Koarktasio Aorta Tidak Bisa Dicegah, Harus Apa?

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   20 Juni 2020
Koarktasio Aorta Tidak Bisa Dicegah, Harus Apa?Koarktasio Aorta Tidak Bisa Dicegah, Harus Apa?

Halodoc, Jakarta – Koarktasio aorta adalah penyempitan aorta, pembuluh darah terbesar dalam tubuh yang bertugas untuk membawa darah yang mengandung oksigen ke seluruh tubuh. Kondisi ini biasanya ditemukan pada bayi saat lahir (bawaan). Sayangnya, koarktasio aorta tidak bisa dicegah. Meski begitu, ada beberapa hal yang bisa dilakukan orangtua untuk meminimalisir risiko terjadinya koarktasio aorta. 

Ketahui Penyebab dan Faktor Risikonya

Penyebab koarktasio aorta masih belum diketahui secara pasti sampai saat ini. Untuk alasan yang tidak diketahui, penyempitan yang ringan hingga berat dapat terjadi di aorta. Meskipun koarktasio aorta dapat terjadi di aorta mana saja di dalam tubuh, tetapi penyempitan paling sering terjadi di dekat pembuluh darah yang disebut ductus arteriosus. Kondisi ini umumnya dimulai sebelum kelahiran (bawaan).

Koarktasio menyebabkan bilik jantung kiri bawah (ventrikel kiri) jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa aorta yang menyempit. Hal ini dapat mengakibatkan tekanan darah meningkat di ventrikel kiri, dan organ-organ di tubuh bagian bawah tidak mendapatkan pasokan darah yang kaya akan oksigen dalam jumlah yang cukup. Hal ini juga dapat menyebabkan dinding ventrikel kiri menebal (hipertrofi), otot jantung melemah, sehingga memicu gagal jantung.

Sayangnya, beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko koarktasio aorta tidak bisa dicegah, seperti:

  • Memiliki penyakit jantung bawaan lain. Koarktasio aorta seringkali muncul bersamaan dengan penyakit jantung bawaan lainnya, seperti arterial septal defect, defek septum ventrikel, patent ductus arteriosus, atau penyakit katup jantung.

  • Mengidap kelainan genetik, seperti sindrom Turner.

Namun, ibu bisa meminimalisir risiko terjadinya koarktasio aorta pada bayi dengan tidak merokok selama kehamilan dan berhati-hati saat ingin mengonsumsi obat selama masa kehamilan. Sebab, obat seperti obat antikejang dapat meningkatkan risiko koarktasio aorta. Selain itu, bagi ibu hamil yang mengidap diabetes, diskusikanlah pada dokter mengenai cara-cara yang bisa dilakukan untuk mengontrol kadar gula darah. Pasalnya, diabetes yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko koarktasio aorta.

Baca juga: 6 Kebiasaan yang Harus Dihentikan Saat Hamil

Mendiagnosis Koarktasio Sedini Mungkin

Bila kamu atau bayi kamu memiliki kondisi yang meningkatkan risiko koarktasio aorta, seperti sindrom Turner, katup aorta bicuspid atau kelainan jantung bawaan lainnya, atau riwayat keluarga dengan kelainan jantung bawaan, melakukan pemeriksaan untuk mendeteksi koarktasio aorta sedini mungkin sangat penting. Dengan melakukan deteksi dini, pengobatan dapat segera dilakukan, sehingga koarktasio aorta pun dapat ditangani dengan lebih baik.

Pemeriksaan koarktasio aorta biasanya dilakukan setelah bayi lahir. Sangat sulit untuk mendeteksi kelainan jantung bawaan tersebut sebelum kelahiran. Berikut ini pilihan jenis tes yang dapat dilakukan dokter untuk mendiagnosis  koarktasio aorta:

  • Ekokardiogram,

  • Elektrokardiogram,

  • Rontgen dada,

  • MRI,

  • CT scan, dan

  • Kateterisasi jantung.

Baca juga: 6 Pemeriksaan untuk Mendeteksi Koarktasio Aorta

Waspadai Gejalanya

Tergantung pada seberapa besar penyempitan terjadi, koarktasio aorta mungkin juga bisa tidak terdeteksi hingga dewasa. Padahal, koarktasio yang tidak segera diobati dapat menyebabkan pengidapnya berisiko mengalami tekanan darah tinggi dan gagal jantung. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk mewaspadai gejala koarktasio aorta pada anak.

Bayi dengan koarktasio aorta yang parah mungkin dapat mengalami gejala-gejala berikut ini segera setelah mereka lahir:

  • Kulit pucat,

  • Mudah marah,

  • Banyak berkeringat,

  • Sulit bernapas, dan

  • Sulit makan.

Sedangkan anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa dengan koarktasio, sering tidak menunjukkan gejala karena penyempitan aorta yang mereka alami mungkin kurang parah. Berikut ini gejala koarktasio aorta pada anak-anak dan orang dewasa:

  • Tekanan darah tinggi,

  • Sakit kepala,

  • Kelemahan otot,

  • Kram kaki,

  • Mimisan, dan

  • Nyeri dada.

Baca juga: Perlu Diperhatikan, Ini Komplikasi Akibat Koarktasio Aorta

Itulah beberapa hal yang penting yang bisa dilakukan untuk setidaknya meminimalisir risiko koarktasio aorta atau mencegah komplikasi terjadi. Untuk melakukan pemeriksaan terkait kondisi kesehatan yang kamu atau Si Kecil alami, kamu bisa langsung buat janji di rumah sakit pilihanmu lewat aplikasi Halodoc. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.

Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Coarctation of the aorta.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan