Lansia Berisiko Alami Spondylosis, Mitos atau Fakta?

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   26 Agustus 2021
Lansia Berisiko Alami Spondylosis, Mitos atau Fakta?Lansia Berisiko Alami Spondylosis, Mitos atau Fakta?

Orang yang sudah lanjut usia atau lansia berisiko tinggi mengalami spondylosis atau degenerasi tulang belakang. Lebih dari 85 persen orang yang berusia di atas 60 tahun mengalami penyakit tersebut. Hal itu karena pertambahan usia bisa menyebabkan tulang rawan dan ligamen pada tulang belakang mengalami pengapuran yang memicu terjadinya spondylosis.

Halodoc, Jakarta – Orang lanjut usia alias lansia menjadi kelompok yang rentan mengalami gangguan kesehatan, terutama penyakit yang berkaitan dengan tulang. Hal itu wajar karena seiring bertambahnya usia, bagian-bagian tubuh juga ikut mengalami penuaan. 

Salah satu penyakit yang rentan dialami orangtua adalah spondylosis. Apa itu? Secara umum, spondylosis merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan degenerasi tulang belakang. Kondisi tersebut terjadi karena tulang rawan antar ruas tulang belakang yang berfungsi sebagai bantalan mengalami pengapuran dan kekakuan yang kemudian menyebabkan tempat keluarnya saraf dari tulang belakang tertekan. Akibatnya, orang dengan spondylosis bisa mengalami gejala berupa kekakuan menggerakkan tulang belakang, nyeri, hingga kesemutan. 

Spondylosis sangat umum dan bisa memburuk seiring bertambahnya usia. Lebih dari 85 persen orang yang berusia lebih dari 60 tahun mengalami spondylosis serviks. Simak ulasan selengkapnya di sini.

Baca juga: Atlet Rentan Alami Spondylosis, Ini Alasannya

Berbagai Faktor Risiko Penyakit Spondylosis 

Spondylosis bisa terjadi di beberapa bagian, yaitu tulang belakang leher, bagian atas dan tengah punggung, serta bagian bawah punggung. Penyakit ini juga sering digunakan untuk menggambarkan kondisi osteoarthritis pada tulang belakang. 

Spondylosis adalah bagian normal dari penuaan. Seiring bertambahnya usia, tulang rawan dan ligamen pada tulang belakang mengalami pengapuran yang menyebabkan terjadinya penyakit tulang tersebut. Meskipun spondylosis paling sering menyerang lansia yang berusia di atas 60 tahun, tetapi gejala awalnya seringkali muncul di antara usia 20 hingga 50 tahun lho. 

Selain usia, faktor genetik tertentu juga memicu terjadinya spondylosis. Risiko penyakit ini juga meningkat pada orang yang memiliki kelebihan berat badan alias obesitas, gaya hidup yang kurang bergerak atau tanpa olahraga, kebiasaan merokok, pernah mengalami cedera atau trauma pada sendi, serta sering beraktivitas atau melakukan olahraga yang memberikan stres berulang pada sendi tertentu di tubuh. Beberapa kondisi kesehatan tertentu, seperti diabetes, asam urat, psoriasis, TBC, sindrom iritasi usus besar, dan penyakit Lyme juga bisa membuat seseorang rentan mengalami spondylosis.

Kenali Gejalanya

Ada beberapa gejala yang sering muncul sebagai tanda dari penyakit ini. Spondylosis menyebabkan pengidapnya mengalami nyeri atau kaku di leher serta punggung. Namun biasanya, rasa nyeri ini akan membaik bahkan hilang saat berbaring. Penyakit ini juga memicu gejala kelemahan atau mati rasa pada kaki atau tangan, nyeri pada bahu, serta sakit kepala. 

Spondylosis biasanya bisa didiagnosis dengan melakukan tes atau pemeriksaan fisik. Selain itu, mungkin akan dibutuhkan pemeriksaan tambahan untuk membantu mendiagnosis osteoartritis pada tulang belakang. Pemeriksaan yang bisa dilakukan adalah X-ray dan MRI. Bisa juga dilakukan tes darah untuk mendeteksi penyakit lain. Setelah seseorang didiagnosis mengidap penyakit ini, maka akan mulai dilakukan perawatan untuk meredakan gejala. 

Baca juga: Ini yang Terjadi pada Tubuh saat Mengalami Spondilosis Servikal

Cara Mengobati Spondylosis

Pengobatan untuk spondylosis tergantung pada tingkat keparahan gejala yang kamu alami. Tujuan pengobatan adalah untuk menghilangkan rasa sakit, membantu kamu agar bisa beraktivitas sebaik mungkin, dan mencegah cedera permanen pada sumsum tulang belakang dan saraf.

Berikut ini beberapa pilihan pengobatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi spondylosis:

  • Obat-obatan 

Analgesik atau obat pereda nyeri, obat antiinflamasi, dan salep pelega otot adalah beberapa obat-obatan yang umum digunakan untuk mengatasi spondylosis. Bila gejala yang dialami parah atau obat-obatan tersebut tidak mampu mengatasi spondylosis, opioid dosis rendah atau analgesik yang lebih kuat bisa digunakan.

Nah, kamu bisa beli obat-obatan yang kamu butuhkan untuk mengatasi masalah kesehatan kamu melalui aplikasi Halodoc. Tinggal order saja dan obat pesananmu akan diantar dalam waktu satu jam.

  • Terapi Fisik

Seorang ahli terapi fisik bisa mengajari kamu latihan untuk membantu meregangkan dan memperkuat otot-otot di leher dan bahu kamu.

  • Operasi

Bila perawatan biasa tidak mampu mengatasi spondylosis atau bila gejala neurologis yang kamu alami, seperti kelemahan pada lengan atau kaki memburuk, kamu mungkin perlu menjalani operasi.

Baca juga: 3 Jenis Olahraga untuk Membantu Mengatasi Spondylosis

Itulah penjelasan mengenai spondylosis yang rentan dialami lansia. Yuk, jangan lupa download aplikasi Halodoc sekarang juga untuk membantu menjaga kesehatan kamu sekeluarga.

Referensi:
Spine Universe. Diakses pada 2021. Spondylosis Symptoms, Causes, Diagnosis and Treatment.
Mayo Clinic. Diakses pada 2021. Cervical spondylosis


Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan