Penyakit Pes Disebabkan Oleh Kutu yang Melekat pada Hewan Peliharaan, Benarkah?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   19 November 2018
Penyakit Pes Disebabkan Oleh Kutu yang Melekat pada Hewan Peliharaan, Benarkah?Penyakit Pes Disebabkan Oleh Kutu yang Melekat pada Hewan Peliharaan, Benarkah?

Halodoc, Jakarta - Para ahli kesehatan jiwa sepakat bahwa memelihara hewan memiliki manfaat yang baik untuk kesehatan mental manusia. Selain melatih tanggung jawab seseorang, hewan peliharaan yang lucu dapat membuat stres dan kecemasan berkurang. Namun, memelihara hewan bukan hal yang mudah, melainkan butuh pemeriksaan kesehatan berkala selayaknya manusia. Ini semua dilakukan agar hewan tetap sehat dan tidak menularkan penyakit kepada pemiliknya. Beberapa penyakit berbahaya seperti penyakit pes dapat menyerang manusia melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi.

Apa itu Penyakit Pes?

Pes atau sampar adalah penyakit yang cukup jarang kita dengar, tapi penyakit ini cukup berbahaya dan umumnya menular dari hewan pengerat seperti tikus atau hewan peliharaan yang terinfeksi bakteri. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri yang disebut Yersinia pestis. Apabila kamu mengalami gejala seperti demam, lemas, sakit kepala, dan pembengkakan kelenjar getah bening setelah melakukan kontak dengan hewan, maka kondisi ini dicurigai sebagai penyakit pes. Berdasarkan organ yang terkena infeksi pes, penyakit ini dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu pes pada sistem limfatik (bubonic plague), pes pada aliran darah (septicemic plague), dan pes pada paru-paru (pneumonic plague).

Gejala Penyakit Pes

Penyakit pes yang tidak segera ditangani dapat berujung kematian, oleh karena itu penting untuk mengetahui gejalanya. Selama dua hingga enam hari setelah seseorang terinfeksi, maka ia menunjukkan gejala mirip flu, yaitu demam.

Nah, berdasarkan organ yang terinfeksi, berikut ini adalah gejala yang mungkin terjadi pada pengidap pes:

  • Pes pada sistem limfatik (bubonic plague). Pengidap pes jenis ini mengalami pembesaran kelenjar getah bening pada lipat paha, ketiak, atau leher dengan ukuran sebesar telur ayam. Pengidap juga mengalami gejala lain seperti demam, menggigil, pusing, lemas, nyeri otot, serta kejang.

  • Pes pada aliran darah (septicemic plague). Pes jenis ini cukup parah karena infeksi bakteri ini dapat menyebabkan kematian bahkan sebelum gejala muncul. Gejala yang dapat muncul antara lain nyeri perut, diare, mual dan muntah, demam, lemas, perdarahan, syok, serta gangrene.

  • Pes pada paru-paru (pneumonic plague). Jenis pes ini menyebabkan infeksi bakteri yang menyebar hingga paru-paru. Jenis ini paling jarang terjadi namun paling mematikan. Gejala yang muncul setelah terinfeksi adalah batuk darah, sesak napas, mual dan muntah, demam tinggi, pusing, serta tubuh terasa lemas. Gejala pes jenis ini dapat berkembang cepat dan menyebabkan pengidapnya mengalami gagal napas dan syok dalam waktu dua hari setelah terpapar infeksi.

Faktor Risiko Penyakit Pes

Penyakit ini dapat menular melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi bakteri Yersinia pestis. Sementara penularan antar manusia terjadi melalui air ludah.

Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit pes, antara lain:

  • Kebersihan lingkungan tempat tinggal yang buruk sehingga populasi tikus banyak.

  • Kontak dengan hewan yang mati atau terinfeksi pes.

  • Melakukan kegiatan di alam terbuka.

  • Berprofesi sebagai dokter atau perawat hewan.

  • Bepergian ke area yang terdapat infeksi pes.

Apabila gejala penyakit pes seperti yang disebutkan di atas, segera periksakan diri ke dokter. Selain itu, jika kamu masih ingin mengetahui lebih banyak mengenai pes serta gejala dan penanganannya, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Hubungi Dokter, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.

Baca juga: