Ketahui Mitos Tentang Cara Penyebaran Tuberkulosis

3 menit
Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   25 Maret 2022

“Masih banyak mitos terkait tuberkulosis (TB) yang harus dipatahkan. Selain itu, perawatan yang tepat sangat dibutuhkan untuk mencegah penularannya. “

Ketahui Mitos Tentang Cara Penyebaran TuberkulosisKetahui Mitos Tentang Cara Penyebaran Tuberkulosis

Halodoc, Jakarta – Hari Tuberkulosis Sedunia diperingati setiap tanggal 24 Maret. Momen ini dimaksudkan untuk mendidik dan menciptakan kesadaran tentang berbagai fakta terkait Tuberkulosis (TB) dan mematahkan mitos yang mengelilinginya. 

Tuberkulosis adalah salah satu dari 10 penyebab kematian terbesar di dunia. Ia adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri, Mycobacterium Tuberculosis yang paling sering menyerang paru-paru, meskipun bisa juga menyerang bagian tubuh lainnya.

Selain itu, ada juga berbagai mitos dan stigma sosial yang melekat pada tuberkulosis. Mitos mengenai cara penyebarannya juga cukup banyak dan kemudian dengan mudah dipercaya banyak orang. Hasilnya, banyak pengidapnya yang sering menunda mencari bantuan, sehingga menyebabkan komplikasi yang tidak diinginkan.

Mitos Tentang Cara Penyebaran Tuberkulosis

Berikut ini terdapat beberapa informasi yang keliru mengenai cara penyebaran tuberkulosis:

  1. Setiap Pengidapnya Bisa Menularkan TB dengan Mudah

Ini adalah informasi yang tidak benar. Sebab seseorang dengan TB hanya dapat menularkan infeksi jika mereka mengalami gejala. Artinya, seseorang dengan infeksi tanpa gejala tidak dapat menularkan TB.

Selain itu, seseorang hanya dapat menularkan TB ketika bakteri berada di paru-paru atau tenggorokan. Jika bakteri berada di bagian lain dari tubuh, seperti ginjal atau tulang belakang, seseorang tidak akan menularkan penyakit.

Umumnya, orang dengan TB akan berhenti menularkan penyakitnya sekitar 2 hingga 3 minggu setelah memulai pengobatan. Oleh karena itu, penting untuk segera melakukan pengobatan.

  1. TB Hanya Menyerang Penduduk Miskin

Ini juga merupakan mitos belaka, karena penyebaran TB tidak memandang bulu. TB dapat menyerang orang di mana saja di dunia. Namun, memang ada daerah tertentu di mana TB lebih umum.

Menurut WHO, pada tahun 2019, 44 persen kasus TB terjadi di Asia Tenggara. Delapan negara menyumbang dua pertiga dari kasus baru: India, Indonesia, China, Filipina, Pakistan, Nigeria, Bangladesh, dan Afrika Selatan. Selain itu, di Amerika Serikat pada tahun 2019, ada 8.916 kasus TB dan di Eropa pada 2018, ada 52.862 kasus.

  1. TBC Menyebar saat Berjabat Tangan

TB adalah penyakit serius, sehingga orang-orang sangat khawatir tentang bagaimana penyakit itu dapat menyebar. Hal ini menimbulkan beberapa mitos. Faktanya, TB tidak dapat menyebar melalui:

  • Berjabat tangan.
  • Berbagi makanan atau minuman.
  • Menyentuh sprei atau kursi toilet.
  • Berciuman.
  • Berbagi sikat gigi.

TBC hanya dapat menyebar ketika seseorang dengan infeksi aktif di paru-paru atau tenggorokannya batuk, bersin, berbicara, atau bernyanyi.

Sudah tahu bahwa dalam beberapa kasus bakteri tuberkulosis bisa resisten terhadap antibiotik? Baca selengkapnya di artikel ini: “Mengenal TB MDR: Penyebab dan Cara Efektif Mengatasinya“.

Mitos Lain Tentang TB

Selain itu, ada beberapa mitos lain tentang TB:

  • TBC Bersifat Genetik

Meskipun orang dulu percaya bahwa TB ditularkan dari orang tua ke anak, tetapi ini adalah mitos. Kesalahpahaman ini muncul karena orang yang tinggal di rumah yang sama sering mengembangkan penyakit ini. Kamu sekarang tahu bahwa ini karena kedekatannya membuat bakteri lebih mudah menyebar dari orang ke orang.

Memang diduga ada komponen genetik untuk TB. Namun, alih-alih gen yang bertanggung jawab menyebabkan TB, tampaknya beberapa gen bisa memengaruhi apakah seseorang akan bertransisi dari infeksi laten ke infeksi aktif atau tidak.

  • Tidak Ada Obat untuk TBC

Ini adalah informasi yang salah sebab TBC dapat diobati. Pengobatan yang paling umum untuk infeksi TB laten adalah antibiotik isoniazid. Orang dengan TB harus menggunakan obat ini sebagai pil harian tunggal selama 6–9 bulan.

Untuk individu dengan infeksi aktif, dokter cenderung meresepkan kombinasi obat antibakteri selama 6–12 bulan. Kombinasi yang umum adalah isoniazid dengan rifampisin, pirazinamid, dan etambutol. Orang yang menderita TB yang resisten terhadap banyak obat perlu minum setidaknya enam obat untuk melawan infeksi.

Itulah beberapa mitos tentang tuberkulosis. Nah, jika kamu atau orang terdekat memiliki gejala mirip TB, maka diskusikan dahulu dengan dokter di Halodoc. Dokter akan selalu siaga memberikan saran kesehatan yang tepat untuk menjaga kesehatanmu. Praktis bukan? Yuk download aplikasi Halodoc sekarang!

Referensi:
Aster Hospital. Diakses pada 2022. What You Need to know about Tuberculosis.
Medical News Today. Diakses pada 2022. Medical Myths: All About Tuberculosis.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan