Mata Minus Disebabkan Oleh Gen, Fakta atau Mitos?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   01 Oktober 2018
Mata Minus Disebabkan Oleh Gen, Fakta atau Mitos?Mata Minus Disebabkan Oleh Gen, Fakta atau Mitos?

Halodoc, Jakarta – Jika kamu mengalami kesulitan melihat benda dalam jarak jauh, bisa jadi kamu mengidap rabun jauh. Rabun jauh dalam dunia medis sering disebut miopia. Kondisi ini biasanya disebabkan akibat keseringan membaca atau menatap layar elektronik terlalu dekat. Namun pada kasus lain, ada juga yang mengatakan mata minus bisa disebabkan oleh gen, benarkah?

Menurut laporan yang dipublikasikan dalam Nature Genetics, para ilmuwan mengetahui gen mana yang menyebabkan miopia, sehingga dapat membantu dalam mengembangkan perawatan masa depan. Penelitian itu mengungkapkan,sebanyak 30 persen penduduk di negara Barat dan 80 persen dari penduduk Asia berusia 18 tahun mengalami mata minus.

Miopia terjadi ketika bola mata tumbuh terlalu panjang selama masa anak-anak dan menyebabkan cahaya untuk fokus sedikit di depan retina bukan di atasnya. Miopia dapat dikoreksi dengan menggunakan lensa cekung seperti pada kacamata atau lensa kontak. Alat bantu penglihatan ini membantu mata memfokuskan sinar yang masuk ke mata. Cara lain untuk mengoreksi miopia adalah dengan operasi refraktif seperti LASIK, Epi LASIK, dan implan lensa kontak.

Penelitian ini membuktikan bahwa, gen-gen baru yang ditemukan bertanggung jawab atas perkembangan mata, penyembuhan jaringan mata, dan kondisi struktur mata. Penelitian ini juga mengungkapkan, mutasi tertentu dalam gen telah dikaitkan dengan kemungkinan sepuluh kali lipat lebih tinggi untuk mengalami miopia.

Seorang periset dalam penelitian ini, Profesor Chris Hammond, mengatakan miopia cenderung diturunkan dalam keluarga. Namun, temuan ini belum sepenuhnya menggambarkan keterlibatan genetik di dalamnya.

Sementara itu, anak-anak yang mengembangkan miopia ketika usia yang masih sangat muda, lebih mungkin mengalami masalah kesehatan di kemudian hari dibanding anak-anak yang tidak mengalami rabun. Dalam kasus ekstrem, miopia dapat menyebabkan masalah penglihatan yang serius di pertengahan kehidupan, seperti glaukoma, retina terlepas, dan kebutaan yang disebabkan oleh degenerasi makula.

“Saat ini, kemungkinan untuk mengurangi perkembangan miopia sangat terbatas. Sementara satu obat, yang disebut atropin, dapat mengurangi perkembangan, ia melebarkan pupil dan menyebabkan masalah dengan sensitivitas cahaya dan kesulitan membaca,” kata Hammond.

Hammond mengungkapkan, interaksi lingkungan dengan gen juga penting dalam menentukan risiko mengembangkan miopia, seperti tingkat pendidikan, urbanisasi, dan aktivitas luar ruangan.

“Ada beberapa data yang menunjukkan bahwa rabun jauh menjadi lebih umum pada anak-anak di Inggris. Sangat mungkin bahwa duduk di dalam ruangan dengan permainan komputer tidak sebagus langit biru yang berada di luar ruangan,” katanya.

Pengaruh Gen LEPREL1

Senada dengan penelitian sebelumnya, sebuah kelompok riset yang berasal dari Ben-Gurion University of Negev telah berhasil mengidentifikasi sebuah gen yang efeknya secara spesifik menyebabkan miopia. Penelitian yang dipublikasikan dalam American Journal of Human Genetics ini mengungkapkan bahwa mutasi pada gen LEPREL1 telah terbukti menyebabkan miopia.

“Kami akhirnya mulai memahami pada tingkat molekuler mengapa rabun jauh terjadi,” kata Profesor Ohad Birk. Beberapa kelompok yang terlibat dalam penemuan ini adalah BGU’s Morris Kahn Laboratory of Human Genetics, National Institute for Biotechnology di Negev, dan Dayan Clinical Genetics Wing, Soroka University Medical Center.

Untuk diketahui, gen LEPREL1 mengkode suatu enzim yang esensial guna memodifikasi kolagen pada mata. Jika enzim ini hilang, kolagen akan terbentuk secara berlebihan. Akibatnya, bola mata akan menjadi lebih panjang dari normal. Sebagai konsekuensinya, cahaya yang masuk difokuskan di depan retina dan terjadilah miopia. Studi lanjutan di masa depan akan menentukan apakah LEPREL1 atau gen terkait memainkan peran penting dalam penyebab miopia pada populasi umum.

Jika kamu mengalami masalah mata, kamu bisa mendiskusikannya dengan dokter di Halodoc. Diskusi dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja melalui Chat atau Voice/Video Call. Selain itu, kamu juga bisa membeli obat di Halodoc melalui fitur Apotek Antar. Pesanan akan sampai dalam waktu kurang dari satu jam. Ayo, download aplikasinya sekarang juga di App Store dan Google Play!

 

Baca juga:

 

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan