanya? Ruam pada mata merupakan tanda utama dari penyakit ini. Ruam ini berbentuk melingkar dengan pusat merah dan perbatasan, serta bagian tengah putih, terutama pada kulit kepala bayi.

Sayangnya, diagnosis penyakit Lyme pada bayi terbilang sulit karena gejala awal yang tak jelas. Meski begitu, tes darah bisa membantu untuk mengonfirmasi infeksi bakteri tersebut.

Yang perlu digarisbawahi, setiap orang bisa saja terserang penyakit ini, baik bayi hingga orang dewasa. Seseorang yang mengidap penyakit ini dan memiliki sistem imun yang lemak, maka masa pemulihannya akan membutuhkan waktu lama. Selain itu, kira-kira hampir 50 persen pengidapnya mengalami kerusakan neurologis dalam jangka panjang.

Menurut Jennifer Lyons, asisten profesor neurologi di Harvard Medical School di Amerika Serikat, sekitar 15 persen pengidap penyakit Lyme tak dapat bertahan.

Kenali Gejala-Gejalanya

Penyakit Lyme memiliki tiga stadium, yaitu stadium awal terlokalisasi, stadium awal diseminasi, dan stadium akhir diseminasi. Nah, di tiap-tiap stadium, gejalanya akan berbeda-beda

Stadium Awal Terlokalisasi

Pada stadium ini, gejala biasanya mulai terlihat 1 atau 2 minggu setelah gigitan kutu. Salah satu gejala paling awal adalah ruam berbentuk, seperti target (bull’s-eye rash) yang merupakan tanda bahwa bakteri sedang membelah diri dalam darah.

Ruam yang disebut erythema migrans ini muncul pada lokasi gigitan, terlihat seperti titik berwarna merah yang dikelilingi oleh area yang bersih, yang pada tepinya kembali berwarna merah. Ruam ini biasanya tidak nyeri maupun gatal, tapi terasa hangat ketika diraba. Umumnya, ruam ini akan hilang sendiri dalam 4 minggu.

Baca juga: Kenali Tahapan Perkembangan Penyakit Lyme

Stadium Awal Diseminasi

Stadium ini terjadi beberapa minggu setelah gigitan kutu. Pada stadium ini, bakteri sudah mulai menyebar ke seluruh tubuh, sehingga menimbulkan gejala seperti flu, termasuk:

  • Menggigil.

  • Demam.

  • Pembesaran kelenjar getah bening.

  • Sakit tenggorokan.

  • Gangguan penglihatan.

  • Fatigue.

  • Nyeri otot.

  • Nyeri kepala.

Selain gejala seperti flu, pada stadium ini pengidap akan menunjukkan gejala, seperti:

  • Ruam muncul di tempat lain selain lokasi gigitan kutu.

  • Gejala saraf, seperti kesemutan dan kebas.

  • Bell’s palsy.

Stadium Akhir Diseminasi

Stadium ini terjadi jika infeksi tidak ditangani pada stadium 1 dan 2. Stadium 3 ini dapat muncul dalam hitungan minggu, bulan, atau bahkan tahun setelah gigitan kutu. Stadium ini memiliki karakteristik, seperti:

  • Nyeri kepala hebat.

  • Radang sendi pada satu atau lebih sendi besar.

  • Gangguan irama jantung.

  • Gangguan otak, seperti ensefalopati.

  • Hilangnya ingatan jangka pendek.

  • Gangguan dalam terlibat percakapan.

  • Kesulitan konsentrasi.

  • Gangguan mental.

  • Kebas pada kaki atau tangan.

Mau tahu lebih jauh mengenai masalah di atas? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa kok bertanya langsung ke dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan