Obesitas pada Remaja Bisa Sebabkan Masalah Mental

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   22 Januari 2019
Obesitas pada Remaja Bisa Sebabkan Masalah MentalObesitas pada Remaja Bisa Sebabkan Masalah Mental

Halodoc, Jakarta – Obesitas identik dengan kelebihan berat badan. Definisi ini kurang tepat karena sebenarnya, obesitas adalah kondisi yang menunjukkan penumpukan lemak berlebih dalam tubuh dengan indeks massa tubuh lebih dari 30. Sedangkan, kelebihan berat badan lebih tepat jika diartikan sebagai kondisi kegemukan (overweight) dengan indeks massa tubuh berkisar 25 - 30.

Pengidap Obesitas di Dunia Terus Bertambah

Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan jumlah pengidap obesitas di dunia mencapai 650 juta, sementara anak dan remaja berusia 5 – 19 tahun yang mengalami kegemukan sebanyak 340 juta. Data Riset Kesehatan Nasional tahun 2016 juga menunjukkan bahwa sebanyak 20,7 persen penduduk dewasa Indonesia mengalami kegemukan. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2013 yang hanya berjumlah 15,4 persen. Kondisi ini menempatkan Indonesia ke dalam 10 besar negara dengan jumlah pengidap obesitas terbanyak di dunia, seperti yang disebutkan dalam jurnal Lancet tahun 2014.

Bertambahnya pengidap obesitas disebabkan oleh banyak faktor. Antara lain kebiasaan konsumsi makanan dan minuman tinggi kalori, rendahnya aktivitas fisik, faktor keturunan, efek samping obat - obatan, kehamilan, kurang tidur, pertambahan usia, dan masalah kesehatan tertentu (seperti sindrom Cushing dan hipertiroidisme).

Remaja Obesitas Rentan Alami Masalah Mental

Obesitas berdampak negatif pada kesehatan tubuh secara menyeluruh. Ibu hamil yang mengidap obesitas berisiko mengidap kencing manis, hipertensi, preeklamsia, bayi lahir prematur, bayi berukuran besar, kelainan bawaan pada janin, hingga keguguran. Sedangkan pada anak - anak, obesitas meningkatkan risiko penyakit jantung, prediabetes, gangguan tulang, nyeri sendi dan tulang, dan menurunkan rasa percaya diri.

Orang bertubuh besar sering diperlakukan tidak baik, atau dikenal fenomena fatphobia, sizeism, atau diskriminasi terhadap ukuran. Hal ini tidak boleh dibiarkan karena termasuk body shaming dan berdampak negatif pada kualitas hidup seseorang, termasuk menurunkan rasa percaya diri dan menyebabkan masalah mental (seperti depresi, kecemasan, dan gangguan stres pascatrauma).

Pada beberapa kasus, pengidap obesitas rentan mengalami anoreksia dan bulimia, gangguan pola makan yang membuat pengidapnya kehilangan nafsu makan demi bertubuh kurus. Masalah mental yang dialami pengidap obesitas perlu mendapatkan penanganan psikolog atau psikiater.

Cara Mencegah Obesitas Remaja

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), obesitas remaja dapat dicegah dengan menerapkan pola makan sehat, modifikasi perilaku makan, melakukan aktivitas fisik, dan pantau pertumbuhannya. Berikut penjelasannya:

1. Menerapkan Pola Makan Sehat

Menu makan harian sebaiknya mengandung nutrisi lengkap, terdiri dari karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Sebagian besar piring makan diisi oleh sayuran, seperempat piring oleh nasi atau roti, seperempat piring oleh lauk - pauk, dan sisanya oleh buah. Jangan lupa untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh, baik dengan minum air putih, jus, atau konsumsi buah dan sayuran utuh.

2. Modifikasi Perilaku Makan

Misalnya, bantu anak menahan keinginan makan di luar jam makan utama, serta ajari anak mengontrol porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi. Pastikan anak konsumsi camilan yang sehat, seperti buah - buahan segar di sela - sela waktu makan utama.

3. Aktivitas Fisik

Ajak anak beraktivitas fisik atau berolahraga bersama agar semangat melakukannya. Lakukan olahraga yang disukai anak selama 20 - 30 menit per hari, misalnya jalan kaki, sepak bola, bersepeda, berenang, dan basket. Selain mencegah obesitas, aktivitas fisik berdampak positif pada tumbuh kembang anak.

4. Pantau Pertumbuhan Anak

Caranya dengan mengukur berat dan tinggi badan untuk menentukan indeks massa tubuhnya. Berat badan dikatakan ideal jika memiliki indeks massa tubuh sekitar 18,5 – 22,9. Sedangkan, indeks massa tubuh lebih dari 25 perlu dicurigai mengidap obesitas.

Baca Juga: Mitos atau Fakta, Obesitas pada Anak Bisa Picu Perlemakan Hati

Hal yang perlu diketahui adalah, daripada sibuk mengomentari bentuk dan ukuran tubuh seseorang, lebih baik ajak teman atau kerabat kamu berolahraga bersama dan dukung usahanya untuk menjadi lebih sehat. Kalau kamu punya pertanyaan lain seputar obesitas, jangan ragu bertanya pada dokter Halodoc. Kamu dapat menggunakan aplikasi Halodoc untuk berbicara pada dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play sekarang juga!

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan