Ketahui Gejala dan Penanganan Penyakit Stockholm Syndrome

2 menit
Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   06 Oktober 2022

“Stockholm syndrome sejauh ini belum diakui sebagai kondisi psikologis, sehingga tidak ada pengobatan standar."

Ketahui Gejala dan Penanganan Penyakit Stockholm SyndromeKetahui Gejala dan Penanganan Penyakit Stockholm Syndrome

Halodoc, Jakarta – Stockholm syndrome adalah mekanisme koping (coping mechanism) di mana korban/orang yang disakiti mengembangkan perasaan positif terhadap penculik atau pelaku kejahatan. Kondisi ini biasanya berlaku untuk situasi pelecehan anak dan perdagangan seks

Beberapa gejala Stockholm syndrome adalah perasaan positif terhadap para penculik atau pelaku kekerasan, simpati pada penculik, perasaan negatif ke pihak berwajib, kemudian juga beberapa gejala PTSD. Selengkapnya gejala dan penanganan penyakit Stockholm syndrome, bisa kamu baca di sini!

Apa itu Stockholm Syndrome?

Stockholm syndrome sejauh ini belum diakui sebagai kondisi psikologis, sehingga tidak ada pengobatan standar. Namun, seperti halnya pengobatan untuk PTSD, penanganan untuk kondisi ini biasanya melibatkan konseling psikiater dan psikolog serta pemberian pengobatan medis bila diperlukan. 

Terapi psikologi dapat membantu penanganan pengidap sindrom ini terkait:

  • Pengalaman traumatis tersebut.
  • Memahami bagaimana perilaku simpatik terhadap penculik adalah skill untuk bertahan hidup.
  • Mempelajari bagaimana biar bisa move-on dan meninggalkan pengalaman masa lalu.
  • Jika kamu memiliki gejala, penyedia layanan kesehatan mungkin akan meresepkan obat untuk membantu tidur atau mengurangi kecemasan serta kondisi  depresi pengidapnya.

Tidak semua orang yang menjadi korban penculikan dan kekerasan bisa mengalami sindrom ini. Sebagian besar orang yang mengalami kondisi ini mengembangkan mekanisme bertahan hidup, terkait dengan situasinya.

Seseorang mungkin menciptakan ikatan ini sebagai cara untuk mengatasi situasi yang ekstrem dan menakutkan. Beberapa bagian penting tampaknya meningkatkan kemungkinan stockholm syndrome termasuk:

  • Berada dalam situasi emosional untuk waktu yang lama.
  • Berada di ruangan yang sama dengan penyandera dengan kondisi yang buruk (misalnya tidak cukup makanan, ruang yang secara fisik tidak nyaman).
  • Ketika sandera bergantung pada penyandera untuk kebutuhan dasar.
  • Ketika ancaman terhadap kehidupan tidak dilakukan (misalnya eksekusi palsu).
  • Ketika sandera akhirnya dimanusiakan. 

Gejala Stockholm Syndrome

Orang yang memiliki sindrom ini juga memiliki beberapa gejala umum yang membedakannya dengan situasi “psikologis” lain meliputi:

  • Rasa malu tentang emosi mereka terhadap pelaku.
  • Kebingungan.
  • Merasa bersalah.
  • Sulit mempercayai orang lain.
  • Gangguan Stres Pascatrauma.
  • Mimpi buruk.
  • Insomnia.
  • Kilas balik pengalaman buruk.
  • Mudah terkejut. 
  • Penyangkalan.
  • Penarikan sosial.
  • Perasaan tegang kronis.
  • Perasaan kosong.
  • Perasaan putus asa.
  • Depresi.
  • Kecemasan.
  • Ketidakberdayaan.
  • Ketergantungan yang berlebihan.
  • Kehilangan minat dalam aktivitas.

Kembali ke kehidupan sehari-hari dan menyesuaikan diri setelah trauma bisa jadi sulit. Mungkin sangat sulit bagi korban untuk membicarakan pengalaman mereka karena dapat membuat mereka trauma kembali.

Itulah sebabnya mengapa orang yang mengalami sindrom ini butuh melakukan konseling untuk dapat  menjalani pemulihan dan penanganan untuk gangguan stres pasca-trauma, kecemasan, serta depresi.

Seorang terapis juga dapat membantu pengidap sindrom ini mempelajari mekanisme koping dan membantu memproses perasaan. Nah, informasi lengkap mengenai gejala dan penanganan Stockholm syndrome bisa ditanyakan langsung ke dokter. Yuk, download Halodoc sekarang juga!

Referensi:
WebMD. Diakses pada 2022. What Is Stockholm Syndrome?
Cleveland Clinic. Diakses pada 2022. Stockholm Syndrome.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan