Perlu Tahu, Ini Penyebab dan Faktor Risiko Retensi Plasenta

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   12 April 2019
Perlu Tahu, Ini Penyebab dan Faktor Risiko Retensi PlasentaPerlu Tahu, Ini Penyebab dan Faktor Risiko Retensi Plasenta

Halodoc, Jakarta - Retensi plasenta adalah suatu kondisi ketika seseorang gagal mengeluarkan plasenta dan membran dalam kurun waktu 30 menit setelah kelahiran bayi. Kondisi ini disebut juga dengan membran janin yang tertahan atau pembersihan yang tertahan

Retensi plasenta dapat terjadi pada 2-3 persen dari persalinan yang ada dan diketahui dapat menyebabkan perdarahan postpartum pada pengidapnya. Perawatan termasuk ekstraksi plasenta manual atau operatif. Kondisi ini berpotensi untuk meningkatkan risiko perdarahan, infeksi, dan rawat inap yang berkepanjangan.

Hal yang umum dilakukan ketika ini terjadi adalah proses persalinan harus dimanipulasi, sehingga plasenta dapat dikeluarkan dari rahim seseorang yang melahirkan tersebut. Jika plasenta yang tersisa dibiarkan dan tidak dilakukan pencabutan, dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa termasuk kehilangan darah dan infeksi yang berlebihan.

Baca Juga: Plasenta Previa Bisa Tingkatkan Risiko Retensi Plasenta?

Penyebab Retensi Plasenta

Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan seseorang mengidap retensi plasenta ketika melahirkan. Berikut adalah beberapa penyebabnya:

  • Plasenta Percreta, hal ini terjadi ketika plasenta tumbuh sepanjang dinding rahim.
  • Uterine Atony, gangguan pada plasenta ini terjadi ketika kontraksi wanita berhenti atau tidak cukup kuat untuk mengeluarkan plasenta dari rahimnya.
  • Adherent Placenta, gangguan pada plasenta ini terjadi ketika semua atau sebagian plasenta menempel di dinding rahim wanita. Dalam situasi yang jarang terjadi ini, hal tersebut disebabkan karena plasenta telah tertanam dalam di dalam rahim.
  • Plasenta Accreta, hal ini terjadi ketika plasenta telah tertanam dalam di dalam rahim, kemungkinan karena bekas luka operasi caesar sebelumnya.
  • Plasenta yang Terperangkap, yaitu yang terjadi ketika plasenta terlepas dari rahim tetapi tidak dikeluarkan. Sebaliknya, plasenta tersebut menjadi terperangkap di belakang serviks yang sudah tertutup atau serviks yang sudah tertutup sebagian.

Seorang bidan dapat membantu untuk mencegah terjadinya retensi plasenta yang mungkin jarang terjadi. Caranya adalah dengan menarik tali pusar dengan lembut. Namun, tali pusar dapat putus jika plasenta belum sepenuhnya terlepas dari dinding rahim atau jika kabelnya tipis. Jika ini terjadi, pengiriman plasenta dapat terjadi dengan menggunakan kontraksi untuk mendorongnya keluar.

Baca Juga: Retensio Plasenta Bahaya atau Tidak?

Faktor Risiko Retensi Plasenta

Faktor-faktor tertentu meningkatkan kemungkinan terhadap seorang wanita untuk mengalami plasenta yang tertahan atau retensi plasenta. Hal-hal yang dapat meningkatkan hal tersebut termasuk:

  • Kehamilan yang terjadi pada wanita di atas usia 30 tahun.
  • Memiliki persalinan prematur yang terjadi sebelum minggu ke 34 kehamilan.
  • Mengalami tahap persalinan pertama dan kedua yang sangat panjang.
  • Melahirkan bayi yang lahir mati.
  • Pernah mengalami kasus retensi plasenta sebelumnya.
  • Sudah mengalami lima kelahiran sebelumnya.
  • Pernah mengalami operasi uterus sebelumnya.

Jika kamu mempunyai faktor-faktor di atas, cobalah untuk berdiskusi dengan dokter kamu apabila ingin mempunyai anak atau menambah anak lagi. Jika tidak dilakukan pencegahan dini, bayi yang dikandung dan sang ibu mungkin saja mengalami komplikasi yang parah.

Baca Juga: 4 Cara Mencegah Retensi Plasenta

Pengobatan Retensi Plasenta

Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menangani retensi plasenta yang terjadi pada seseorang. Cara menangani gangguan pada plasenta tersebut adalah dengan mengeluarkan plasenta dari dalam rahim dengan menggunakan beberapa metode, yaitu:

  1. Menggunakan Tangan

Salah satu cara untuk menangani hal tersebut adalah dengan cara mengeluarkan plasenta dari rahim menggunakan tangan. Hal ini harus dilakukan secara hati-hati karena berpotensi meningkatkan risiko infeksi pada ibu yang baru melahirkan tersebut.

  1. Mengonsumsi Obat-Obatan

Cara lainnya agar plasenta yang tersangkut dapat keluar dari tubuh adalah dengan memberikan obat-obatan. Beberapa obat yang mungkin diberikan adalah ergometrine atau oksitosin. Obat tersebut berguna untuk membuat rahim mengalami kontraksi yang akhirnya dapat mengeluarkan plasenta.

Itulah sedikit ulasan mengenai beberapa penyebab dan faktor risiko terhadap retensi plasenta. Jika kamu mempunyai pertanyaan perihal gangguan tersebut, dokter dari Halodoc siap membantu. Komunikasi dengan dokter dapat dilakukan melalui Chat atau Voice/Video Call. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang di smartphone kamu!

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan