Plak pada Gigi Sebabkan Periodontitis, Benarkah?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   25 November 2018
Plak pada Gigi Sebabkan Periodontitis, Benarkah?Plak pada Gigi Sebabkan Periodontitis, Benarkah?

Halodoc, Jakarta – Periodontitis juga disebut dengan penyakit gusi atau penyakit periodontal yang dimulai dengan pertumbuhan bakteri di mulut. Jika tidak ditangani dengan benar, kemungkinan besar kamu akan kehilangan gigi karena mengalami kerusakan jaringan yang mengelilingi gigi.

Gingivitis (radang gusi) biasanya mendahului periodontitis (penyakit gusi). Namun, penting untuk mengetahui bahwa tidak semua gingivitis berkembang menjadi periodontitis. Pada tahap awal gingivitis, bakteri dalam plak menumpuk menyebabkan gusi menjadi meradang dan mudah berdarah saat menyikat gigi. Meskipun gusi dapat iritasi, tetapi giginya masih tertanam kuat di rongganya. Tidak ada tulang reversibel atau kerusakan jaringan lain yang terjadi pada tahap ini.

Ketika gingivitis dibiarkan tanpa perawatan, ini dapat berkembang menjadi periodontitis. Pada seseorang dengan periodontitis, lapisan bagian dalam gusi dan tulang menjauh dari gigi dan membentuk kantong. Ruang-ruang kecil di antara gigi dan gusi ini dapat menjadi infeksi.

Sistem kekebalan tubuh melawan bakteri ketika plak menyebar dan tumbuh di bawah garis gusi. Bakteri dalam plak mulai memecah tulang dan jaringan ikat yang menahan gigi di tempatnya. Seiring berkembangnya penyakit, kantong menjadi lebih dalam dan lebih banyak jaringan gusi dan tulang hancur. Ketika ini terjadi, gigi tidak lagi berlabuh di tempatnya, gigi menjadi longgar, dan gigi bisa tanggal. Penyakit gusi adalah penyebab utama kehilangan gigi pada orang dewasa.

Plak adalah penyebab utama penyakit gusi. Namun, faktor lain dapat berkontribusi pada penyakit periodontitis:

  1. Perubahan Hormonal

Seperti yang terjadi selama kehamilan, pubertas, menopause, dan menstruasi bulanan membuat gusi lebih sensitif sehingga lebih mudah untuk gingivitis berkembang.

  1. Penyakit Tertentu

Ini termasuk penyakit, seperti kanker atau HIV yang mengganggu sistem kekebalan tubuh. Oleh karena diabetes memengaruhi kemampuan tubuh untuk menggunakan gula darah, pasien dengan penyakit ini memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi, termasuk penyakit periodontitis dan gigi berlubang.

  1. Konsumsi Obat-obatan

Konsumsi obat-obatan tertentu dapat memengaruhi kesehatan mulut. Ini dikarenakan mengurangi aliran air liur yang memiliki efek perlindungan pada gigi dan gusi. Beberapa obat, seperti obat antikonvulsan dilantin dan obat anti-angina procardia dan adalat dapat menyebabkan pertumbuhan abnormal jaringan gusi.

  1. Kebiasaan Buruk Tertentu

Contohnya, merokok menyulitkan jaringan gusi untuk memperbaiki dirinya sendiri. Kebiasaan kebersihan mulut yang buruk, seperti tidak menyikat gigi dan flossing setiap hari juga dapat membuat gingivitis lebih mudah berkembang.

  1. Riwayat Keluarga

Penyakit gigi dapat menjadi faktor yang berkontribusi untuk pengembangan gingivitis.

Sejatinya penyakit gusi dapat berkembang tanpa rasa sakit, tapi bisa menghasilkan beberapa tanda yang jelas, bahkan pada tahap akhir penyakit. Meskipun gejala penyakit periodontal seringkali halus, tapi kondisi ini tidak sepenuhnya tanpa tanda-tanda peringatan. Gejala-gejala tertentu mungkin menunjukkan beberapa bentuk penyakit. Gejala penyakit gusi, termasuk:

  1. Gusi yang berdarah selama dan setelah menyikat gigi

  2. Gusi merah, bengkak, ataupun lunak

  3. Bau mulut yang persisten atau rasa tidak enak di mulut

  4. Surut gusi

  5. Pembentukan kantong yang dalam antara gigi dan gusi

  6. Gigi longgar atau bergeser

  7. Perubahan pada cara gigi menyatu saat menggigit atau di gigi tiruan sebagian.

Pada beberapa orang, penyakit gusi hanya dapat memengaruhi gigi-gigi tertentu, seperti gigi geraham. Hanya dokter gigi atau ahli periodontitis yang dapat mengenali dan menentukan perkembangan penyakit gusi.

Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai periodontitis dan hubungannya dengan plak pada gigi, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.

Baca juga:

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan