Mengapa Penyakit Asam Lambung Bisa Terjadi selama Kemoterapi?

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   02 Maret 2021
Mengapa Penyakit Asam Lambung Bisa Terjadi selama Kemoterapi? Mengapa Penyakit Asam Lambung Bisa Terjadi selama Kemoterapi?

Halodoc, Jakarta - Kemoterapi adalah salah satu terapi kanker yang paling diandalkan untuk meningkatkan harapan hidup pengidap kanker. Kemoterapi menggunakan obat-obatan antikanker untuk membunuh sel-sel kanker secara sistematik. Tujuannya agar sel kanker ini tak membelah diri dan menyebar ke organ-organ atau bagian tubuh lain. 

Meski tujuannya baik, terapi kemoterapi bisa menimbulkan efek negatif pada tubuh. Mulai dari rambut rontok, mual dan muntah, lelah, hingga menurunnya sistem imun. Di samping itu, dalam beberapa kasus kemoterapi ternyata juga bisa memicu penyakit asam lambung atau gastroesophageal reflux disease (GERD). 

Baca Juga: Jangan Sepelekan 3 Bahaya Akibat Asam Lambung

Kemoterapi Picu Asam Lambung

Obat-obatan yang digunakan dalam bentuk pengobatan kanker ini memang manjur. Namun, saluran pencernaan tidak luput dari efek samping terkait. Disebutkan, GERD sering terjadi pada pasien yang menjalani kemoterapi dan setelah pengobatan berakhir. Apa sebabnya?

Obat yang digunakan dalam kemoterapi menargetkan sel-sel tubuh yang membelah dengan cepat. Masalahnya, obat-obatan tersebut tidak dapat membedakan antara sel normal yang membelah dengan cepat dengan sel kanker. Ringkasnya, obat tersebut menyerang semuanya.

Contohnya, ketika sel folikel terpengaruh, maka kerontokan rambut akan terjadi, atau sumsum tulang yang tertekan menyebabkan kelainan darah. Demikian pula ketika sel-sel di lapisan saluran pencernaan rusak, asam lambung korosif dapat mengalir ke kerongkongan sehingga memicu terjadinya penyakit asam lambung. 

Ketika episode penyakit asam lambung seperti itu terjadi, nyeri dada dan rasa terbakar adalah hal biasa dialami oleh pasien kemoterapi. Selain kemoterapi, terdapat pula faktor pemicu penyakit asam lambung lainnya. Menurut pakar di National Institutes of Health (NIH), GERD bisa dipicu oleh: 

  • Obesitas.
  • Penggunaan alkohol.
  • Hernia hiatal (suatu kondisi di mana bagian perut bergerak di atas diafragma, yaitu otot yang memisahkan rongga dada dan perut).
  • Kehamilan.
  • Skleroderma.
  • Merokok.
  • Berbaring dalam waktu 3 jam setelah makan.

Baca juga: Jalani Kemoterapi, Begini Cara Atur Pola Makan yang Tepat

Kenali Gejala Penyakit Asam Lambung

Umumnya, GERD akan menyebabkan rasa asam atau pahit di mulut. Selain itu, masalah pada asam lambung ini juga memicu sensasi panas atau perih di dalam dada dan ulu hati. Hati-hati, kedua gejala ini biasanya semakin menjadi-jadi ketika pengidapnya berbaring atau membungkuk setelah makanan. 

Pada beberapa kasus, gejala GERD juga bisa ditandai dengan mual setelah makan, dan merasa adanya makanan yang tersangkut di belakang tulang dada.

Di samping itu, menurut ahli di NIH dan sumber lainnya, ada pula beberapa gejala GERD yang perlu diwaspadai, yaitu:

  • Batuk atau mengi.
  • Kesulitan menelan.
  • Cegukan.
  • Suara serak atau perubahan suara.
  • Sakit tenggorokan.
  • Bau mulut.
  • Mual dan muntah.
  • Sering bersendawa.

Baca Juga: Sembuhkan Asam Lambung dengan 5 Makanan Ini

Mau tahu lebih jauh mengenai masalah di atas? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc.

Bagi kamu yang mengalami GERD atau kesehatan lainnya dan tak kunjung membaik, bisa kok memeriksakan diri ke rumah sakit pilihan. Sebelumnya, buat janji dengan dokter di aplikasi Halodoc sehingga tidak perlu mengantre sesampainya di rumah sakit. Praktis kan? 



Referensi:
National Institutes of Health - MedlinePlus. Diakses pada 2020. Gastroesophageal reflux disease
Verywell Health. Diakses pada 2021. Acid Reflux During Chemotherapy
Mayo Clinic. Diakses pada 2021. Disease and Conditions. Gastroesophageal Reflux Disease

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan