Ketahui Penularan Mononukleosis yang Perlu Diwaspadai

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   12 April 2019
Ketahui Penularan Mononukleosis yang Perlu Diwaspadai Ketahui Penularan Mononukleosis yang Perlu Diwaspadai

Halodoc, Jakarta - Mononukleosis atau demam kelenjar, adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Epstein-Barr (EBV). Mononukleosis dapat disebabkan oleh jenis virus lainnya, seperti cytomegalovirus (CMV), toksoplasmosis, HIV, rubella, hepatitis (A, B, atau C), dan adenovirus.

Meski tidak masuk dalam penyakit serius, gejala dari penyakit ini tidak bisa diabaikan. Gejala yang muncul bisa semakin parah dan dapat menghambat pengidap menjalani aktivitas sehari-hari dalam jangka waktu cukup lama. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, mulai dari bayi hingga lansia. Namun, remaja adalah kelompok yang paling rentan terhadap penyakit ini.

Baca Juga: Penanganan Pertama Saat Terinfeksi Mononukleosis

Penyebaran virus EBV ini bisa terjadi melalui cairan tubuh, terutama air liur. Penyebaran virus ini juga bisa terjadi melalui cara lain, seperti darah atau sperma, dari orang yang terinfeksi. Beberapa aktivitas yang meningkatkan risiko penyebaran mononukleosis adalah:

  • Berciuman.

  • Berbagi sikat gigi.

  • Berbagi peralatan makan atau minum tanpa dicuci terlebih dahulu.

  • Batuk atau bersin.

  • Hubungan intim.

  • Transplantasi organ.

Saat cairan tubuh yang sudah terinfeksi virus EBV masuk ke dalam tubuh manusia, virus ini akan mulai menginfeksi sel di permukaan dinding tenggorokan. Secara alami, tubuh meresponnya dengan mengeluarkan sel darah putih, yaitu limfosit B, untuk melawan infeksi tersebut. Sel limfosit B yang berisi virus EBV akan ditangkap oleh sistem kelenjar getah bening yang tersebar di berbagai bagian tubuh, sehingga virus lalu tersebar luas di dalam tubuh manusia.

Baca Juga: Bukan Penyakit Serius, Mononukleosis Bisa Timbulkan Komplikasi

Gejala Mononukleosis

Saat virus sudah menginfeksi tubuh, maka akan muncul beberapa gejala umum, antara lain:

  • Demam.

  • Sakit kepala.

  • Sakit atau nyeri tenggorokan.

  • Pembesaran tonsilitis.

  • Nyeri otot atau kaku otot.

  • Muncul ruam.

  • Lemah, lesu, dan tidak bertenaga.

  • Pembengkakan kelenjar getah bening, paling sering di leher dan ketiak.

Pengobatan Mononukleosis

Hingga kini memang belum ada obat khusus yang dapat mengatasi mononukleosis. Biasanya dokter akan meresepkan obat guna meredakan gejala yang dialami, antara lain:

  • Obat pereda nyeri, seperti paracetamol atau ibuprofen, untuk meredakan nyeri otot, sekaligus demam yang dialami.

  • Kortikosteroid. Jenis obat anti-radang untuk meredakan pembengkakan pada amandel dan peradangan pada tenggorokan.

Tindakan medis lain juga tidak diperlukan karena penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya dalam kurun waktu beberapa minggu. Beberapa hal yang dilakukan untuk mengatasi penyakit ini antara lain:

  • Istirahat, untuk meningkatkan sistem imun dan membantu tubuh melawan infeksi. Pengidapnya disarankan untuk memperbanyak istirahat, terutama pada minggu pertama hingga kedua sejak gejala muncul.

  • Perbanyak konsumsi cairan, hal ini membantu meredakan demam, mengatasi radang tenggorokan, dan mencegah dehidrasi.

  • Menghindari aktivitas berat, seperti olahraga ekstrem atau terlalu sering mengangkat beban berat, setidaknya selama 4-6 minggu setelah terdiagnosis mononukleosis. Aktivitas ini menyebabkan pembengkakan organ limpa. Benturan yang cukup keras pun dapat menyebabkan pecahnya limpa.

  • Berkumur dengan air garam, agar sakit tenggorokan reda. Kamu bisa melarutkan 1,5 sendok teh garam ke dalam segelas air hangat dan melakukannya beberapa kali dalam satu hari.

  • Kompres dingin atau panas, untuk meredakan pegal atau nyeri otot yang dialami.

  • Hindari konsumsi alkohol, untuk mencegah gangguan fungsi hati semakin memburuk.

Setelah proses infeksi terlewati, tubuh membentuk sistem kekebalan permanen, sehingga kemungkinan untuk mengalami mononukleosis kembali sangatlah kecil. Pada kasus yang jarang, virus tetap tinggal di dalam air liur dalam bentuk tidak aktif. Virus pun ditularkan ke orang lain atau kembali aktif dalam kondisi tertentu.

Baca Juga: Waspada, Mononukleosis pada Bayi Bisa Tertular Karena Ciuman

Cari tahu lebih lanjut seputar mononukleosis dengan bertanya kepada dokter di aplikasi Halodoc. Kamu bisa menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan informasi seputar kesehatan dan tips hidup sehat dari dokter terpercaya. Yuk, download  Halodoc sekarang di App Store dan Google Play!

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan