Preeklamsia saat Hamil Berisiko Alami Sindrom Sheehan

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   12 Agustus 2019
Preeklamsia saat Hamil Berisiko Alami Sindrom SheehanPreeklamsia saat Hamil Berisiko Alami Sindrom Sheehan

Halodoc, Jakarta - Namanya mungkin masih asing, tetapi sindrom Sheehan merupakan gangguan kesehatan yang cukup serius bagi ibu pasca melahirkan. Sindrom ini adalah kondisi ketika kelenjar pituitari atau hipofisis mengalami kerusakan saat melahirkan. Hal ini dapat dipicu oleh berbagai hal, salah satunya adalah preeklamsia saat hamil. 

Lebih lanjut, sindrom Sheehan umumnya disebabkan oleh perdarahan hebat atau tekanan darah yang sangat rendah selama atau setelah melahirkan. Kondisi tersebut kemudian merusak kelenjar hipofisis yang membesar selama masa kehamilan, sehingga kelenjar tidak berfungsi normal dan tidak menghasilkan hormon yang seharusnya diproduksi.

Baca juga: Ini Dampak Hepatitis Terhadap Ibu Hamil

Selain preeklamsia saat hamil, sindrom Sheehan juga dapat disebabkan oleh beberapa kondisi lain, seperti:

  • Solusio plasenta atau lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum bayi lahir.

  • Plasenta previa, yaitu kondisi sebagian atau seluruh plasenta menutupi mulut rahim.

  • Melahirkan anak dengan berat badan lebih dari 4 kilogram, atau melahirkan bayi kembar.

  • Penggunaan alat bantu persalinan, seperti forcep atau vakum.

Jika masih kurang jelas, kamu juga bisa diskusi langsung dengan dokter di aplikasi Halodoc, lho. Lewat fitur Talk to a Doctor, kamu bisa obrolkan langsung gejalamu melalui Chat atau Voice/Video Call. Dapatkan juga kemudahan membeli obat melalui aplikasi Halodoc. Kapan dan di mana saja, obatmu akan langsung diantar ke rumah dalam waktu satu jam.

Hal yang Dialami Ibu saat Terkena Sindrom Sheehan

Kelenjar hipofisis, yang mengalami gangguan dalam sindrom Sheehan, adalah kelenjar kecil yang terletak di bawah otak. Kelenjar ini berfungsi untuk menghasilkan hormon yang bertugas mengendalikan hormon pertumbuhan, produksi ASI, siklus menstruasi, dan reproduksi. Kekurangan atau gangguan pada hormon tersebut bisa menyebabkan sekumpulan gejala yang disebut hipopituitarisme.

Gejala sindrom Sheehan umumnya muncul secara perlahan dalam beberapa bulan atau tahun. Namun, pada beberapa kasus, gejala juga bisa muncul seketika, misalnya gangguan dalam menyusui. Berbagai gejala yang umum muncul ketika seorang ibu mengalami sindrom Sheehan adalah:

  • Gangguan menstruasi, seperti amenorrhea atau oligomenorrhea.

  • Tekanan darah rendah.

  • Rambut yang dicukur tidak tumbuh lagi.

  • Kadar gula darah rendah.

  • Tidak mengeluarkan ASI.

  • Tubuh mudah lelah.

  • Aritmia.

  • Payudara menyusut.

  • Berat badan bertambah.

  • Mudah kedinginan.

  • Kondisi mental menurun.

  • Kulit kering.

  • Nafsu seksual menurun.

  • Nyeri sendi.

  • Kerutan di sekitar mata dan bibir.

Baca juga: Inilah Perbedaan Kehamilan Biasa dan Kehamilan Ektopik

Pada beberapa ibu, gejala sindrom Sheehan yang muncul sering kali diduga karena hal lain. Misalnya karena tubuh mudah lelah yang diduga normal pada wanita yang baru melahirkan. Gejala juga bisa sama sekali tidak muncul pada sebagian beberapa kasus. Oleh karena itu, cukup banyak wanita yang selama bertahun-tahun tidak menyadari ada gangguan pada kelenjar hipofisis mereka.

Diagnosis dan Pengobatan yang Diperlukan

Dalam memastikan diagnosis, dokter akan bertanya tentang riwayat kesehatan pasien. Disarankan untuk memberi tahu dokter jika pernah mengalami komplikasi kehamilan, tidak dapat memproduksi ASI, atau tidak mengalami menstruasi setelah melahirkan.

Untuk membantu pastikan diagnosis, dokter akan menjalankan tes darah untuk memeriksa kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis. Dokter juga akan melakukan tes stimulasi hormon, dengan menyuntikkan hormon dan kembali mengambil sampel darah untuk melihat respons kelenjar hipofisis.

Jika diperlukan, dokter juga akan menjalankan tes pencitraan seperti CT scan atau MRI. Prosedur ini dilakukan untuk melihat ukuran kelenjar pituitari dan memeriksa kemungkinan lain, seperti tumor hipofisis.

Baca juga: Sering Menggaruk Saat Hamil Bikin Stretch Mark Makin Parah?

Selanjutnya, pengobatan sindrom Sheehan dilakukan dengan terapi pengganti hormon yang hilang, seperti:

  • Kortikosteroid. Digunakan sebagai pengganti hormon adrenal, yang tidak diproduksi akibat kekurangan hormon adrenokortikotropik. 

  • Levotiroksin. Untuk meningkatkan kadar hormon tiroid yang kekurangan akibat rendahnya produksi TSH (thyroid-stimulating hormone) oleh kelenjar hipofisis.

  • Estrogen. Merupakan hormon yang produksinya diatur oleh kelenjar hipofisis.

  • Hormon pertumbuhan. Terapi pengganti hormon pertumbuhan pada wanita dengan sindrom Sheehan dapat menjaga rasio normal otot dan lemak tubuh, menurunkan kadar kolesterol, mempertahankan massa tulang, dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.

Referensi:
Mayo Clinic (Diakses pada 2019). Sheehan's syndrome
Healthline (Diakses pada 2019). Sheehan Syndrome
MedlinePlus (Diakses pada 2019). Sheehan syndrome

 

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan