Muncul di Usia 6 Bulan, Ini Gejala Stenosis Pilorus pada Bayi

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   24 Oktober 2018
Muncul di Usia 6 Bulan, Ini Gejala Stenosis Pilorus pada BayiMuncul di Usia 6 Bulan, Ini Gejala Stenosis Pilorus pada Bayi

Halodoc, Jakarta - Setiap bayi yang baru lahir pasti pernah mengalami muntah atau sendawa hingga mengeluarkan cairan. Namun perlu ibu ketahui, jika muntah yang keluar karena paksaan, ini merupakan gejala dari Stenosis Pilorus.

Stenosis pilorus merupakan kondisi penyempitan pilorus yang terjadi pada bayi. Pilorus adalah saluran yang membawa makanan dan minuman dari lambung ke duodenum (usus 12 jari). Penyempitan yang terjadi dapat terus memburuk, sehingga membuat makanan dan minuman dari lambung tidak dapat memasuki usus 12 jari. Keadaan ini menyebabkan bayi mengalami muntah dan menyembur, dehidrasi, turun berat badan, dan merasa lapar setiap saat.

Kondisi stenosis pilorus hanya terjadi pada 2 hingga 3 bayi dari 1000 kelahiran. Keluhan biasanya muncul saat bayi berusia 2 hingga 8 minggu, tetapi bisa juga baru menimbulkan keluhan setelah bayi berusia 6 bulan.

Tanda dan Gejala Stenosis Pilorus

Stenosis pilorus membuat bayi muntah setelah disusui, karena susu tidak dapat mengalir dari perut ke dalam usus kecil. Namun, muntah ini lebih parah dibanding gumoh biasa dan semakin lama bisa semakin parah. Dalam kondisi ini, bayi rentan mengalami dehidrasi karena muntah yang mengakibatkan kekurangan cairan tubuh.

Selain itu, benjolan juga akan muncul pada perut bayi. Benjolan ini merupakan otot yang membesar. Berikut ini adalah gejala yang muncul saat bayi mengalami stenosis pilorus:

1. Muntah Setiap Selesai Makan

Pada awalnya, bayi terlihat muntah biasa. Namun, dengan semakin menyempitnya pilorus, muntah akan menyembur dengan kuat. Terkadang muntah tersebut bercampur dengan darah.

2. Selalu Merasa Lapar

Setelah muntah, bayi akan merasa lapar kembali, dan memperlihatkan tanda-tanda ingin disusui.

3. Dehidrasi

Beberapa tanda dehidrasi yang terjadi pada bayi adalah menangis tanpa mengeluarkan air mata. Selain itu, frekuensi buang air kecil juga mungkin berkurang, terlihat dari jarangnya ibu mengganti popok.

4. Masalah Berat Badan

Stenosis pilorus menyebabkan berat badan bayi sulit bertambah, bahkan kadang menyebabkan penurunan berat badan.

5. Perubahan Pola Buang Air Besar

Terhalangnya makanan ke usus dapat menyebabkan penurunan frekuensi buang air besar, perubahan bentuk feses, atau bahkan konstipasi.

6. Kontraksi Lambung

Terlihat sebagai gerakan bergelombang (gerakan peristaltik) pada perut atas setelah bayi minum susu, namun sebelum bayi muntah. Gerakan ini muncul karena otot lambung mencoba mendorong makanan melalui pilorus yang menyempit.

Penyebab Terjadinya Stenosis Pilorus

Penyakit ini dapat terjadi karena penyempitan pilorus yang membuat lambung tidak dapat mengirim makanan ke usus. Namun, belum diketahui apa yang menyebabkan penyempitan tersebut. Parah ahli menduga, kondisi ini dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Beberapa faktor penyebab yang bisa meningkatkan risiko bayi mengalami stenosi pilorus, di antaranya adalah:

  1. Jenis kelamin. Bayi laki-laki, terutama pada kelahiran pertama, lebih berisiko mengalami stenosis pilorus dibanding bayi perempuan.

  2. Kelahiran prematur. Stenosi pilorus lebih sering terjadi pada bayi yang terlahir prematur.

  3. Riwayat kesehatan keluarga. Orangtua yang saat masa kecilnya mengalami stenosi pilorus bisa menurunkan kondisi yang sama pada bayinya.

  4. Penggunaan antibiotik. Pemberian antibiotik pada bayi di usia awal kelahiran, misalnya untuk mengobati penyakit batuk rejan atau ibu yang mengonsumsi antibiotik pada akhir kehamilannya, dapat membuat bayi berisiko untuk mengalami stenosis pilorus.

  5. Kebiasaan merokok selama masa kehamilan. Ibu yang merokok selama kehamilan juga dapat meningkatkan risiko stenosi pilorus pada bayi yang dilahirkan.

Stenosi pilorus tidak dapat dicegah. Namun faktor risiko lingkungan, seperti merokok saat hamil, bisa dihindari. Begitu juga dengan faktor risiko yang terkait penggunaan antibiotik saat hamil tua dan awal kelahiran bayi, tentunya dapat dihindari.

Jika Si Kecil mengalami stenosis pilorus, sebaiknya segera diskusikan dengan dokter di Halodoc. Diskusi dengan dokter melalui aplikasi Halodoc dapat dilakukan via Chat atau Voice/Video Call kapan dan di mana pun. Saran dokter dapat kamu terima dengan praktis dengan download aplikasi Halodoc di Google Play atau App Store sekarang juga.

Baca juga:



Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan