Mengenal Terapi Profilaksis untuk Mencegah Migrain

5 menit
Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   31 Januari 2022

“Migrain adalah penyakit yang pernah dialami semua orang, setidaknya satu kali dalam hidupnya. Sensasi rasa berdenyut pada satu sisi kepala ini dapat berlangsung selama beberapa jam bahkan berhari-hari. Tahukah kamu jika terapi profilaksis ampuh dalam mencegah migrain?”

Mengenal Terapi Profilaksis untuk Mencegah MigrainMengenal Terapi Profilaksis untuk Mencegah Migrain

Halodoc, Jakarta – Migrain adalah jenis sakit kepala yang terasa seperti berdenyut. Umumnya, kondisi ini hanya terjadi pada satu sisi kepala. Jurnal berjudul Neurobiology of Migraine, menyatakan migrain dianggap sebagai disfungsi bawaan dari jaringan modulasi sensorik, dengan gangguan dominan yang memengaruhi pemrosesan abnormal lalu lintas saraf.

Kenali Lebih Jauh Tentang Migrain

Menurut A Phase-by-Phase Review of Migraine Pathophysiology, migrain disebutkan sebagai gangguan neurologis umum yang menimbulkan hendaya. Semua pengidap migrain akan mengalami beberapa fase, yaitu:

Fase 1: Prodromal

Fase ini dialami oleh 60 persen pengidap dan terjadi beberapa jam hingga dua hari sebelum serangan migrain. Gejalanya ditandai dengan energi berlebihan, cepat makan, cemas, sulit konsentrasi, ingin makan sesuatu, kelelahan, sering menguap, tidak suka kebisingan, dan sensitif terhadap bau tertentu.

Fase 2: Aura Phase

Fase ini dialami oleh 20 persen pengidap dan terjadi satu jam sebelum serangan migrain. Gejalanya ditandai dengan perubahan penglihatan, sulit fokus, mati rasa pada tungkai, kesemutan pada wajah atau lengan, otot terasa lemah, dan kesulitan dalam berbicara, menulis, atau memahami kata.

Fase 3: Attack Phase

Fase ini adalah tahapan saat migrain benar-benar menyerang. Jika tidak segera ditangani, sensasi rasa berdenyut di satu sisi kepala akan mengganggu aktivitas harian yang kamu lakukan. Sensasi rasa berdenyut tersebut bisa saja berpindah ke sisi kepala lainnya dalam intensitas yang lebih parah.

Ketika serangan migrain berlangsung, pengidap akan lebih sensitif terhadap paparan cahaya, suara, dan bau. Tidak jarang perut menjadi lebih sensitif, sehingga mual dan muntah pun tidak dapat dihindari. Gejala yang muncul dalam intensitas parah bisa saja membuat pengidapnya pingsan seketika.

Fase 4: Postdrome Phase

Fase terakhir ini terjadi setelah serangan migrain selesai, dan dapat dialami dalam beberapa hari. Ketika sensasi rasa berdenyut di salah satu sisi kepala sudah tidak dirasakan lagi, kamu mungkin merasakan rasa lelah ekstrem, lesu, bingung, mudah marah, atau sakit kepala saat membungkuk.

Penyebab dan Faktor Pemicu Migrain

Hingga kini belum diketahui apa yang menjadi penyebab pasti dari migrain. Sensasi rasa berdenyut terjadi karena saraf di pembuluh darah mengirim sinyal rasa sakit ke otak. Otak kemudian melepaskan zat inflamasi ke dalam saraf dan pembuluh darah kepala. Tidak ada alasan jelas mengapa saraf melakukan hal tersebut.

Meskipun belum dipastikan penyebabnya, ada beberapa faktor pemicu migrain yang harus kamu hindari. Berikut beberapa di antaranya:

1. Stres Emosional

Kondisi ini menjadi salah satu pemicu umum dari migrain. Ketika seseorang mengalami stres, otak melepaskan hormon adrenalin dan kortisol yang menjadi pemicu migrain. Emosi juga dapat meningkatkan ketegangan otot dan pelebaran pembuluh darah yang membuat migrain semakin parah.

2. Sensitif Terhadap Bahan Tertentu

Tahukah kamu bahan makanan dan minuman tertentu dapat menjadi pemicu migrain? Makanan dan minuman tersebut termasuk keju, minuman beralkohol, cokelat, serta makanan yang difermentasi. Jika dikonsumsi secara berlebihan, sejumlah bahan tersebut meningkatkan risiko migrain sebanyak 30 persen.

3. Konsumsi Kafein Berlebihan

Ketika terlalu banyak konsumsi kafein, sakit migrain bisa muncul ketika kadar kafein dalam tubuh perlahan menurun. Pembuluh darah dalam tubuh menjadi lebih peka. Akibatnya, sakit kepala bisa saja terjadi ketika asupan tersebut tidak didapatkan. 

4. Perubahan Hormon pada Wanita

Fluktuasi hormon pada wanita saat menstruasi, masa kehamilan, dan konsumsi pil KB dapat menjadi pemicu migrain. Selain ketiga kondisi tersebut, migrain rentan terjadi setelah menopause. 

Selain beberapa poin seperti yang telah disebutkan sebelumnya, migrain juga dipicu oleh beberapa kondisi berikut:

  • Paparan lampu atau sinar berlebihan.
  • Menunda waktu makan.
  • Perubahan kondisi cuaca, seperti badai, perubahan tekanan udara, angin kencang, atau perubahan ketinggian.
  • Melakukan banyak aktivitas yang membutuhkan tenaga.
  • Melakukan diet, tetapi kurang minum air putih.
  • Perubahan atau kekurangan waktu tidur.
  • Terpapar suara keras.
  • Terpapar asap, parfum, atau sumber bau lainnya.
  • Penggunaan obat tertentu yang menyebabkan pembuluh darah membengkak.

Jika kamu mengalami gejala migrain akibat memiliki salah satu atau beberapa faktor pemicu, sebaiknya atasi dengan langkah yang tepat. Migrain dapat berlangsung selama berhari-hari, dalam intensitas yang parah. Salah satu langkah efektif mencegahnya adalah dengan melakukan terapi profilaksis. 

Mencegah Migrain dengan Terapi Profilaksis 

Pernah mendengar istilah terapi profilaksis? Itu adalah cara yang dilakukan untuk mencegah penyakit menjadi semakin parah. Dengan kata lain, terapi profilaksis berguna untuk:

  • Mengurangi frekuensi, berat, dan lamanya serangan migrain.
  • Meningkatkan respons pasien terhadap pengobatan akut (abortif).
  • Meningkatkan fungsi aktivitas sehari-hari serta mengurangi disabilitas.
  • Mencegah penggunaan obat nyeri (analgesik) yang berlebihan, dan mencegah berkembangnya menjadi nyeri kepala jangka lama (kronik).

Perawatan preventif ini dapat dilakukan dalam berbagai cara. Terapi profilaksis juga bisa saja berlanjut setelah penyakit diidentifikasi. Berikut ini tahapan yang dilakukan dalam terapi profilaksis:

  • Profilaksis Primer. Dilakukan untuk mencegah atau meningkatkan resistensi terhadap penyakit yang tidak dimiliki. 
  • Profilaksis Sekunder. Dilakukan untuk mencegah masalah medis atau cedera terjadi lagi. 
  • Profilaksis Tersier. Dilakukan untuk membantu pemulihan dari penyakit kronis yang dialami atau cedera dengan efek jangka panjang.

Dalam mencegah penyakit semakin parah, terapi profilaksis dilakukan dengan berbagai obat. Mengutip dari Medications for Migraine Prophylaxis, terapi profilaksis migrain dilakukan dengan berbagai obat yaitu candesartan, lisinopril, atenolol, metoprolol, nadolol, fluoxetine, magnesium, propranolol, vitamin B2 (riboflavin), koenzim Q10, dan topiramate.

Jenis obat yang memiliki kandungan topiramate diindikasikan untuk mencegah migrain pada dewasa. Obat ini termasuk ke dalam golongan obat keras, sehingga keputusan untuk mendapatkan terapi ini (ataupun obat profilaksis lainnya) harus didiskusikan dengan dokter, serta penggunaannya perlu diawasi dan sesuai dengan anjuran dokter. 

Sebagai peringatan, ibu hamil perlu mendapatkan penilaian klinis khusus sebelum diputuskan untuk menerimanya, dan ibu menyusui tidak boleh mengonsumsinya.

Dosis dan anjuran pakai disesuaikan berdasarkan kondisi masing-masing pengidap. Jadi, pastikan untuk berdiskusi terlebih dulu dengan dokter sebelum mengonsumsinya. Untuk menilai apakah kamu perlu terapi profilaksis migrain, silahkan berkonsultasi dengan dokter di aplikasi Halodoc.

Meski obat ini memiliki manfaat baik yang dapat mencegah migrain, penggunaannya tidak boleh dilakukan sembarangan. Sebab, beberapa orang bisa saja mengalami reaksi alergi setelah mengonsumsinya atau memiliki kondisi yang membuatnya tidak direkomendasikan untuk menerima obat ini. Jika kamu ingin mengetahui info menarik seputar kesehatan lainnya, download Halodoc sekarang juga!

Referensi:

American Migraine Foundation. Diakses pada 2022. Understanding Migraine Progression Can Help You Anticipate & Manage Your Symptoms.
David W Dodick. Diakses pada 2022. A Phase-by-Phase Review of Migraine Pathophysiology. Headache.
Kelompok Studi Nyeri Kepala Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Diakses pada 2022. Konsensus Nasional V: Diagnosis dan Penatalaksanaan Nyeri Kepala. 2018.
Silberstein S. Diakses pada 2022. Topiramate in Migraine Prevention: A 2016 perspective. Headache. 2016:165-78.
American Family Physician. Diakses pada 2022. Medications for Migraine Prophylaxis.
Science Direct. Diakses pada 2022. Neurobiology of migraine.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan