Ketahui Lebih Lengkap tentang Anemia Hemolitik

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   19 September 2018
Ketahui Lebih Lengkap tentang Anemia HemolitikKetahui Lebih Lengkap tentang Anemia Hemolitik

Halodoc, Jakarta – Saat tubuh kekurangan sel darah merah, kondisi ini dinamakan anemia. Namun, ada juga kondisi anemia yang terjadi karena sel darah merah (eritrosit) lebih cepat hancur daripada pembentukannya. Jenis anemia ini dinamakan anemia hemolitik. Penyakit ini bisa terjadi pada siapa saja tanpa memandang usia. Sayangnya, gejala-gejala anemia hemolitik kadang-kadang tidak terlalu terasa, sehingga banyak pengidap terlambat melakukan pengobatan. Oleh karena itu, yuk ketahui lebih lanjut tentang jenis anemia yang satu ini.

Jenis-Jenis Anemia Hemolitik

Penyebab anemia hemolitik bisa terjadi karena dipicu oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam sel darah merah atau intrinsik maupun faktor dari luar sel darah merah atau ekstrinsik. Berdasarkan faktor pemicunya tersebut, anemia hemolitik bisa dibagi menjadi dua jenis, yaitu anemia hemolitik ekstrinsik dan anemia hemolitik intrinsik.

  • Anemia Hemolitik Ekstrinsik. Reaksi autoimmune karena sel darah merah terperangkap lama di limpa sehingga dihancurkan. Selain itu, limfoma (kanker keulenaa getah bening) sindroma HELLP. Gejalanya pucat dan ketidakmampuan melakukan aktivitas fisik pada umumnya.
  • Anemia Hemolitik Intrinsik. Kondisi ini terjadi karena sel darah merah yang terbentuk tidak sempurna, sehingga tidak berfungsi secara normal dan mudah hancur. Gen sel darah merah yang tidak normal atau cacat ini biasanya diturunkan dari salah satu atau kedua orangtua. Contoh anemia hemolitik intrinsik yang biasanya diwariskan secara genetik adalah anemia sel sabit atau talasemia.

Kedua jenis anemia hemolitik tersebut bisa bersifat temporer, yaitu dapat diobati dan sembuh setelah beberapa bulan. Namun, bisa juga berkembang menjadi penyakit kronis yang dapat diidap seumur hidup dan kambuh sewaktu-waktu.

Penyebab Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik intrinsik bisa disebabkan karena adanya kondisi berikut:

  • Anemia sel sabit
  • Talassemia
  • Kekurangan enzim glukosa-6-fosfat dehydrogenase (G6PD)
  • Kekurangan enzim piruvat kinase

Beberapa kondisi berikut yang menyebabkan terjadinya anemia hemolitik ekstrinsik:

  • Leukemia
  • Tumor
  • Lupus
  • Pembesaran limpa
  • Limfoma (kanker kelenjar getah bening)
  • Sindrom HELLP
  • Hepatitis
  • Infeksi bakteri Coli, salmonella typhi, dan streptococcus sp

Selain kondisi di atas, mengonsumsi jenis obat-obatan tertentu juga bisa mengakibatkan efek samping berupa anemia hemolitik ekstrinsik. Jenis obat-obatan tersebut, antara lain parasetamol, antibiotik, ibuprofen, rifampin, dan interferon.

Anemia hemolitik berat juga bisa terjadi akibat kesalahan transfusi darah di mana golongan darah pendonor dan penerima ternyata tidak cocok. Bila penerima donor mendapatkan darah yang tidak sesuai golongannya, maka antibodi dalam tubuhnya akan menolak dan menyerang sel darah merah pada darah yang didonorkan tersebut. Akibatnya, banyak sel darah merah yang akan rusak dan hancur, sehingga terjadi anemia hemolitik.

Anemia hemolitik juga bisa terjadi pada bayi yang baru lahir. Kondisi ini dinamakan juga eritroblastosis fetalis. Penyebabnya adalah karena ada ketidakcocokan golongan darah rhesus antara ibu hamil dengan janin. Jadi, bila ibu hamil memiliki golongan darah rhesus negatif, sedangkan suami memiliki rhesus positif, maka sel darah merah janin bisa diserang oleh antibodi dari tubuh ibu. Kondisi ini biasanya terjadi pada kehamilan kedua saat antibodi ibu sudah terbentuk di kehamilan pertama.

Gejala Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik menimbulkan gejala-gejala yang mirip dengan jenis anemia lainnya. Untuk membedakannya, kamu perlu memeriksakan diri ke dokter. Namun, bila kondisi anemia yang dialami masih ringan, kamu mungkin tidak merasakan gejala apapun. Berikut gejala anemia hemolitik:

  • Kelelahan
  • Pucat
  • Pusing
  • Demam
  • Kepala terasa berat dan berkunang-kunang
  • Tidak mampu melakukan aktivitas fisik seperti biasanya
  • Urine berubah warna menjadi gelap
  • Denyut jantung meningkat
  • Mengalami penyakit kuning

Bila kamu mengalami gejala anemia hemolitik di atas, sebaiknya segera kunjungi dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Anemia hemolitik sebaiknya diobati sedini mungkin agar kondisi pengidap tidak semakin memburuk.

Kalau kamu ingin tahu lebih lanjut tentang anemia pernisiosa, tanyakan saja langsung kepada ahlinya lewat aplikasi Halodoc. Melalui Video/Voice Call dan Chat, kamu bisa berdiskusi dan minta saran kesehatan dengan dokter kapan saja dan di mana saja. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.

Baca juga:

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan