Mengidap Gangguan Kepribadian Berisiko Alami Distimia

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   14 Agustus 2020
Mengidap Gangguan Kepribadian Berisiko Alami Distimia Mengidap Gangguan Kepribadian Berisiko Alami Distimia

Halodoc, Jakarta - Gangguan depresi persisten, juga disebut distimia, adalah bentuk depresi jangka panjang (kronis) yang berkelanjutan. Mereka yang mengidap kondisi ini mungkin kehilangan minat pada aktivitas normal sehari-hari, merasa putus asa, kurang produktif, dan memiliki harga diri yang rendah. Perasaan ini berlangsung selama bertahun-tahun dan dapat secara signifikan mengganggu hubungan, pekerjaan, sekolah, dan aktivitas sehari-hari.

Distimia bisa terjadi karena depresi berat atau bisa juga karena mengidap gangguan kepribadian yang membuatnya selalu depresi. Saat seseorang memiliki kondisi ini, mereka mungkin merasa sulit untuk bersikap optimis, bahkan pada saat-saat bahagia. Pengidap distimia mungkin digambarkan memiliki kepribadian yang suram, terus-menerus mengeluh atau tidak mampu bersenang-senang. 

Karena distimia bisa bersifat kronis, mengatasi gejala distimia dapat menjadi tantangan besar. Namun, kombinasi terapi bicara (psikoterapi) dan pengobatan lain dapat efektif mengobati kondisi ini.

Baca juga: Kenali Lebih Jauh Tentang Distimia 

Penyebab dan Faktor Risiko Distimia

Sayangnya, penyebab pasti dari gangguan depresi persisten belum diketahui. Seperti halnya depresi berat, distimia mungkin melibatkan lebih dari satu penyebab, seperti:

  • Perbedaan Biologis. Orang dengan gangguan depresi persisten mungkin mengalami perubahan fisik di otak mereka. Signifikansi perubahan ini masih belum pasti, tetapi pada akhirnya dapat membantu menentukan penyebabnya.
  • Kondisi Kimiawi di Otak. Neurotransmitter adalah bahan kimia otak yang terjadi secara alami yang kemungkinan berperan dalam depresi. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa perubahan dalam fungsi dan efek neurotransmitter ini dan bagaimana mereka berinteraksi dengan sirkuit saraf yang terlibat dalam menjaga stabilitas suasana hati dapat memainkan peran penting dalam depresi dan pengobatannya.
  • Sifat yang Diwariskan. Gangguan depresi persisten tampaknya lebih sering terjadi pada orang yang saudara sedarahnya juga memiliki kondisi tersebut. Hingga kini para peneliti mencoba menemukan gen yang mungkin terlibat dalam menyebabkan depresi.
  • Peristiwa Traumatis. Seperti halnya depresi berat, peristiwa traumatis seperti kehilangan orang yang dicintai, masalah keuangan atau tingkat stres yang tinggi dapat memicu gangguan depresi yang terus-menerus pada beberapa orang.

Ada juga beberapa faktor yang meningkatkan resiko seseorang alami distimia, antara lain: 

  • Memiliki kerabat dengan gangguan depresi mayor atau gangguan depresi lainnya.
  • Memiliki ciri-ciri kepribadian yang mencakup hal-hal negatif, seperti harga diri rendah dan terlalu bergantung, sering mengkritik diri sendiri atau pesimis.
  • Riwayat gangguan kesehatan mental lainnya, seperti gangguan kepribadian.

Baca juga: Memahami Lebih Jauh Trauma dan Depresi Berat Lewat Film 27 Steps of May

Apa Saja Gejala Saat Seseorang Alami Distimia?

Gejala gangguan depresi yang persisten biasanya datang dan pergi selama beberapa tahun, dan intensitasnya dapat berubah seiring waktu. Namun, umumnya gejala tidak hilang selama lebih dari dua bulan pada suatu waktu. Selain itu, episode depresi berat dapat terjadi sebelum atau selama gangguan depresi persisten, dan ini terkadang disebut depresi ganda.

Gejala distimia dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan dan mungkin termasuk:

  • Kehilangan minat dalam aktivitas sehari-hari.
  • Kesedihan, kehampaan atau perasaan sedih.
  • Keputusasaan.
  • Kelelahan dan kekurangan energi.
  • Harga diri rendah, kritik diri atau perasaan tidak mampu untuk melakukan sesuatu.
  • Kesulitan berkonsentrasi dan kesulitan membuat keputusan.
  • Lekas marah atau marah yang berlebihan.
  • Penurunan aktivitas, efektivitas, dan produktivitas.
  • Menghindari aktivitas sosial.
  • Perasaan bersalah dan kekhawatiran akan peristiwa di masa lalu.
  • Nafsu makan buruk atau makan berlebihan.
  • Gangguan tidur.

Pada anak-anak, gejala distimia mungkin termasuk suasana hati yang tertekan dan mudah tersinggung.

Baca juga: Kapan Seseorang Membutuhkan Psikoterapi?

Jika kamu atau orang terdekatmu menunjukkan gejala seperti di atas, sebaiknya diskusikan hal ini dengan psikolog di Halodoc. Psikolog akan membantu memberikan penanganan awal yang tepat supaya kondisi tak semakin memburuk. Kamu bisa gunakan aplikasi Halodoc untuk bicara dengan psikolog, kapan dan di mana saja.

Referensi:
Harvard Health Publishing. Diakses pada 2020. Dysthymia.
Healthline. Diakses pada 2020. Persistent Depressive Disorder (Dysthymia).
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Persistent Depressive Disorder (Dysthymia).

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan