Pelari Borobudur Marathon Meninggal Saat Lomba, Mungkinkah Ini Penyebabnya?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   22 November 2018
Pelari Borobudur Marathon Meninggal Saat Lomba, Mungkinkah Ini Penyebabnya? Pelari Borobudur Marathon Meninggal Saat Lomba, Mungkinkah Ini Penyebabnya?

Halodoc, Jakarta - Memang bukan rahasia lagi kalau olahraga merupakan cara terjitu untuk menjaga kebugaran tubuh. Namun, ada kalanya aktivitas menyehatkan ini justru berbanding terbalik dengan yang diharapkan. Baru-baru ini, seorang pelari di Borobudur Marathon 2018, meninggal setelah mendapat perawatan usai melakukan lari marathon tersebut.

Kasus seperti ini tidak sekali-dua kali terjadi, sebab sebulan sebelumnya ada pula kasus serupa di ajang Jakarta Marathon 2018. Ketika itu seorang pelari meninggal dunia, dirinya diduga mengalami gagal jantung mendadak.

Peristiwa tewasnya pelari di lintasan enggak cuma dialami oleh pelari-pelari pemula saja. Lihat saja contohnya pada 2007 di ajang United States Olympic Trials Marathon. Melansir NY Times, kala itu pelari marathon veteran berusia 28 tahun tiba-tiba pingsan dan dinyatakan meninggal setelah mendapatkan perawatan di Lenox Hill Hospital, Amerika Serikat.

Pendek kata, baik pelari marathon profesional atau pemula tak lepas dari risiko cedera, bahkan masalah kesehatan yang amat fatal. Tentunya, hal ini disebabkan oleh beragam faktor. Mulai dari kurangnya persiapan, terlalu memaksakan diri, hingga riwayat kesehatannya.

Lalu, apa sih penyebab meninggalnya pelari di Jogja Marathon 2018 atau kemungkinan penyebab meninggalnya seseorang saat lari marathon?

Serangan Jantung - Cairan Tubuh

Menurut ahli, ada tiga penyebab utama kematian pada lari marathon. Mulai dari sudden cardiac death (serangan jantung), ketidakseimbangan cairan/elektrolit tubuh, dan heat stroke. Serangan jantung mungkin sudah banyak yang tahu. Heat stroke sendiri terjadi pada saat tubuh tak mampu untuk mendinginkan diri, akibat berada di dalam paparan suhu yang panas dalam jangka waktu lama. Heat stroke ini amat berbahaya bila suhu tubuh mencapai lebih dari 40 derajat Celcius.

Sementara ketidakseimbangan elektrolit lain lagi ceritanya. Pelari marathon cenderung lupa minum air dalam jumlah banyak, sehingga membahayakan keselamatannya. Saat lari marathon belum dimulai, kadar elektrolit cenderung normal. Namun ketika lari dan keringat mulai bercucuran, kondisi air tubuh terkuras, tapi jumlah elektrolit masih sama. Di sini akan terjadi kepekatan elektrolit relatif.

Gangguan elektrolit sendiri merupakan kondisi saat kadar elektrolit di dalam tubuh jadi tak seimbang, bisa terlalu tinggi atau rendah. Nah, ketidakseimbangan elektrolit ini bisa menimbulkan gangguan pada fungsi organ dalam tubuh. Dalam kasus yang berat, bisa menyebabkan kejang, koma, dan gagal jantung.

Hipoksia dan Kerja Jantung Berlebih

Selain ketiga penyebab hal di atas, ada pula dua kondisi medis lainnya yang bisa meningkatkan risiko kematian saat lari marathon. Menurut ahli, hipoksia dan kerja jantung berlebih kemungkinan juga bisa terjadi pada seseorang yang meninggal saat mengikuti perlombaan lari jarak jauh.

Hipoksia sendiri merupakan kondisi ketika kurangnya pasokan oksigen di sel dan jaringan tubuh untuk menjalankan fungsinya. Jangan main-main dengan kondisi ini, sebab kekurangan oksigen bisa berakibat fatal. Tanpa oksigen, organ seperti otak, hati, maupun organ lainnya bisa rusak dan tak berfungsi dalam hitungan menit.

Sementara itu, kerja jantung yang berlebih juga mesti diwaspadai. Menurut penjelasan ahli, jantung akan bekerja lebih berat ketika seorang pelari membutuhkan lari yang lebih jauh atau cepat. Nah, bila kondisi tubuh pelari tersebut tidak kuat, tapi tetap dipaksakan, maka hal inilah yang akan berakibat fatal.

Menurut dokter spesialis kedokteran olahraga, seseorang yang kolaps kemudian meninggal saat perlombaan, mungkin saja terlalu memaksakan tubuhnya. Selain itu, ada kemungkinan yang bersangkutan juga memiliki kelainan atau penyakit jantung yang diidapnya.

Nah, sudah tahu kan hal yang bisa menyebabkan masalah kesehatan serius saat lari marathon? Oleh sebab itu, pastikanlah persiapan dan kondisi tubuhmu prima ketika hendak melakukan olahraga tersebut.

Kamu bisa lho bertanya langsung kepada dokter mengenai hal di atas melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!

Baca juga:

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan