Picu Depresi, Ini 8 Tanda Internalizing Behavior pada Anak

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   19 Agustus 2020
Picu Depresi, Ini 8 Tanda Internalizing Behavior pada AnakPicu Depresi, Ini 8 Tanda Internalizing Behavior pada Anak

Halodoc, Jakarta – Salah satu penyebab depresi yang paling umum adalah tekanan kehidupan yang semakin rumit. Semakin bertambahnya umur, maka tekanan hidup pun cenderung meningkat. Itu alasannya depresi lebih rentan dialami oleh orang-orang dewasa. Meski demikian, kenyataannya depresi juga bisa dialami oleh anak-anak. 

Pernah dengar internalizing behavior? Ini merupakan gangguan perilaku yang memengaruhi psikologis dan emosional anak. Anak-anak yang mengidap internalizing behavior diyakini rentan mengalami depresi ketimbang anak-anak lainnya. Menurut studi yang dipublikasikan dalam Journal of Psychiatric and Mental Health Nursing, peneliti menyebut bahwa gangguan perilaku ini bisa membahayakan sang anak dan merugikan lingkungan di sekitarnya. 

Baca juga: Trauma pada Anak Bisa Ganggu Karakternya saat Dewasa?

Tanda Internalizing Behavior pada Anak

Anak-anak yang mengidap internalizing behavior cenderung suka memendam pergolakan hati dan emosinya untuk dirinya sendiri. Jika dibandingkan dengan anak laki-laki, ternyata lebih banyak anak perempuan yang mengalami masalah internalizing behavior. Gejala gangguan perilaku ini bisa muncul pada masa kanak-kanak, bahkan bisa bertahan hingga dewasa. Alhasil, orang tersebut hidup dalam depresi, gangguan kecemasan, dan berisiko tinggi untuk melakukan bunuh diri. 

Hal yang perlu orangtua waspadai adalah internalizing behavior sangat sulit dideteksi, karena sang anak lebih suka memendam perasaannya dan tidak mau mengutarakan masalah yang sedang dihadapi. Karenanya mereka mungkin terlihat selalu murung, pendiam, dan lebih suka menyendiri.

Namun, bukan tidak mungkin internalizing behavior berubah menjadi externalizing behavior, yakni masalah perilaku yang ditumpahkan ke “luar”. Anak yang mengalami externalizing behavior bisa berperilaku kasar, merusak, dan merugikan lingkungan sekitarnya. 

Meski sulit dideteksi, ada beberapa tanda internalizing behavior yang bisa orangtua kenali. Sebenarnya, tanda internalizing behavior mirip dengan gangguan depresi mayor dan gangguan depresi persisten. Berikut beberapa tanda seorang anak memiliki internalizing behavior:

1. Suasana Hati Rendah

Suasana hati yang rendah maksudnya adalah anak mungkin terlihat selalu murung dan sedih. Mereka mungkin terlihat seperti sedang tertekan sepanjang hari. Kondisi ini mungkin kronis atau jangka panjang, tetapi gejalanya tidak separah seperti orang yang mengalami depresi berat. Meski begitu, perilaku ini mungkin saja mewakili gejala depresi berat yang telah berlangsung selama lebih dari dua tahun.

2. Penurunan Minat

Tanda lain yang bisa ibu perhatikan adalah kurangnya minat atau kesenangan pada hal-hal yang seharusnya bisa dinikmati Si Kecil. Seseorang yang mengalami gejala ini akan menunjukkan minat atau kesenangan yang sangat rendah untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti hobi atau olahraga favorit.

3. Perubahan Nafsu Makan

Naik atau menurunnya nafsu makan anak juga bisa menjadi salah satu indikasi internalizing behavior. Ketika ibu mendapati adanya perubahan berat badan secara signifikan, seperti bertambah atau berkurang sebanyak 5 persen lebih dalam sebulan, maka sebaiknya ibu cari tahu lebih dalam penyebabnya. 

Baca juga: Bagaimana Mendampingi Anak yang Mengalami Trauma atau Depresi

4. Gangguan Tidur

Gangguan tidur seperti kesulitan tidur (insomnia), tertidur lama, merasa mengantuk meskipun sudah istirahat malam penuh, atau kantuk di siang hari dapat mengindikasikan internalizing behavior.

5. Agitasi atau Retardasi Psikomotor

Anak dengan internalizing behavior juga cenderung mengalami agitasi, kegelisahan, atau kelesuan yang memengaruhi rutinitas, perilaku, atau penampilan sehari-hari. Gejala-gejala ini dapat terlihat pada gerakan tubuh, ucapan, dan bagaimana ia bereaksi pada suatu hal.

6. Kelelahan

Hilangnya energi dan kelelahan kronis dapat menjadi gejala gangguan depresi persisten dan gangguan depresi mayor. Jika dibiarkan, kelelahan kronis ini dapat mengganggu kemampuan anak untuk berfungsi secara normal.

7. Merasa Tidak Berharga

Rasa bersalah yang berlebihan, tidak pantas, dan perasaan tidak berharga adalah gejala umum dari gangguan depresi mayor. Perasaan bersalah yang begitu parah bisa membuat orang tersebut mengalami delusi.

8. Sulit Berkonsentrasi

Gangguan depresi mayor dan gangguan depresi persisten juga membuat pengidapnya sulit berkonsentrasi, sehingga sulit membuat keputusan. 

Baca juga: Tips Mengatasi Depresi pada Anak

Jika ibu melihat tanda-tanda tersebut pada Si Kecil, sebaiknya jangan biarkan hingga berlarut-larut. Tunjukan kasih sayang lebih kepada Si Kecil dan jadikan lingkungannya terasa hangat. Bila ibu khawatir dengan kondisinya, ibu juga bisa bicara dengan psikolog lewat aplikasi Halodoc. Melalui aplikasi Halodoc, ibu dapat menghubungi psikolog kapan dan di mana saja via Chat atau Voice/Video Call.

Referensi:
Verywell Mind. Diakses pada 2020. Symptoms of Clinical Depression.
Journal of Psychiatric and Mental Health Nursing. Diakses pada 2020. Childhood internalizing behaviour: analysis and implications.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan