Pectus Excavatum Dipengaruhi Genetik, Benarkah?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   26 Juli 2019
Pectus Excavatum Dipengaruhi Genetik, Benarkah?Pectus Excavatum Dipengaruhi Genetik, Benarkah?

Halodoc, Jakarta – Pectus excavatum adalah kelainan di mana tulang dada ringsek atau masuk ke dalam tubuh. Pada kasus yang parah, bagian tengah dada bisa sampai terlihat sangat cekung. Itulah mengapa kondisi ini dijuluki juga dengan sebutan dada cekung. Penyebab pastinya memang belum diketahui, tetapi katanya pectus excavatum dipengaruhi oleh faktor genetik. Benarkah demikian? Yuk, simak penjelasannya di sini.

Pectus excavatum adalah kelainan yang bisa dideteksi sejak lahir. Seiring pertambahan usia, tulang dada orang yang mengalami kelainan ini bisa semakin mengarah masuk ke dalam. Bila sudah parah, tulang dada bisa menekan jantung dan paru-paru. Akibatnya, kedua organ tersebut tidak bisa berfungsi dengan baik.

Pectus excavatum sebenarnya adalah kelainan yang jarang terjadi. Namun bila terjadi, kondisi ini biasanya lebih sering dialami oleh anak laki-laki daripada perempuan. Satu-satunya cara untuk memperbaiki kondisi ini adalah dengan melakukan operasi.

Ketahui Penyebab Pectus Excavatum

Penyebab pectus excavatum yang pasti masih belum diketahui hingga saat ini. Namun, benar bahwa faktor genetik diduga dapat berpengaruh terhadap terjadinya kondisi ini. Sebab, hampir sebagian pengidap pectus excavatum diketahui memiliki keluarga yang mengidap kondisi yang sama. 

Selain itu, jenis kelamin juga menjadi salah satu faktor yang meningkatkan risiko kelainan ini. Anak laki-laki diketahui memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami pectus excavatum dibandingkan anak perempuan.

Pectus excavatum juga lebih sering terjadi pada orang-orang yang mengidap sindrom Marfan, sindrom Turner, sindrom Noonan, sindrom Ehlers-Danlos, dan penyakit tulang akibat kelainan genetik, seperti osteogenesis imperfecta.

Baca juga: Mengapa Pengidap Sindrom Marfan Rentan Terkena Pectus Excavatum?

Waspadai Gejalanya

Pectus excavatum seringkali tidak menimbulkan gejala yang signifikan, karena dada hanya sedikit cekung. Bentuk dada yang tidak terlalu cekung ini tidak akan menimbulkan keluhan yang berarti. Namun, bila dada semakin cekung seiring pertambahan usia, barulah sejumlah gejala akan muncul. Berikut adalah gejala pectus excavatum yang akan dialami pengidap bila tulang dada sudah menekan paru-paru dan jantung:

  • Nyeri dada;

  • Jantung berdebar;

  • Infeksi saluran pernapasan lebih sering kambuh;

  • Sesak napas; dan

  • Lebih cepat lelah.

Segeralah kunjungi dokter bila kamu mengalami gejala-gejala di atas untuk mendapatkan penanganan.

Baca juga: Begini Cara Diagnosis Pectus Excavatum yang Tepat

Prosedur Medis untuk Menangani Pectus Excavatum

Bila tidak menimbulkan keluhan, pectus excavatum tidak perlu penanganan khusus. Pengidap hanya dianjurkan untuk menjalani fisioterapi yang bisa membantu memperbaiki postur dan memperlebar bagian dada pengidap.

Namun, bila pectus excavatum sudah sampai menyebabkan gangguan organ jantung dan paru-paru, maka penanganannya sudah tidak bisa lagi dengan terapi, melainkan harus melakukan operasi. Berikut ini jenis operasi untuk menangani pectus excavatum:

  • Operasi Nuss

Prosedur ini dilakukan dengan cara membuat sayatan di kedua sisi dada pengidap. Melalui lubang sayatan, logam yang melengkung akan dimasukkan untuk mengangkat tulang dada ke posisi normal. Logam tersebut akan dipasang selama dua atau tiga tahun.

  • Operasi Ravitch

Pada prosedur ini, dokter akan membuat sayatan dari atas ke bawah di tengah dada, untuk melihat secara langsung tulang dada pengidap. Kemudian, dokter akan mengangkat beberapa tulang rawan di sekitar tulang dada, lalu menyangganya dengan logam untuk memperbaiki posisi tulang yang cekung ke dalam. Logam tadi akan dipasang selama 6–12 bulan.

Baca juga: Adakah Cara untuk Mencegah Kondisi Pectus Excavatum?

Itulah penjelasan mengenai pectus excavatum yang bisa dipengaruhi oleh faktor genetik. Bila kamu masih punya pertanyaan seputar pectus excavatum, tanyakan saja kepada dokter dengan menggunakan aplikasi Halodoc. Hubungi dokter melalui melalui fitur Talk to A Doctor untuk bertanya-tanya seputar kesehatan melalui Video/Voice Call dan Chat kapan saja dan di mana saja. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan