Penyebab Lansia Rentan Terkena Difteri

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   26 Agustus 2021
Penyebab Lansia Rentan Terkena DifteriPenyebab Lansia Rentan Terkena Difteri

“Difteri adalah penyakit yang bisa menimbulkan masalah pada pernapasan. Ada beberapa kategori usia yang rentan terhadap penyakit ini, yaitu anak-anak dan lansia. Namun, apa saja sih penyebab lansia lebih rentan terkena difteri? Penting untuk diketahui alasannya.”

Halodoc, Jakarta - Bakteri adalah salah satu penyebab penyakit yang menimbulkan gangguan saat menyebarkan infeksi di dalam tubuh. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri dapat terjadi dengan mudah dan cepat.

Ada banyak penyakit yang dapat disebabkan oleh bakteri, termasuk juga masalah terkait pernapasan, yaitu difteri. Penyakit ini bisa menyerang semua usia dan lebih rentan untuk terjadi pada anak-anak dan lansia.

Namun, apa saja yang menjadi penyebab lansia lebih rentan untuk mengidap difteri dibandingkan seseorang yang masih muda? Untuk mengetahui jawaban pasti tentang hal ini, kamu bisa membaca ulasan berikut ini!

Baca juga: Ini Penyebab Munculnya Wabah Difteri di Indonesia

Penyebab Lansia Dapat Rentan Mengidap Difteri

Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi dari bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menyerang hidung dan tenggorokan. Bakteri tersebut dapat menyebabkan peradangan pada area tersebut dan mengganggu jalannya pernapasan.

Selain itu, kerusakan lainnya mungkin saja terjadi, seperti miokardium, sistem saraf, serta ginjal. Gangguan ini rentan terjadi pada anak-anak dan seseorang di atas usia 60 tahun atau lansia.

Lalu, apa sih penyebab lansia lebih rentan untuk mengidap difteri? 

Lansia rentan mengidap difteri disebabkan status imunisasi yang tidak lengkap selama hidupnya. Hal ini termasuk juga tidak pernah mendapatkan imunisasi, vaksin atau respons tubuh yang tidak efisien terhadap vaksinasi, hingga tidak menerima booster bertahun-tahun setelah mendapatkan vaksin. Penting untuk setiap orang memiliki tingkat antitoksin lebih besar dari 0,1 IU/mL untuk sistem kekebalan yang memadai.

Selain itu, lansia juga rentan untuk mengalami difteri karena faktor usia yang membuat sistem imunitasnya tidak terlalu kuat untuk melawan bakteri yang masuk ke tubuh.

Dengan begitu, ketika bakteri masuk ke tubuh, pertahanannya tidak sekuat ketika muda dulu. Saat infeksi menyebar, sistem pertahanan tubuh tidak dapat membendungnya dan jika dibiarkan komplikasi berbahaya dapat terjadi.

Maka dari itu, pastikan orangtua kamu sudah mendapatkan imunisasi yang ampuh untuk menangkal difteri, yaitu vaksin DTaP. Setiap orang harus mendapatkan vaksin yang dapat mencegah difteri setiap 10 tahun sekali.

Dengan begitu, tubuhnya akan menjadi lebih kuat untuk menahan bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan gangguan pada jalannya pernapasan. Memang, pencegahan lebih baik dilakukan daripada pengobatan nantinya.

Jika kamu mempunyai pertanyaan perihal gangguan difteri pada lansia, tanyakan saja pada dokter di Halodoc. Caranya mudah, kamu hanya perlu download aplikasi Halodoc di smartphone yang kamu gunakan!

Selain itu, kamu juga dapat melakukan pemesanan online untuk pemeriksaan fisik terhadap difteri pada beberapa rumah sakit yang bekerjasama dengan Halodoc.

Baca juga: Gejala Difteri pada Anak yang Perlu Ibu Waspadai

Pengobatan terhadap Difteri pada Lansia

Setiap orang yang mengidap difteri harus mendapatkan perawatan di rumah sakit. Hal tersebut dilakukan setelah memastikan diagnosisnya akibat gejala yang timbul pada tenggorokan yang disebabkan infeksi bakteri. Umumnya, dokter akan langsung memberikan anti-toksin khusus melalui suntikan atau infus untuk menetralkan racun.

Apabila penyakit ini tidak kunjung sembuh, seseorang yang mengidap difteri mungkin memerlukan bantuan ventilator yang berguna untuk membantu pernapasan, terlebih jika saturasi oksigennya menurun. Pada beberapa kasus, racun tersebut mungkin menyebar ke organ penting lainnya yang membutuhkan perawatan lebih intens.

Seseorang yang mengalami difteri harus dalam keadaan isolasi agar tidak menyebarkan penyakitnya. Selain itu, orang sekitarnya yang belum mendapatkan imunisasi harus menghindari kontak dengan orang tersebut. Dengan begitu, bakteri yang bisa menjadi penyebab penyakit ini tidak berpindah ke tubuh orang yang belum menerima vaksin tersebut.

Rawat inap segera dan intervensi dini memungkinkan seseorang yang terserang difteri untuk lebih cepat pulih. Setelah antibiotik dan anti-toksin mulai bekerja, pengidap gangguan pada pernapasan tersebut harus beristirahat sekitar 4-6 minggu hingga benar-benar pulih.

Baca juga: Harus Tahu, 13 Mitos Imunisasi Ini Resmi dari WHO

Dengan banyak beristirahat, seseorang yang mengidap radang otot jantung dapat pulih dengan cepat setelah menerima vaksin difteri yang juga dapat mencegah kekambuhan. Walau begitu, hal tersebut tidak menjamin kekebalan tubuh seumur hidup.

Referensi:
Medscape. Diakses pada 2021. Which age group is most commonly affected by diphtheria?
Kids Health. Diakses pada 2019. Diphtheria.
Medscape. Diakses pada 2021. Which age group is most commonly affected by diphtheria?



Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan