Pasien yang Jalani Kemoterapi Dapat Terkena Kudis, Ini Alasannya

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   21 Maret 2019
Pasien yang Jalani Kemoterapi Dapat Terkena Kudis, Ini AlasannyaPasien yang Jalani Kemoterapi Dapat Terkena Kudis, Ini Alasannya

Halodoc, Jakarta - Ketika seseorang mengidap penyakit kanker, salah satu pengobatan yang dapat dilakukan adalah kemoterapi. Kemoterapi adalah pengobatan yang menggunakan zat kimia dan berfungsi untuk menghancurkan sel kanker yang menyebar di tubuh seseorang. Kanker yang terjadi pada seseorang dapat dengan cepat menyebar ke bagian tubuh lainnya yang sehat.

Sedangkan kudis sendiri berarti kutu kulit yang disebabkan oleh tungau yang dikenal sebagai Sarcoptes scabiei. Apabila kudis yang terjadi tidak diobati, kutu tersebut dapat hidup di kulit kamu selama berbulan-bulan lamanya. Kutu tersebut akan bereproduksi di permukaan kulit, kemudian masuk ke dalam kulit untuk bertelur. Hal ini akan menyebabkan ruam merah yang terasa gatal pada kulit.

Baca Juga: Waspada Tungau yang Sebabkan Kudis dan Gatal Kulit

Seseorang yang Jalani Kemoterapi Dapat Terserang Kudis

Diketahui bahwa seseorang yang sedang dalam perawatan kemoterapi dapat terserang kudis. Selain itu, kudis ini bukanlah kudis biasa, melainkan kudis norwegia. Kudis ini adalah jenis kutu yang lebih parah dan sangat menular. Seseorang yang terserang oleh penyakit ini dapat mengalami penebalan kulit yang mengandung ribuan tungau dan telur.

Kudis ini umumnya terjadi pada seseorang yang sistem kekebalannya sedang melemah. Maka dari itu, penyakit tersebut dapat dengan mudah masuk ke tubuh seseorang yang sedang dalam pengobatan kemoterapi, karena kekebalan tubuhnya sedang dalam tahap pemulihan pasca pengobatan atau dalam kata lain sedang melemah.

Hal ini juga dapat terjadi pada seseorang yang mengidap HIV/AIDS, menggunakan steroid atau obat-obatan tertentu. Kudis norwegia ini dapat mengalahkan sistem kekebalan dengan lebih mudah dan berkembang biak lebih cepat dibanding kutu normal. Walau begitu, penyebaran dari kudis ini sama seperti kutu secara normalnya.

Penularan kudis tersebut dapat disebabkan oleh berbagi kasur yang sama dengan seseorang yang telah terserang penyakit tersebut sebelumnya. Seperti yang diketahui, untuk pengobatan kemoterapi, tempat tidur yang dipakai hanya satu dan hal tersebut digunakan secara bergantian pada tiap orang yang sakit kanker.

Baca Juga: Ketahui Penyebab Terjadinya Penyakit Kudis

Diagnosis Kudis

Dokter mungkin akan dapat mendiagnosis kudis hanya dengan melakukan pemeriksaan fisik dan memeriksa area kulit yang terkena. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin akan mengkonfirmasi diagnosis dengan mengeluarkan tungau dari kulit dengan jarum.

Jika tungau tidak mudah ditemukan, dokter akan mengikis bagian kecil dari kulit untuk mendapatkan sampel jaringan. Sampel ini kemudian akan diperiksa di bawah mikroskop untuk mengkonfirmasi keberadaan tungau kudis atau telurnya.

Pengobatan Kudis

Kudis yang terjadi pada seseorang bisa disembuhkan. Perawatan kudis yang umum dilakukan adalah dengan mengoleskan krim permethrin. Permethrin adalah insektisida yang dapat membunuh tungau. Cara ini dikenal sebagai perawatan yang paling berhasil. Jika permethrin tidak dapat digunakan karena alergi, alternatif lainnya adalah menggunakan losion yang disebut cairan malathion.

Kamu dapat membeli kedua produk ini dari apotek. Selain itu, kamu juga bisa mendapatkannya dengan resep dokter. Pengobatan tersebut mudah untuk diterapkan dan biasanya berfungsi dengan baik jika digunakan dengan benar. Terapkan kembali pengobatan yang sama tujuh hari setelah dilakukan pertama kali. Hal ini membantu untuk memastikan bahwa semua tungau terbunuh.

Baca Juga: 4 Pencegahan yang Bisa Dilakukan agar Terhindar dari Kudis

Itulah bagaimana seseorang yang sedang dalam pengobatan kemoterapi terserang oleh kudis. Jika kamu mempunyai pertanyaan perihal penyakit ini, dokter dari Halodoc siap membantu. Caranya yaitu dengan download aplikasi Halodoc di smartphone kamu!

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan