Halodoc, Jakarta - Tubuh manusia rentan terserang infeksi, terutama pada anak-anak. Hal ini disebabkan oleh organisme merugikan yang masuk ke tubuh, seperti virus, bakteri, jamur, dan parasit. Salah satu infeksi yang dapat terjadi pada seseorang adalah sporotrichosis.

Gangguan ini disebabkan oleh jamur merugikan yang pindah ke kulit. Hal ini membutuhkan waktu dalam hitungan hari atau bulan untuk dapat menginfeksi kulit. Infeksi ini dapat menimbulkan benjolan yang berubah menjadi bisul. Untuk mencegah hal tersebut, kamu dapat melakukan beberapa pengobatan rumahan. Berikut adalah pengobatan rumahan yang dapat dilakukan!

Baca juga: Hal yang Dirasakan ketika Alami Sporotrichosis

Pengobatan Rumahan Terhadap Sporotrichosis

Sporotrichosis adalah penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh jamur Sporothrix schenckii. Jamur ini berhubungan dengan jamur pada roti atau ragi basi yang digunakan untuk menghasilkan bir. Jamur ini berbeda dengan bakteri yang biasanya menyebabkan infeksi. 

Jamur ini dapat ditemukan pada duri mawar, jerami, sphagnum moss, ranting, dan tanah. Infeksi ini lebih umum menyerang seseorang yang berprofesi menjadi tukang kebun, pekerja pembibitan, dan petani yang bekerja memanen mawar, lumut, jerami, serta pupuk.

Setelah spora dari jamur tersebut pindah ke kulit, penyakit ini membutuhkan waktu berhari-hari bahkan berbulan-bulan untuk menghasilkan infeksi. Ketika infeksi terjadi, kamu mungkin akan mengalami bisul. Selain itu, ruam parah pada area yang terserang juga dapat timbul. Ruam tersebut juga dapat menyebabkan konjungtivitis pada mata.

Pengobatan pada infeksi jamur sporotrichosis tergantung pada perawatan medis untuk menghilangkan jamur yang penyebabnya. Namun, belum ada pengobatan rumahan yang efektif untuk mengatasi penyakit ini. 

Hal yang paling penting untuk dilakukan adalah memastikan bahwa luka yang terjadi tetap bersih dan terlindungi. Hal ini dapat membantu kamu mencegah ruam yang timbul menjadi lebih buruk. Kamu juga harus memastikan untuk tidak menggaruk area tersebut.

Kamu juga bisa mendiskusikan kondisi yang kamu alami dengan dokter di Halodoc. Dengan fitur talk to a doctor, kamu bisa berdiskusi dengan dokter kapan dan di mana saja. Mudah bukan? Ayo, download aplikasinya sekarang di App Store dan Google Play!

Baca juga: Ini Cara Mengobati Infeksi Kulit Berdasarkan Penyebabnya

Perawatan Medis untuk Sporotrichosis

Biasanya, gangguan sporotrichosis diobati dengan cara perawatan medis. Pengobatan yang dilakukan tergantung pada area yang terinfeksi. Berikut adalah pengobatan medis dari infeksi kulit yang dapat dilakukan:

1. Infeksi pada Kulit

Infeksi sporotrichosis secara tradisional dapat diobati dengan larutan kalium iodida jenuh. Obat ini diberikan tiga kali sehari selama tiga hingga enam bulan sampai semua lesi hilang. Infeksi kulit juga dapat diobati dengan itraconazole selama kurang lebih enam bulan.

2. Infeksi Sporotrichosis pada Tulang dan Sendi

Infeksi ini lebih parah dibandingkan gangguan pada kulit. Gangguan ini lebih sulit diobati dan jarang merespons kalium iodida. Itraconazole sering digunakan sebagai obat awal selama beberapa bulan atau bahkan hingga satu tahun. 

Obat amfoterisin juga dapat digunakan, tetapi obat ini hanya dapat diberikan melalui infus. Namun, amfoterisin memiliki lebih banyak efek samping dan mungkin perlu diberikan selama berbulan-bulan. Pembedahan terkadang diperlukan untuk mengangkat tulang yang terinfeksi.

Baca juga: Mudah Berkeringat? Hati-Hati Terkena Infeksi Jamur

3. Infeksi di Paru-Paru

Infeksi pada paru-paru diobati dengan kalium iodida, itrakonazol, dan amfoterisin dengan berbagai tingkat keberhasilan. Terkadang, area paru yang terinfeksi harus diangkat dengan operasi.

4. Infeksi pada Otak

Meningitis sporotrichosis terbilang sangat jarang terjadi. Karenanya, pengobatan yang bisa dilakukan belum diketahui secara pasti. Walau begitu, obat amphotericin plus 5-fluorocytosine mungkin saja direkomendasikan, dan itraconazole pun mungkin akan diberikan untuk mengatasinya.

Referensi:

Healthline (Diakses pada 2019): Sporotrichosis

WebMD (Diakses pada 2019): Sporotrichosis