Ketahui Dampak Puasa Terhadap Kondisi Janin

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   04 Juni 2018
Ketahui Dampak Puasa Terhadap Kondisi JaninKetahui Dampak Puasa Terhadap Kondisi Janin

Halodoc, Jakarta – Banyak ibu hamil yang terkadang merasa khawatir ketika akan menjalankan ibadah puasa. Alasannya takut si jabang bayi kekurangan asupan nutrisi sehingga memengaruhi kesehatannya. Meskipun begitu, ada sebagian ahli yang mengatakan puasa menyimpan manfaat bagi ibu hamil. Namun, ada juga sebagiannya lagi yang mengambil jalan ‘tengah’, agar ibu hamil menunda puasa supaya kesehatan ibu dan janin tetap terjaga. Lalu, apa sih dampak puasa terhadap kondisi janin?

Enggak Berpengaruh Banyak

Berdasarkan penelitian dari Departemen Obstetri dan Ginekologi di Gaziantep University, Turkey, enggak ada perbedaan yang signifikan pada kesehatan janin selama sebelum dan sesudah puasa. Dalam studi itu, para ahli meneliti 36 wanita hamil tanpa komplikasi berturut-turut dari 20 minggu sebelum puasa Ramadan berlangsung hingga selesai.

Menariknya, para ahli enggak hanya menelisik dari satu sisi saja, seperti kenaikan berat badan janin (EFWG). Studi ini meliputi observasi pada peningkatkan tulang paha janin (FL), profil biofisik janin (BPP), pengukuran doppler ultrasonografi dalam peningkatan diameter biparietal janin (BPD),  indeks cairan amnion (AFI), dan rasio arteri umbilikalis sistol/diastol (S/D). 

Selain itu, kadar hormon kortisol ibu, trigliserida, kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL), high density lipoprotein, dan kadar very low density lipoprotein (VLDL) juga dievaluasi sebelum dan sesudah puasa  di bulan Ramadan. Singkat kata, penelitianya mencakup banyak hal pada janin dan tubuh ibu. Lalu, bagaimana dengan hasilnya?

Nah, berdasarkan penelitian tersebut, para ahli enggak menemukan perbedaan signifikan pada kenaikan berat badan janin (EFWG), BPP janin, AFI, dan rasio arteri umbilikalis (S/D).

Selain itu, ada juga penelitian lain dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Atakya, Pakistan. Para ahli meneliti perbedaan antara wanita hamil yang berpuasa dan tidak berpuasa. Hasilnya, tidak ada perbedaan bermakna pada luaran berat bayi, usia kehamilan, dan kesejahteraan janin dibandingkan dengan wanita hamil yang tidak berpuasa.

(Baca juga: Tips Mengatasi Morning Sickness Untuk Kehamilan Pertama)

Namun, ada perbedaan bila menyangkut peningkatan berat badan ibu. Kata ahli, ibu hamil yang enggak berpuasa memiliki peningkatan berat badan lebih tinggi, terutama pada trimester dua dan tiga.

Selain hal-hal di atas, ada juga ahli yang mengatakan dampak puasa bagi janin seperti di bawah ini.

  • Berpuasa saat hamil bisa saja menyebabkan berat badan bayi lahir rendah, khususnya berpuasa di trimester pertama. Namun, ada juga penelitian lain yang menemukan perbedaan berat badan sangat kecil.
  • Saat berpuasa, keseimbangan kimia darah mungkin akan mengalami perubahan, tapi perubahan ini tampaknya tidak berbahaya bagi ibu dan janin.
  • Skor Apgar (sebuah metode sederhana untuk menilai kesehatan bayi sesaat setelah kelahiran) pada bayi yang lahir dari wanita yang berpuasa, enggak berbeda bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari wanita yang tidak berpuasa.
  • Ada kekhawatiran puasa bisa berpengaruh terhadap pertumbuhan janin dalam rahim. Selain itu, ada juga ahli yang mengatakan puasa mungkin juga berkaitan dengan persalinan prematur. Pasalnya, beberapa penelitian menunjukkan, banyak bayi yang lahir lebih awal jika ibu hamil berpuasa Ramadan.

Syaratnya, Perhatikan Asupan Nutrisi

Meski para ahli membolehkan ibu hamil untuk tetap berpuasa, tapi ada aturan yang mesti ibu penuhi. Aturannya jelas menyangkut asupan nutrisi untuk ibu dan janin yang dikandung. Nah, saat berpuasa ibu hamil seharusnya memenuhi asupan nutrisi sebesar 2.500 kilo kalori per hari. Jumlah ini terdiri dari 50 persen karbohidrat, 30 persen protein hewani dan nabati seperti ikan, telur, daging, susu, tahu, dan tempe, serta 20 persen dalam bentuk lemak seperti kacang-kacangan.

(Baca juga: 5 Nutrisi Wajib Untuk Ibu Hamil yang Berpuasa)

Ibu hamil yang hendak berpuasa juga membutuhkan asupan suplemen vitamin asam folat, kalsium, dan zat besi. Ketiganya benar-benar dibutuhkan, sebab vitamin yang didapatkan dari makanan dinilai tidak mencukupi. Vitamin ini dibutuhkan karena karena hampir 50 persen ibu hamil memiliki anemia. Jangan lupa makanan seperti daging ayam, kacang-kacangan, dan daging sapi tanpa lemak.

Makanan seperti itu kaya akan zat besi dan nutrisi penting yang baik untuk janin. Kandungan zat besi bermanfaat untuk mengirimkan oksigen padanya. Kamu harus berhati-hati, sebab kekurangan zat besi bisa berdampak negatif pada IQ nya kelak. Sebab, zat besi ini merupakan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan otak bayi dalam kandungan.

Sedangkan, asam folat lain lagi ceritanya. Asam folat termasuk nutrisi penting dalam pembentukan sel otak. Suplemen prenatal (masa sebelum kelahiran) dengan asam folat, penting bagi kecerdasan Si Kecil meski dalam kandungan.

Selain asupan nutrisi, konsumsi air putih juga enggak kalah penting. Menurut ahli, setidaknya ibu hamil perlu mengonsumsi air putih sebanyak 1,8–2 liter per hari. Jumlah itu bisa diminum secara bertahap pada sahur dan buka puasa.

(Baca juga: Konsumsi 3 Makanan Sehat Ini Saat Sahur dan Buka Puasa)

Yang terpenting, ketika berpuasa ibu diharuskan mengonsumsi makanan yang kaya zat besi, zinc, kalsium, asam folat, yodium, omega-3, asam lemak, vitamin A dan D. Nah, penuhilah asupan tersebut saat berbuka dan sahur.

Jadi, agar ibu hamil biasa berpuasa dengan tenang, alias aman bagi kesehatan ibu dan janin, ibu harus memeriksakan dan berdiskusi dengan dokter kandungan terlebih dahulu.

Nah, bila ibu ingin tahu lebih lanjut mengenai dampak puasa bagi kondisi janin dan tubuh ibu sendiri, ibu bisa mendiskusikan masalah di atas dengan dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!

 

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan