Orang dengan Faktor Risiko Ini Bisa Kena Sindrom Cushing

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   16 Februari 2019
Orang dengan Faktor Risiko Ini Bisa Kena Sindrom CushingOrang dengan Faktor Risiko Ini Bisa Kena Sindrom Cushing

Halodoc, Jakarta – Kortisol banyak dikenal sebagai hormon stres. Selain itu, hormon kortisol berfungsi mengendalikan suasana hati dan rasa takut, mengatur tekanan darah, meningkatkan kadar gula darah, dan mengurangi peradangan. Pada kadar yang pas hormon kortisol bisa menjalani fungsinya secara optimal. Saat kadarnya berlebihan, keberadaan hormon ini menimbulkan gejala fisik yang dikenal sebagai sindrom Cushing.

Baca Juga: Ini Akibatnya Jika Hormon Kortisol Terlalu Tinggi

Apa Tanda dan Gejala Sindrom Cushing?

Gejala sindrom Cushing bervariasi, tergantung pada tingginya kadar hormon kortisol dalam tubuh. Namun umumnya, sindrom Cushing ditandai dengan peningkatan berat badan, penumpukan jaringan lemak, mudah memar, luka sulit sembuh, otot melemah, tubuh lemas, gangguan kognitif, pengeroposan tulang, sakit kepala, gangguan tumbuh kembang, gangguan emosional (seperti kecemasan, depresi, dan mudah marah), serta munculnya guratan berwarna ungu kemerahan di kulit perut, paha, payudara, dan lengan.

Gejala khusus sindrom Cushing pada wanita adalah tumbuhnya rambut lebat pada wajah atau bagian lain dan gangguan siklus menstruasi. Sedangkan pada pria, gejala sindrom Cushing berupa penurunan gairah seksual, gangguan kesuburan, dan impotensi.

Apa Saja Faktor Risiko Sindrom Cushing?

Tingginya kadar hormon kortisol dalam tubuh disebabkan oleh faktor internal (sindrom Cushing endogen) dan faktor eksternal (sindrom Cushing eksogen). Berikut penjelasannya:

  • Sindrom Cushing endogen. Disebabkan oleh tingginya hormon adrenokortikotropik (ACTH) atau gangguan kelenjar adrenal. ACTH adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis dan berfungsi mengatur pembentukan hormon kortisol. Semakin tinggi ACTH, semakin banyak hormon kortisol yang diproduksi.

  • Sindrom Cushing eksogen. Disebabkan oleh konsumsi obat golongan kortikosteroid dalam dosis tinggi dan jangka panjang. Obat jenis ini banyak dikonsumsi untuk mengobati artritis, asma, dan lupus.

Ada juga faktor yang meningkatkan risiko sindrom Cushing. Antara lain mengidap obesitas, diabetes tipe-2, kurangnya kontrol kadar gula darah, dan tekanan darah tinggi (hipertensi).

Bagaimana Sindrom Cushing Diobati?

Pengobatan sindrom Cushing disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya. Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi kadar hormon kortisol dalam tubuh.

  • Mengurangi konsumsi obat kortikosteroid dalam jangka panjang. Tindakan ini perlu dilakukan sesuai petunjuk dokter. Biasanya dokter mengurangi dosis kortikosteroid secara bertahap dengan menggantinya pakai obat jenis lain.

  • Pembedahan. Dilakukan pada pengidap sindrom Cushing akibat tumor.

  • Radioterapi. Dilakukan jika tumor pada kelenjar hipofisis tidak bisa diangkat sepenuhnya.

  • Obat-obatan. Jika bedah dan radioterapi tidak bisa mengatasi sindrom Cushing, dokter menggunakan obat pengontrol kadar kortisol pada kelenjar adrenal, di antaranya obat ketoconazole, mitotane, dan metyrapone. Pada pengidap sindrom Cushing yang memiliki diabetes, dokter memberikan obat mifepristone. Perlu diketahui konsumsi obat bisa menimbulkan efek samping, seperti mual, muntah, sakit kepala, nyeri otot, dan hipertensi.

Baca Juga: Pengidap Lupus Lebih Mudah Terkena Sindrom Cushing?

Itulah faktor risiko sindrom Cushing yang perlu diketahui. Kalau kamu punya pertanyaan lain seputar sindrom Cushing, jangan ragu bertanya pada dokter Halodoc. Kamu bisa menggunakan aplikasi Halodoc untuk bertanya pada dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan