Membongkar Mitos Seputar Cacing Gigi yang Beredar

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   09 Februari 2021
Membongkar Mitos Seputar Cacing Gigi yang BeredarMembongkar Mitos Seputar Cacing Gigi yang Beredar

Halodoc, Jakarta – Pada zaman dahulu, ada banyak mitos yang beredar di tengah masyarakat, termasuk yang berkaitan dengan kesehatan. Salah satu mitos kesehatan yang cukup banyak dikenal adalah keberadaan cacing gigi. Katanya, cacing gigi menjadi penyebab utama seseorang bisa mengalami gigi berlubang atau penyakit gigi lainnya. Apa itu cacing gigi? 

Mitos tersebut beredar jauh sebelum ilmu kedokteran, terutama kedokteran gigi, berkembang. Mitos seputar cacing gigi diduga beredar pada 5000 SM (sebelum masehi). Pada masa tersebut, manusia percaya bahwa ada cacing di dalam mulut yang bisa berkembang biak dan menjadi penyebab kerusakan, pembusukan, dan memicu gigi berlubang. Namun, ilmu kedokteran telah membantah mitos tersebut. 

Baca juga: Ini Alasan Gigi Berlubang Sebabkan Sakit Gigi

Penyebab Gigi Berlubang yang Perlu Diketahui

Ada mitos yang menyebut keberadaan cacing gigi di dalam mulut yang kemudian menyerang rongga mulut dan gigi. Cacing gigi juga disebut menjadi penyebab kerusakan dan gigi berlubang. Namun, anggapan tersebut sudah dibantah dan ternyata mitos belaka. Tidak ada yang disebut cacing gigi, apalagi jika dikaitkan dengan gigi berlubang. 

Gigi berlubang adalah gangguan kesehatan yang terjadi karena ada kerusakan pada gigi. Kondisi ini memengaruhi bagian luar (email) hingga bagian dalam gigi (dentin). Kerusakan yang terjadi memicu pengikisan pada kedua bagian tersebut sampai membentuk lubang. Gigi berlubang disebabkan oleh penumpukan bakteri di mulut, tidak menjaga kebersihan mulut, dan kebiasaan mengonsumsi makanan yang manis. 

Awal mula terjadinya gigi berlubang adalah penumpukan plak pada mulut. Plak berasal dari sisa-sisa makanan mengandung gula yang dikonsumsi, seperti roti, sereal, susu, kue, atau permen. Kebiasaan tidak sikat gigi setelah makan menyebabkan sisa-sisa makanan tersebut menumpuk kemudian diubah oleh bakteri alami di mulut menjadi asam. 

Baca juga: Sakit Karena Gigi Berlubang, Apa Pengobatannya?

Kemudian, plak yang menumpuk bersama bakteri, asam, serta air liur akan melekat pada gigi. Kandungan asam dalam plak secara perlahan akan mengikis lapisan-lapisan gigi. Semakin lama, pengikisan akan menyebabkan pembentukan lubang pada gigi. Selain itu, ada beberapa faktor lain yang bisa menjadi pemicu gigi berlubang. 

Risiko gigi berlubang menjadi lebih besar pada orang yang terlalu banyak mengonsumsi makanan dan minuman manis atau asam, mulut kering, penggunaan obat-obatan tertentu, jarang menyikat gigi atau membersihkan gigi, hingga faktor usia. Kondisi ini juga rentan menyerang orang yang tidak menggunakan pasta gigi dengan fluoride. Kandungan fluoride yang ada di pasta gigi berfungsi untuk merawat kesehatan serta mencegah kerusakan pada gigi.

Gangguan ini umum terjadi, baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Gigi berlubang harus segera ditangani untuk menghindari risiko terjadinya komplikasi berbahaya. Maka dari itu, penting untuk selalu melakukan pemeriksaan gigi. Dengan begitu, dokter gigi bisa dengan mudah dan cepat mengetahui jika ada gangguan atau perubahan pada gigi. 

Jika tidak ditangani dengan segera, gigi berlubang bisa memicu terjadinya komplikasi, seperti kesulitan mengunyah makanan, nyeri gigi yang terjadi terus-menerus, hingga gigi patah atau tanggal. Gigi berlubang juga bisa memicu abses gigi yang dapat memicu kondisi yang lebih berbahaya, seperti sepsis. 

Baca juga: Alasan Gigi Berlubang Bisa Bikin Sakit Kepala

Gigi berlubang yang sudah parah dan menimbulkan komplikasi harus mendapatkan penanganan medis segera. Kalau itu yang terjadi, sebaiknya segera pergi ke rumah sakit terdekat dan temui dokter gigi. Biar lebih mudah, cari daftar rumah sakit yang sesuai dengan kebutuhan melalui aplikasi Halodoc. Ayo, download aplikasinya sekarang!

Referensi:
Healthline. Diakses pada 2021. Debunking the Myth of Tooth Worms and Other Cavity Causes.
Mouth Healthy. Diakses pada 2021. Tooth Decay.
WebMD. Diakses pada 2021. Dental Health and Cavities.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan