Mitos atau Fakta, Sporotrichosis Bisa Sebabkan Kematian

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   12 Maret 2020
Mitos atau Fakta, Sporotrichosis Bisa Sebabkan KematianMitos atau Fakta, Sporotrichosis Bisa Sebabkan Kematian

Halodoc, Jakarta – Apakah kamu suka berkebun? Hati-hati, kamu berisiko terkena infeksi jamur bernama Sporotrichosis. Meskipun infeksi ini terbilang langka, tetapi katanya sporotrichosis bisa menyebabkan kematian. Benarkah? Cari tahu faktanya di bawah ini. 

Apa Itu Sporotrichosis?

Sporotrichosis atau yang sering dijuluki juga “penyakit tukang kebun” adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur yang bernama Sporothrix. Jamur ini ada di seluruh dunia dan sering ditemukan pada tanaman, seperti semak mawar, sphagnum moss, dan jerami. Infeksi ini lebih umum di kalangan tukang kebun, pekerja pembibitan, dan petani yang bekerja dekat dengan mawar, lumut, jerami dan tanah.

Seseorang bisa terkena sporotrichosis bila tidak sengaja menyentuh spora jamur tersebut di tanah. Jamur juga bisa memasuki kulit melalui sayatan kecil atau goresan setelah seseorang menyentuh tanaman yang terkontaminasi. Setelah spora jamur berpindah ke kulit, penyakit ini membutuhkan waktu berhari-hari atau bahkan berbulan-bulan untuk berkembang.

Baca juga: Begini Penyebab Utama Sporotrichosis yang Perlu Diketahui

Dapatkah Sporotrichosis Menyebabkan Kematian?

Kabar baiknya, sebagian besar kasus sporotrichosis tidak mematikan. Hanya saja, bila kamu tidak segera mengobati infeksi, kamu bisa mengalami benjolan dan luka selama bertahun-tahun, bahkan dalam beberapa kasus, luka tersebut bisa menjadi permanen.

Selain itu, bila tidak diobati, sporotrichosis juga bisa menyebar ke bagian tubuh lain, termasuk tulang atau sistem saraf pusat kamu. Bila menyebar ke daerah tersebut, kamu mungkin mengalami gejala-gejala berikut:

  • Nyeri sendi.

  • Sakit kepala hebat.

  • Kebingungan.

  • Kejang.

  • Sistem kekebalan yang melemah.

Bagi wanita hamil, sebaiknya bicarakan dulu dengan dokter sebelum menggunakan obat antijamur untuk mengatasi sporotrichosis. Pasalnya, obat antijamur mungkin berbahaya bagi janin.

Waspadai Gejalanya

Agar tidak sampai terlambat mengobatinya, kamu perlu waspada dengan gejala-gejala sporotrichosis. Gejala infeksi tersebut bisa bervariasi yang tergantung di mana jamur tumbuh dalam tubuh.

Sporotrichosis biasanya menyerang kulit atau jaringan di bawah kulit. Gejala sporotrichosis pada kulit biasanya berupa benjolan kecil yang tidak menimbulkan rasa sakit yang dapat muncul kapan saja dari hari pertama sampai ke-12 setelah terpapar jamur. Benjolan tersebut bisa berwarna merah, merah muda, atau ungu, dan biasanya muncul di jari, tangan, atau lengan di mana jamur masuk melalui di celah di kulit. 

Benjolan itu akan bertumbuh lebih besar dan mungkin terlihat seperti luka terbuka atau ulcer yang sangat lambat untuk disembuhkan. Benjolan atau luka tambahan lain mungkin juga bisa muncul di kemudian hari di dekat yang asli.

Pada kasus yang jarang, sporotrichosis juga bisa terjadi di paru-paru. Gejalanya meliputi batuk, sesak napas, nyeri dada, dan demam.

Sementara gejala sporotichosis diseminata (menyebar) tergantung pada bagian tubuh yang terkena. Misalnya, infeksi jamur pada sendi dapat menyebabkan nyeri sendi yang seringkali disalahpahami sebagai rheumatoid arthritis. Infeksi pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan kesulitan berpikir, sakit kepala, dan kejang.

Baca juga: Ketahui Diagnosis Sporotrichosis dengan Tepat

Pengobatan Sporotrichosis

Hampir kebanyakan sporotrichosis terjadi pada kulit atau jaringan di bawah kulit. Hal ini tidak berbahaya, tetapi harus diobati dengan obat antijamur selama beberapa bulan. Obat yang paling umum untuk jenis sporotrichosis ini adalah itrakonazol yang diminum selama 3–6 bulan. Supersaturated potassium iodide (SSKI) adalah pilihan pengobatan lain untuk sporotrichosis kulit. Namun, kedua jenis obat tersebut tidak boleh digunakan selama kehamilan.

Bila kamu mengalami sporotrichosis parah yang memengaruhi paru-paru, tulang, sendi, atau sistem saraf pusat, kamu mungkin akan menerima obat amfoterisin B intravena yang diberikan melalui vena. Setelah perawatan dengan amfoterisin B, kamu bisa mengonsumsi itrakonazol melalui mulut selama setidaknya 1 tahun. Pengidap sporotrichosis paru-paru mungkin juga perlu dioperasi untuk memotong jaringan yang terinfeksi.

Baca juga: Ketahui Pola Hidup untuk Pengidap Sporotrichosis

Itulah penjelasan mengenai penyakit sporotrichosis. Bila kamu masih ingin bertanya-tanya lebih lanjut tentang penyakit ini, gunakan saja aplikasi Halodoc. Melalui Video/Voice Call dan Chat, kamu bisa menghubungi dokter untuk bertanya-tanya seputar kesehatan kapan dan di mana tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.

Referensi:
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada 2020. Sporotrichosis.
Healthline. Diakses pada 2020. Sporotrichosis.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan