Mitos atau Fakta, Bayi Laki-Laki Berisiko Terkena Atresia Ani

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   29 September 2020
Mitos atau Fakta, Bayi Laki-Laki Berisiko Terkena Atresia AniMitos atau Fakta, Bayi Laki-Laki Berisiko Terkena Atresia Ani

Halodoc, Jakarta - Tidak hanya orang dewasa, kelainan medis yang langka juga bisa terjadi sejak bayi atau lebih dikenal dengan cacat lahir bawaan. Salah satunya adalah atresia ani atau anus imperforata, yaitu kondisi ketika anus tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya, bayi tidak akan mampu mengeluarkan feses dengan normal. 

Umumnya, atresia ani terjadi karena masalah yang muncul pada perkembangan saluran pencernaan janin ketika kehamilan memasuki usia antara 5 hingga 7 minggu. Kondisi ini perlu mendapatkan penanganan medis segera agar tidak menimbulkan komplikasi yang lebih serius. Lalu, benarkah atresia ani lebih berisiko terjadi pada bayi laki-laki?

Bayi Laki-Laki Lebih Berisiko Alami Atresia Ani

Sayangnya, belum diketahui dengan pasti apa yang menyebabkan bayi mengalami kondisi atresia ani. Hanya diyakini bahwa masalah ini terjadi karena cacat atau kelainan genetik. Ketika janin mengalami masalah ini, kehamilan pun turut mengalami gangguan, salah satunya adalah terjadinya polihidramnion. 

Baca juga: Setelah Operasi, Bayi Atresia Ani Bisakah Normal Kembali?

Polihidramnion sendiri adalah kondisi ketika kadar cairan ketuban berlebih. Namun, hal ini hanya bisa diketahui ketika ibu menjalani pemeriksaan kehamilan rutin melalui prosedur USG. Jadi, jangan sampai tidak melakukan pemeriksaan ya. Sekarang lebih mudah kok, ibu bisa buat janji di rumah sakit terdekat melalui aplikasi Halodoc, tidak perlu lagi mengantre. 

Lalu, benarkah atresia ani lebih berisiko terjadi pada bayi laki-laki dibandingkan dengan bayi perempuan? Sebenarnya, atresia ani bisa terjadi pada siapa saja. Akan tetapi, memang benar jika bayi laki-laki lebih berisiko mengalami kondisi ini daripada bayi perempuan, meski apa yang menyebabkan kondisi ini terjadi lebih sering pada bayi laki-laki pun belum jelas.

Sementara itu, ibu juga perlu tahu bahwa bayi yang mengidap atresia ani juga memiliki risiko tinggi untuk mengalami cacat bawaan lainnya. Ini termasuk gangguan pada saluran kemih, saluran pencernaan, hingga kelainan VACTREL.

Baca juga: 3 Jenis Operasi untuk Atasi Kondisi Atresia Ani

Mengenali Gejala Atresia Ani pada Bayi

Tanda yang bisa dengan mudah dikenali pada kondisi atresia ani adalah bentuk rektum atau bagian akhir dari usus besar, hingga lubang anus bayi tidak terbentuk dengan sempurna. Pada dasarnya, ada 3 kondisi dari atresia ani, yaitu:

  • Lubang anus yang menyempit atau tertutup sepenuhnya;
  • Bagian rektum yang tidak terhubung dengan bagian usus besar;
  • Terbentuknya fistula, saluran yang menjadi penghubung rektum dan kandung kemih, uretra, dan pangkal penis atau vagina.

Nah, bayi yang mengalami kondisi atresia ani umumnya akan menunjukkan gejala sebagai berikut:

  • Lubang anus yang tidak berada pada tempat yang seharusnya atau bahkan lahir tanpa memiliki lubang anus.
  • Pada bayi perempuan, lubang anus berada sangat dekat dengan vagina.
  • Mekonium atau tinja pertama pada bayi tidak keluar dalam rentang waktu 24 hingga 48 jam setelah bayi dilahirkan.
  • Perut bayi terlihat membesar.
  • Feses yang keluar dari pangkal penis, vagina, uretra, atau skrotum.

Baca juga: Ketahui Prosedur Diagnosis Atresia Ani pada Bayi

Oleh karena merupakan cacat bawaan lahir, atresia ani sudah pasti menjadi kelainan yang sulit dicegah. Namun, deteksi dini bisa mengurangi dampak negatif komplikasi. Jadi, jangan pernah melewatkan pemeriksaan kehamilan secara rutin, ya. Jangan lupa juga untuk selalu menjaga kondisi kehamilan dengan menerapkan pola makan dan pola hidup sehat.

Referensi: 
Gangopadhyay, A. N., Pandey, V. 2015. Diakses pada 2020. Anorectal Malformations. Journal of Indian Association of Pediatric Surgeons. 20(1): 10-15.
Healthline. Diakses pada 2020. Imperforate Anus.
John Hopkins Medicine. Diakses pada 2020. Imperforate Anus.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan