Ketahui Perbedaan Gangguan Penyalahgunaan Zat dan PTSD

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   12 September 2020
Ketahui Perbedaan Gangguan Penyalahgunaan Zat dan PTSDKetahui Perbedaan Gangguan Penyalahgunaan Zat dan PTSD

Halodoc, Jakarta - Gangguan kesehatan mental itu banyak jenisnya. Beberapa di antaranya yang akan dibahas lebih lanjut adalah gangguan penyalahgunaan zat dan PTSD atau post-traumatic stress disorder. Keduanya punya beberapa kemiripan gejala.

Hal yang perlu diketahui, dua kondisi ini sama-sama memengaruhi kualitas hidup pengidapnya. Namun, gangguan penyalahgunaan zat dan PTSD jelas punya perbedaan dari berbagai aspek. Simak berikut ini untuk penjelasannya.

Baca juga: Kejadian Traumatis Picu Gangguan Jiwa, Ini Penyebabnya

Gangguan Penyalahgunaan Zat

Dikenal juga dengan substance abuse disorder, gangguan penyalahgunaan zat terjadi ketika seseorang menggunakan obat ataupun zat tertentu yang tidak legal. Bisa merupakan obat yang diresepkan atau bahkan obat yang bisa dibeli sendiri di apotik, dengan dosis yang sering kali tidak sesuai. 

Gangguan penyalahgunaan zat juga terjadi ketika seseorang mengonsumsi alkohol, obat yang diresepkan, dan atau obat legal lain terlalu banyak dari dosis yang dianjurkan. Pengidap gangguan ini sebenarnya masih bisa berhenti atau mengubah kebiasaannya. 

Obat atau atau zat yang sering kali disalahgunakan oleh orang dengan gangguan penyalahgunaan zat adalah rokok dan produk mengandung tembakau lainnya, mariyuana, kokain, dan alkohol. Selain itu, bisa juga berupa obat yang diresepkan, seperti obat penghilang nyeri golongan opioid, obat untuk Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), dan obat untuk gangguan cemas. 

Obat dijual bebas yang paling sering disalahgunakan adalah obat batuk dan pilek yang mengandung Dextrometorfan. Jika dikonsumsi dalam dosis yang tidak benar, obat tersebut dapat menyebabkan keracunan. 

Gejala seseorang mungkin mengalami gangguan penyalahgunaan zat adalah gejala-gejala psikis seperti:

  • Kehilangan minat pada hal yang dahulu disukai.
  • Mengalami masalah dalam interaksi sosial atau pertemanan.
  • Tidak lagi menjaga atau memelihara diri sendiri.
  • Lebih sering menyendiri. 
  • Makan lebih banyak atau justru lebih sedikit dari biasanya.
  • Pola tidur berantakan.
  • Emosi berubah-ubah dengan cepat.
  • Langsung marah besar bila dikonfrontasi tentang penyalahgunaan obat.
  • Sering berbohong demi menggunakan obat.

Baca juga: Ketahui Fakta Penting Tentang PTSD

Lalu, apa yang menyebabkan gangguan penyalahgunaan zat? Sebenarnya, tidak diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang diduga berperan dalam peningkatan risiko gangguan penyalahgunaan zat, seperti:

  • Faktor keturunan (genetik).
  • Mekanisme kerja obat atau zat yang dikonsumsi.
  • Faktor psikis, seperti tekanan dari orang-orang sekitar, stres, kecemasan, dan depresi. 

Selain itu, gangguan penyalahgunaan zat juga sering ditemukan bersamaan dengan gangguan kejiwaan tertentu seperti depresi, gangguan hiperaktif dan pemusatan perhatian (ADHD), PTSD, dan gangguan kejiwaan lainnya.  

PTSD (Post-traumatic Stress Disorder)

PTSD atau gangguan stres pasca trauma adalah jenis gangguan mental yang terjadi akibat pengalaman traumatis di masa lalu. Beberapa pengalaman traumatis yang sering memicu PTSD adalah perang, kecelakaan, bencana alam, dan pelecehan seksual.

Gejala PTSD umumnya muncul ketika seseorang mengalami peristiwa yang membuatnya trauma. Namun, waktu kemunculan gejala bervariasi. Bisa beberapa bulan atau tahun setelah kejadian tersebut. Selain itu, tingkat keparahan dan durasi gejala juga bisa berbeda-beda pada setiap pengidap. 

Berikut beberapa gejala PTSD yang perlu dikenali:

1.Ingat Lagi tentang Peristiwa Traumatis yang Dialami

Pengidap PTSD sering kali ingat kembali pada peristiwa traumatis yang pernah membuatnya mengalami trauma. Bahkan, ingatan tersebut juga sering kali hadir dalam mimpi, sehingga membuat mereka stres secara emosional.

2.Selalu Ingin Menghindar

Rasa terancam dengan ingatannya sendiri membuat seseorang yang alami PTSD enggan memikirkan atau membicarakan peristiwa yang membuat mereka trauma. Itulah sebabnya mereka cenderung menghindari tempat, aktivitas, atau orang yang terkait dengan peristiwa traumatis itu. 

3.Selalu Memiliki Pemikiran dan Perasaan Negatif

Pengidap PTSD akan selalu menyalahkan dirinya sendiri atas peristiwa traumatis yang ia alami, dan kehilangan minat pada hal-hal yang dulu disukai. Mereka merasa putus asa, lebih senang menyendiri, dan sulit menjalin hubungan dengan orang lain. 

Baca juga: Penembakan di California, Pelaku Diduga Idap PTSD

4.Mudah Takut dan Emosi

Pengidap PTSD juga sering mudah takut dan emosi, bahkan meski tidak dipicu oleh ingatan akan peristiwa traumatis yang pernah dialami. Mereka juga sering mengalami sulit tidur dan konsentrasi, serta membahayakan dirinya dan orang lain. 

Selain disebabkan oleh pengalaman traumatis, PTSD juga bisa meningkat risikonya karena beberapa faktor, seperti:

  • Kurang mendapat dukungan dan perhatian dari keluarga dan orang di sekitar.
  • Mengidap kecanduan alkohol atau gangguan penyalahgunaan zat.
  • Mengidap gangguan mental lain, gangguan kecemasan.
  • Memiliki keluarga dengan riwayat gangguan kesehatan mental.
  • Mendapat pengalaman traumatis pada masa kecil.
  • Memiliki pekerjaan tertentu, misalnya tentara atau relawan medis di medan perang.

Itulah penjelasan mengenai gangguan penyalahgunaan zat dan PTSD. Setelah dicermati, kedua gangguan tersebut berbeda, tetapi memiliki keterkaitan. Gangguan penyalahgunaan zat sering muncul pada orang dengan PTSD, dan PTSD juga bisa meningkat risikonya akibat gangguan penyalahgunaan zat.

Keduanya adalah kondisi yang dapat mengganggu kualitas hidup. Jadi, jika kamu atau orang terdekat ada yang mengalaminya, segera download aplikasi Halodoc untuk berbicara dengan dokter lewat chat, atau buat janji dengan dokter di rumah sakit pilihan agar bisa segera ditangani. 

Referensi:
WebMD. Diakses pada 2020. What Is Substance Abuse?
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Drug addiction (substance use disorder).
American Psychiatric Association. Diakses pada 2020. What is Posttraumatic Stress Disorder?
National Institute of Mental Health. Diakses pada 2020. Post-Traumatic Stress Disorder.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan