Perlukah Orangtua dari Anak Difabel Belajar Bahasa Isyarat?

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   07 Desember 2020
Perlukah Orangtua dari Anak Difabel Belajar Bahasa Isyarat?Perlukah Orangtua dari Anak Difabel Belajar Bahasa Isyarat?

Halodoc, Jakarta - Mendidik anak difabel tunarungu atau tuli memang bukan pekerjaan yang mudah. Namun, bukan berarti mereka tidak bisa sukses dan hidup seperti orang kebanyakan. Hanya saja, orangtua dan keluarga harus lebih ekstra membantu mereka belajar. Salah satunya adalah dengan mempelajari bahasa isyarat (sign language).

Merupakan ide yang baik untuk mempelajari bahasa isyarat ketika ibu memiliki anak yang tunarungu. Pasalnya, ini adalah alat komunikasi utamanya. Ibu dan anggota keluarga lain mungkin ragu-ragu pada awalnya, tetapi kamu tidak sendiri karena banyak orang tua merasakan hal yang sama karena satu dan lain alasan. Namun, hal utama yang perlu diingat adalah kebahagiaan anak. Jadi, mempelajari bahasa isyarat seharusnya bukan hal yang sulit atau dijadikan beban. Ingat, kesenjangan komunikasi antara orang tua yang mendengar dan anak-anak tuli bisa merusak hubungan keluarga dan kemajuan akademisnya. 

Baca juga: Gangguan Pendengaran Bisa Buat Anak Depresi 

Manfaat Anak dan Orangtua Belajar Bahasa Isyarat

Kamu mungkin tidak heran jika mengetahui bahwa lebih dari 90 persen anak tunarungu mengalami gangguan pendengaran dilahirkan dari orang tua yang dapat mendengar. Namun, kamu mungkin terkejut mengetahui bahwa hingga 88 persen dari orangtua tersebut tidak akan pernah belajar bahasa isyarat. Ini adalah keputusan yang akan berdampak besar pada sisa hidup anak mereka.

Meskipun orang tua telah memutuskan untuk menggunakan implan koklea dan berencana menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama anak mereka, penting bagi anak-anak tunarungu dan yang mengalami gangguan pendengaran untuk diberikan akses ke bahasa isyarat sejak awal. Inilah alasannya:

  • Anak-anak tunarungu dan tuli yang mempelajari Bahasa Isyarat Indonesia (bisindo) pada usia muda memiliki kinerja akademis yang lebih baik, lebih memahami bahasa sehari-hari, dan seringkali memiliki keterampilan yang lebih baik untuk mengatur, mempertahankan perhatian, dan menghambat impuls.
  • Remaja tunarungu dan tuli yang menilai komunikasi mereka dengan keluarga buruk akibat salah satu di antara mereka tak mempelajari Bisindo melaporkan lebih banyak gejala depresi.
  • Orang dewasa tunarungu dan tuli yang tidak memiliki keterampilan bahasa awal kemudian mengalami kesulitan untuk mengetahui norma-norma sosial, mengembangkan keterampilan kerja, memahami dan menunjukkan keterampilan interpersonal dan interaksi, dan beberapa mengalami kesulitan hidup mandiri.

Selain bukti dari penelitian akademis, ada banyak bukti dari kehidupan nyata bahwa anak-anak yang tumbuh dengan bisindo dapat menjadi orang dewasa bilingual yang sukses. Intinya adalah, mempelajari Bisindo untuk anak yang tuli atau tunarungu dan orangtua bisa memberikan dasar yang kokoh bagi anak mereka untuk belajar, berkembang, dan sukses.

Baca juga: Speech Delay, Masalah Saraf atau Psikologis?

Tips untuk Orang Dewasa yang Belajar Bahasa Isyarat

Berikut adalah beberapa tips yang bisa dilakukan saat mempelajari bahasa isyarat:

  • Bahasa isyarat sangat bergantung pada cara kamu mengekspresikan sesuatu melalui seluruh tubuh. Cara kamu berdiri, dan ekspresi wajah, semuanya berkomunikasi seperti halnya tangan.
  • Orang tunarungu juga memperhatikan wajah lawan bicara mereka, tidak hanya tangan, sama seperti mendengar orang melihat wajah satu sama lain saat mereka mendengarkan.
  • Peragakan apa yang ingin kamu katakan dan jangan khawatir membuat kesalahan atau terlihat bodoh.
  • Gunakan apa saja dan segala sesuatu yang membantu untuk berkomunikasi: gerak tubuh, ekspresi wajah, gerakan tubuh, menunjuk, menandatangani, dan mengeja jari (mengeja kata dengan menggunakan tanda untuk setiap huruf). Cobalah mengomunikasikan ide atau kalimat sederhana tanpa tanda formal sama sekali. Cukup gunakan gerak tubuh, ekspresi wajah, dan menunjuk. Meskipun kamu tidak tahu atau melupakan tanda resmi, kamu tetap dapat berkomunikasi dengan orang tunarungu dengan cara ini.
  • Setiap orang belajar bahasa dengan cara dan kecepatan yang berbeda. Belajar sebanyak yang kamu bisa. Jangan khawatir tentang apa yang telah atau belum dipelajari orang lain. Tujuannya adalah membantu anak, bukan bersaing dengan orang lain.

Untuk benar-benar mempelajari bahasa isyarat, sering-seringlah menggunakannya dengan orang-orang tunarungu yang memberi isyarat.

Baca juga: Anak Gagap Jadi Korban Bully, Ini yang Harus Dilakukan

Mempelajari bahasa isyarat memang tidak akan mudah. Namun ingat, penting bagi anak untuk memiliki bahasa yang sama yang dapat kamu semua bagikan. Teruslah berlatih bahasa isyarat. Jika ibu masih ingin tahu tips pola asuh lain untuk anak tunarungu, jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan dokter atau psikolog di Halodoc. Dokter dan psikolog akan selalu siaga memberikan saran pola asuh yang tepat.

Referensi:
American Society of Deaf Children. Diakses pada 2020. Why Deaf Children Need ASL.
Hesperian Health Guides. Diakses pada 2020. Teaching Sign Language to Parents of Deaf Children.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan