Mengenal CAPD, Cuci Darah "Portable" untuk Pengidap Gagal Ginjal

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   14 Januari 2020
Mengenal CAPD, Cuci Darah "Portable" untuk Pengidap Gagal GinjalMengenal CAPD, Cuci Darah "Portable" untuk Pengidap Gagal Ginjal

Halodoc, Jakarta - Pengidap gagal ginjal pasti sudah akrab dengan istilah hemodialisis. Metode cuci darah tersebut dilakukan dengan memasang selang pada lengan. Kini, telah ditemukan metode alternatif yang dapat digunakan dalam proses cuci darah, yaitu CPAD. Berbeda dengan hemodialisis, CPAD dilakukan dengan memasang selang pada rongga perut.

Ketika mengidap gagal ginjal, organ ginjal tidak dapat melakukan fungsinya dengan normal. Akibatnya, zat-zat sisa metabolisme akan menumpuk dan menimbulkan efek berbahaya bagi tubuh. Nah, untuk menghindari efek samping, pengidap gagal ginjal harus melakukan cuci darah untuk menyaring zat-zat sisa metabolisme dalam darah. Prosesnya sendiri disebut dengan dialisis.

Baca juga: Tanpa Cuci Darah, Apakah Gagal Ginjal Kronis Bisa Diobati?

Mengenal Lebih Jauh Tentang Metode CAPD

CAPD (continuous ambulatory peritoneal dialysis) dilakukan dengan memasang selang pada rongga perut pengidap gagal ginjal. Awalnya, dokter bedah akan membuat lubang kecil pada area perut di sekitar pusar. Lubang inilah yang nantinya menjadi jalan masuknya selang ke dalam rongga perut. Selang ini kemudian dibiarkan berada di dalamnya, agar proses CPAD dapat berjalan dengan sendirinya. Kira-kira begini skema CPAD dilakukan:

  • Sebelum melakukan cuci darah, peserta harus menghubungkan kantung yang berisi cairan dialisat ke selang. Cairan dialisat sendiri merupakan cairan yang memiliki komposisi kimia menyerupai cairan tubuh normal. Kemudian, pasien akan menunggu hingga rongga perut terisi dengan cairan tersebut.

  • Kemudian cairan tersebut akan didiamkan dalam rongga perut selama beberapa jam. Cairan ini akan mengangkut zat sisa-sisa metabolisme dalam darah yang melewati pembuluh darah di peritoneum (membran pelindung dalam perut).

  • Cairan yang telah terkontaminasi dengan zat-zat metabolisme tubuh akan dialirkan keluar tubuh melalui selang. Zat-zat ini kemudian ditampung dalam kantung kosong lainnya.

CPAD dapat dilakukan secara mandiri di rumah. Meski lebih praktis karena tidak harus pergi ke institusi kesehatan terdekat, tapi peserta CPAD akan sedikit kerepotan karena harus melakukan metode ini sebanyak 4 kali per hari. Dalam satu sesi CPAD, kira-kira peserta akan membutuhkan waktu selama 30 menit.

Baca juga: Pengidap Gagal Ginjal Mudah Terkena Peritonitis, Benarkah? 

Meskipun Lebih Efisien, CPAD Tak Luput Dari Risiko

CPAD memang memiliki keunggulan karena dilakukan setiap hari. Itu artinya, peserta CPAD memiliki risiko lebih kecil untuk mengalami penumpukan natrium, kalium, dan cairan dalam darah. Meski lebih unggul karena bisa dibawa ke mana pun pasien pergi, CPAD juga tidak luput dari risiko efek samping yang bisa saja terjadi. Berikut penjelasannya:

  • Mengidap Infeksi

Infeksi dapat terjadi jika selang dan kulit di sekitar pusar tidak terjaga kebersihannya. Hal tersebut dapat terjadi karena pasien harus membuka dan menutup selang dan melakukan pergantian cairan dialisat secara rutin. Ketika sudah terinfeksi bakteri, pasien bisa saja mengidap peritonitis, yaitu peradangan pada lapisan dinding perut yang ditandai dengan demam tinggi, mual, muntah, demam tinggi, serta keruhnya cairan dialisat.

  • Kenaikan Bobot Tubuh

Cairan dialisat sendiri mengandung gula yang bernama dekstrosa. Zat tersebut merupakan gabungan senyawa gula sederhana dan air. Terserapnya cairan tersebut dalam jumlah yang banyak akan menyebabkan tubuh kelebihan kalori dan berakibat naiknya bobot tubuh secara keseluruhan.

  • Mengidap Hernia

Cairan yang tertahan dalam rongga perut dalam waktu yang lama akan memberikan tekanan pada dinding perut. Lama-kelamaan tekanan tersebut akan menyebabkan dinding perut melemah. Akibatnya, organ dalam perut akan menonjol keluar dan terjadilah hernia.

Baca juga: Gagal Ginjal Kronis Perlu Cuci Darah

Baik hemodialisis atau CPAD, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Disarankan untuk memilih metode yang kamu perlukan. Pertimbangkan untuk jangka waktu yang panjang. Jika masih bingung, dokter ahli pada aplikasi Halodoc akan membantu menetapkan pilihanmu! Jangan sampai salah memilih, karena akan berdampak bagi kesehatanmu dalam jangka panjang.

Referensi:
National Kidney Foundation. Diakses pada 2020. Peritoneal Dialysis: What You Need to Know.
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Peritoneal Dialysis.

 

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan