Penjelasan tentang Delirium yang Muncul Akibat Infeksi COVID-19

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   22 Januari 2021
Penjelasan tentang Delirium yang Muncul Akibat Infeksi COVID-19Penjelasan tentang Delirium yang Muncul Akibat Infeksi COVID-19

Halodoc, Jakarta - Delirium dikait-kaitkan dengan gejala baru pada pengidap virus corona di usia lanjut. Delirium sendiri merupakan gangguan pada sistem saraf pusat, yang ditandai dengan penurunan kognitif otak dan berkurangnya kesadaran terhadap lingkungan sekitar. Delirium pada pengidap virus corona terjadi akibat disfungsi otak.

Jika dialami, ada beberapa gejala delirium yang dapat dikenali. Beberapa di antaranya adalah kebingungan, disorientasi, bicara melantur, sulit berkonsentrasi, gelisah, serta berhalusinasi. Sejumlah gejala tersebut berkembang dengan sangat cepat hanya dalam beberapa jam atau hari saja. Penjelasan selengkapnya mengenai delirium pada pengidap virus corona bisa dibaca di bawah ini!.

Baca juga: Konsumsi Obat Tertentu Dapat Sebabkan Delirium, Benarkah?

Delirium pada Pengidap Virus Corona, Apa Penyebabnya?

Delirium pada pengidap virus corona bisa terjadi karena kurangnya oksigen dalam tubuh pengidap. Kondisi ini dikenal dengan istilah hipoksia. Bukan itu saja, berikut ini beberapa penyebab delirium pada pengidap virus corona:

  • Penyakit sistemik, yaitu gejala penyakit yang berhubungan dengan kelainan kondisi sistem metabolisme tubuh manusia.
  • Inflamasi sistemik, yaitu respon dari dalam tubuh yang muncul saat terjadi peradangan.
  • Gangguan sistem pembekuan darah, yaitu penyakit yang melibatkan pembekuan darah secara berlebihan. Hal tersebut bahkan bisa saja terjadi pada daerah yang seharusnya pembekuan tidak boleh terjadi, seperti pada pembuluh darah.
  • Infeksi virus corona langsung ke saraf.
  • Autoimun pasca infeksi.

Delirium pada pengidap virus corona dialami pada 31,8 persen pasien. Ini persentase manifestasi gangguan neurologis lainnya:

  • Pengidap virus corona yang mengalami nyeri otot sebanyak 44,8 persen
  • Pengidap virus corona yang mengalami nyeri kepala sebanyak 37,7 persen.
  • Pengidap virus corona yang mengalami pusing sebanyak 29,7 persen.

Delirium lebih rentan dialami oleh lansia dengan kekebalan tubuh yang rendah. Meskipun umum dialami oleh lansia, tetapi tidak menutup kemungkinan jika delirium dialami oleh anak muda. Delirium pada anak muda biasanya menjadi pertanda adanya ensefalopati akibat gangguan pernafasan yang berat. Bukan itu saja, pasien yang mengonsumsi obat-obatan psikotropika karena kondisi penyakit tertentu sangat rentan terkena delirium.

Baca juga: Pengidap Delirium Bisa Alami Gangguan Kemampuan Berpikir

Jika Dialami oleh Pengidap Virus Corona, Apa Dampak yang Terjadi?

Delirium pada pengidap virus corona berhubungan erat dengan kegagalan sistem organ dalam tubuh. Selain lansia, kondisi ini rentan dialami oleh pengidap virus corona dengan gejala berat. Jika terjadi, pengidap membutuhkan pemantauan jangka panjang untuk memantau dan mencegah terjadinya komplikasi yang membahayakan.

Sedangkan pengidap dengan gejala ringan tidak membutuhkan rawat inap. Sebelum menjadi semakin parah, kenali dan waspadai gejala awal yang muncul. Segera periksakan diri jika mencurigai ada yang aneh dalam diri. Jangan lupa untuk menerapkan pola hidup sehat untuk menjauhkan diri dari virus corona. Tingkatkan sistem imunitas tubuh dengan konsumsi makanan sehat bergizi seimbang.

Baca juga: Kenali Gejala Delirium Berdasarkan Jenisnya

Selain itu, kamu juga bisa mengonsumsi suplemen dan multivitamin tambahan guna meningkatkan daya tahan tubuh. Untuk membelinya, kamu bisa menggunakan fitur “beli obat” di aplikasi Halodoc, ya.

Referensi:
NCBI. Diakses pada 2021. Delirium in COVID-19: epidemiology and clinical correlations in a large group of patients admitted to an academic hospital.
Cleveland Clinic. Diakses pada 2021. Why Delirium in Coronavirus Patients Concerns Doctors.


Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan